"Dzril bentar lagi maghrib, lo pulang aja. Lagian dari subuh lo udah banyak kerja."
"Iya,bentar lagi gue balik." Adzril tak sedikitpun melihat ke arah Leo yang sedari tadi membujuknya untuk pulang, ia hanya fokus membaca dokumen-dokumen penting tentang riwayat pasien.
"Ck keras kepala banget sih lo, udah ini biar gue yang urus. Lo pulang aja kasian istri lo nungguin di rumah." Leo merebut dokumen yang ada di tangan Adzril, dia hanya menghela nafas pasrah. Leo benar mungkin Qilla sedang menunggunya di rumah, meskipun dia sedang menghukum Qilla tapi Adzril tidak tega jika membiarkan Qilla sendirian di rumah sampai malam.
Jalanan yang macet mengharuskan Adzril untuk solat maghrib dan isya di mesjid yang berada di sisi jalan, setelah menunggu lama akhirnya dia bisa tiba di rumah dengan selamat.
Langkah kaki Adzril terhenti ketika melihat rumahnya yang gelap, tidak ada cahaya sedikit pun, semua gelap, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Dengan cepat Adzril melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam, namun tidak ada yang menjawab.
"Assalamualaikum..."
"Qilla?" Adzril menyalakan seluruh lampu yang ada di rumahnya, sambil mencari keberadaan istrinya. Tapi dia tidak melihat Qilla dimanapun, Adzril mencoba menelepon Qilla tapi teleponnya tidak diangkat.
Adzril mencoba basa basi kepada keluarganya dan keluarga Qilla untuk mencari keberadaan Qilla, tapi hasilnya nihil tidak ada satupun yang menunjukkan keberadaan Qilla. Adzril sangat khawatir dia takut terjadi sesuatu kepada Qilla.
Adzril membaca chatt terakhir Qilla lalu dia bergegas mengambil helm dan pergi dengan motornya. Kemacetan yang panjang ia terobos begitu saja tidak peduli dengan nyawanya, yang ia pedulikan hanyalah Qilla, Qilla yang ia cintai.
Sepi, tidak ada siapapun di taman vanilla hanya ada suara jangkrik yang menghiasi taman itu. Adzril mencoba menyusuri taman sambil memanggil-manggil nama Qilla, namun tidak ada jawaban, tidak ada istrinya disana.
Adzril semakin khawatir dia tidak tau Qilla ada dimana sekarang, dia mengacak rambutnya frustasi. Dia berharap kejadian di masa lalu tidak terulang lagi. Adzril menyalakan ponselnya lalu menekan sebuah nomor yang berada di paling bawah.
"Halo, gue butuh bantuan lo sekarang."
.
.
.Qilla berusaha membuka matanya dengan perlahan, kepalanya terasa berat tangan dan kakinya juga sakit karena ikatan yang begitu kuat. Samar-samar dia mendengar seorang lelaki sedang berbicara.
Dia terkejut ketika melihat sebuah ruangan tempatnya berada yang dipenuhi dengan foto-foto dirinya, kamar siapa ini? Kenapa fotonya ada dimana-mana? Semua pertanyaan itu membuat kepala Qilla semakin sakit. Qilla mencari keberadaan ponselnya tapi dia tidak menemukannya dimanapun.
Suara knop pintu membuat Qilla mengalihkan pandangannya, penasaran siapa yang akan masuk ke dalam ruangan itu.
"Lo udah bangun rupanya? Gimana? Nyenyak tidurnya?"
"Apa yang lo lakuin? Kenapa lo culik gue vin?" Qilla meninggikan suaranya, namun tenggorokannya jadi terasa sakit, seharian ini Qilla belum minum air bahkan makan pun tidak.
"Sttt, cantik-cantik kok galak?" Kevin menyamaratakan tubuhnya dengan tubuh Qilla yang terduduk di lantai.
"Gue gak akan lepasin lo gitu aja, gue sayang sama lo Qill, gue cinta sama lo." Qilla memundurkan wajahnya ketika tangan Kevin mulai menyentuh pipinya.
"Jangan sentuh gue!" Kevin menyunggingkan senyumnya, lalu berdiri dan melihat-lihat semua foto Qilla yang ada di kamarnya.
"Lo gak liat seberapa besar cinta gue buat lo? Sampai gue harus majang foto-foto lo di kamar gue, gue sayang banget sama lo Qill. Gue gak bisa kalo sehari aja bahkan sedetikpun tanpa melihat lo."
"Itu bukan cinta vin, itu obsesi lo ! Lo udah gila vin! Lepasin gue! hiks..." Qilla mulai menangis dia tidak menyangka Kevin bisa melakukan hal ini. Orang yang dia kira mencintainya dengan tulus ternyata itu semua hanyalah obsesi semata.
"Jangan nangis Qill, gue gak bisa liat lo nangis." Kevin mulai mendekatkan wajahnya ke arah Qilla, membuat Qilla membulatkan matanya. Qilla terus saja mundur hingga kepalanya terbentur ke dinding.
"VIN MUNDUR! LO MAU APA? VIN MUNDUR VIN!" Teriakan Qilla memenuhi seluruh ruangan tapi Kevin tak menghiraukannya kini wajahnya sudah sangat dekat dengan Qilla. "Yaallah tolong Qilla..."
Bugh!
Sebuah bogeman mentah yang sangat keras mendarat di pipi Kevin membuatnya terjatuh, sambil memegang ujung bibirnya yang berdarah Kevin bangun terhuyung-huyung. Belum sempat berdiri dengan sempurna, satu pukulan mendarat lagi di bagian pipinya yang lain.
Kevin terbaring lemah, dia berusaha untuk duduk. Pukulan itu membuat dirinya kehabisan tenaga.
Kini kerah kemejanya ditarik, wajahnya dan wajah lelaki itu saling berhadapan. Pria yang kini ada didepannya terlihat sangat marah, rahangnya mengeras dengan sempurna, membuat Kevin ketakutan.
"LO SALAH CARI LAWAN!" Lelaki itu menjeda perkataannya.
"LO TAU? CEWE YANG LO CULIK ITU ADALAH ISTRI GUE! SEKALI LAGI LO BERANI MACEM MACEM SAMA DIA ATAU BERANI NYENTUH SEHELAI BENANGPUN YANG ADA DI TUBUHNYA, IDUP LO BAKALAN ABIS!"
Kevin terjatuh saat pria itu melemparnya ke lantai, dia kehilangan kesadaran, tubuhnya terkulai begitu saja.
"Adzril..." lirih Qilla, sakit di kepalanya membuat dia kehilangan kesadaran lagi. Samar-samar Qilla mendengar Adzril yang memanggil namanya, tubuhnya terasa diangkat dan kini semuanya gelap.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASYA (ON GOING)✔
RomancePerjodohan dokter muda tampan dengan gadis SMA.^ Perjodohan? Nikah muda? Tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh Qilla. Semuanya begitu tiba-tiba bagi Qilla, namun bagi Adzril ini adalah hasil dari semua penantiannya. Namun seiring berjalannya wa...