Empat belas

9 1 0
                                    

"KENAPA MEREKA NYULIK ADIK GUE?!"

"Sabar Dzril, kita lagi berusaha buat nyari adik lo. Lo gak sendirian!"

"Zeon lo bisa lacak no hp Nita gak?"

"Gue usahain bang." Zeon mengambil laptop nya lalu mulai berkutat dengan layar yang ada di depannya, wajahnya yang khawatir sekaligus marah tidak bisa ia sembunyikan.

Tidak lama kemudian, Zeon meninggikan suaranya membuat Adzril, Gery dan yang lainnya menoleh.

"KETEMU!"

Setelah Zeon menyebutkan nama tempat nya, dengan dipimpin oleh Gery semua geng Astrapera pergi menaiki motor mereka masing-masing dengan menggunakan jaket hitam dengan gambar burung hantu di belakang khas lambang Astrapera.

Semua mata memandang sekelompok geng motor yang berciri khas serba hitam. Jalanan yang sepi kendaraan tetapi ramai orang yang berjalan kaki membuat Astrapera lebih leluasa untuk bergegas ke tempat yang dituju.

.
.
.

Bugh!

Bogeman mentah mendarat di wajah Ozil sang ketua geng Orgenta, membuat dirinya tersungkur ke tanah.

Adzril menarik kerah Ozil, dan menatap wajah yang setengah bonyok itu lekat lekat.

"KENAPA LO NYULIK ADIK GUE HAH? DASAR BERENGSEK!!" sebuah bogeman kembali mendarat di wajah Ozil. Ozil kini benar benar lemas, para anggota geng Orgenta yang lainnya tidak bisa berbuat apa apa karena mereka juga sudah ditahan oleh anggota Astrapera.

Melihat Adzril yang sudah kehilangan kendali dengan terus memukul Ozil, membuat Gery harus ikut turun tangan.

"ISTIGHFAR DZRIL!" Gery menahan tangan Adzril yang hendak kembali memukul Ozil yang terlihat sudah sangat tidak berdaya, bagaimana tidak Adzril yang badannya sedikit lebih besar dari Ozil menggunakan kemampuan karatenya untuk memberi pelajaran kepada dirinya.

Sedikit demi sedikit Adzril mulai merasa tenang, ia pergi menghampiri adik perempuannya yang kini tengah terikat di sebuah tiang bangunan besar, dengan tubuh yang lemah. Gery mengambil alih untuk mengurus Ozil.

"Kenapa lo nyulik adiknya Adzril hah?!" Gery mendorong tubuh Ozil hingga membentur tiang besar, membuat sang empu meringis kesakitan.

Ozil tersenyum simpul "Lo mau tau kenapa?" Ozil menggantung perkataannya.

"LO MAU TAU KENAPA?! KARENA GUE GAK SUKA LIAT ASTRAPERA DIPANDANG BAIK SAMA SEMUA ORANG! GUE GAK SUKA LIAT ADZRIL LEBIH POPULER DARIPADA GUE! GUE GAK SUKA LIAT ASTRAPERA LEBIH TERKENAL DIBANDINGKAN ORGENTA! DAN YANG TERAKHIR, GUE GAK SUKA LIAT LO SEMUA BAIK!" Ozil meninggikan suaranya, semua perkataan Ozil membuat Astrapera naik pitam, Gery yang geram mendaratkan sebuah bogeman mentah di perut Ozil membuat Ozil semakin tersudut ke tiang.

"BERENGSEK LO!!"

"BANG NITA! NITA PINGSAN BANG! KITA HARUS BURU BURU KE RUMAH SAKIT!"

Gery yang sudah menyiapkan kembali sebuah tinju mengurungkan niatnya ketika Adzril berteriak sambil menggendong Nita dan buru buru pergi keluar dari gedung.

"Urus dia, jangan sampe lolos!" Ucap Gery sambil bergegas menyusul Adzril.

Gery, Zeon, Abil dan Renza pergi bersama Adzril untuk membawa Nita ke rumah sakit, sedangkan anggota Astrapera yang lainnya bertugas mengurus geng Orgenta.

"Nita, kakak gak akan maafin Ozil kalo sesuatu terjadi sama kamu." Tutur Adzril lirih, air mata yang ia bendung kini mulai jatuh ke pipinya.

Gery, Adzril dan Zeon pergi menaiki mobil salah satu anggota Astrapera, sedangkan Abil dan Renza mengikuti dengan motor mereka.

"Bang lebih cepet bang!" Adzril sudah benar benar frustasi dengan keadaan adiknya yang kini berada di pangkuannya. Gery dan Zeon yang melihat itu semakin khawatir dibuatnya.

"Nita tahan sebentar yah sayang." Adzril mengelus wajah cantik adiknya yang kini dipenuhi memar memar. Ozil benar benar tega, kenapa dia tega melakukan ini kepada seorang wanita? Adzril mengatupkan rahangnya dan mengepalkan tangannya.

"Lo salah cari lawan Zil!" Batin Adzril.

.
.
.

"Dzril tenang, dokter lagi nanganin Nita." Gery mencoba menenangkan Adzril yang sedari tadi hanya mondar mandir di depan ruang IGD.

"Bang gue gak bisa tenang!"

"Dzril sabar, lo inget Tuhan bersama orang orang yang sabar. Istighfar Dzril."

"Astagfirullah, astagfirullah." Adzril berucap dengan lirih, matanya terus menatap ke arah pintu ruangan Nita, berharap dokter keluar dan memberitahukan bagaimana keadaan adiknya.

"Adzril!" Adzril menoleh kepada asal suara, seorang wanita dan lelaki paruh baya menghampirinya. Adzril langsung memeluk wanita itu sambil menangis.

"Ma, maafin Adzril. Adzril gak bisa jagain Nita, maafin Adzril ma..." Adzril menangis sejadi jadinya dalam pelukan ibundanya tercinta. Gery, Zeon, Renza, dan Abil merasa ikut bersalah karena mereka juga telah dipercaya untuk melindungi Nita oleh kedua orang tua Adzril.

"Tante maafin kita juga, kita gak bisa jaga Nita dengan baik." Ucap Gery mewakili ke tiga temannya.

"Udah udah, gak ada yang perlu disalahkan untuk hal ini. Ini semua sudah kehendak Allah, sekarang kita berdoa yang terbaik aja untuk Nita." Tutur mamanya.

Ayah Adzril mencoba menenangkan istrinya yang kini tengah menangis di depan pintu IGD, membuat Adzril tak tega melihatnya.

"Mending kita solat ashar berjamaah dulu gimana?" Ucap Renza yang dibalas anggukan oleh ke empat sahabatnya.

Dengan penuh harap, setelah berpamitan Gery, Adzril, Zeon, Renza, dan Abil pergi ke mesjid rumah sakit untuk solat ashar berjamaah.

.

.

.
Enjoy guys_^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASYA (ON GOING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang