Sembilan

15 1 0
                                    

Udara dingin menusuk tubuh Qilla yang tidak ditutupi selimut, membuatnya terbangun. Kepalanya sangat pusing dan berat matanya sembab karena semalam dia banyak menangis. Qilla meraih ponselnya dan melihat sekarang pukul 05.20 , Qilla langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Kenapa Adzril tidak membangunkannya? Tahajud tidak bahkan solat subuh pun kesiangan, Adzril sepertinya memang benar-benar marah kepadanya.

Langkah kaki Qilla pergi menuju ke kamar Adzril, Qilla berusaha memanggil-manggil dan mengetuk pintu tapi Adzril tidak menjawab. Qilla mencoba membuka pintu kamar Adzril, ternyata kamarnya tidak dikunci. Kosong, tidak ada Adzril disana.

Seluruh ruangan yang ada di rumah Qilla susuri untuk mencari Adzril, tapi nihil Qilla tidak melihatnya dimanapun. Qilla menyalakan ponselnya dan mencari nama Adzril di daftar kontaknya, dia menekan nomor itu.

Sudah berkali-kali Qilla mencoba menelepon Adzril tapi dia tidak menjawabnya, bahkan chattnya pun tidak kunjung centang biru.

Si Nyebelin

Kak Adzril dimana?
Kak Adzril masih marah sama Qilla?
Maafin Qilla...
Kak Adzril kenapa nggak bangunin Qilla?
Kak Adzril Qilla mohon, maafin Qilla...

Air matanya kini mengalir lagi, Qilla terduduk di lantai sambil memeluk lututnya.

Tring...

Senyum Qilla merekah, dengan sangat antusias Qilla melihat chatt yang baru masuk, dia berharap notifikasi itu dari Adzril. Senyumnya memudar ketika melihat asal notif tersebut.

Kevin

Gue mau ketemu sama lo sekarang.
Gue tunggu di taman vanilla.
Gaada penolakan.

Qilla menghela nafas kasar, untuk apa Kevin ingin menemuinya?

.
.
.

"Ada kepentingan apa lo nyuruh gue kesini?" Tak ingin basa basi sesampainya di taman dengan nada sinis Qilla bertanya kepada Kevin yang sudah menunggunya daritadi.

"Jangan judes-judes dong cantik." Tangan Kevin mencolek dagu Qilla membuat Qilla menepisnya dengan kasar.

"Apasih lo."

"Oke langsung ke inti aja. Kenapa lo minta putus?"

"Gue udah gamau hubungan haram, gue gamau orang tua gue diseret ke neraka gara-gara gue."

"Hahaha, tobat lo?" Ledekan Kevin membuat Qilla sangat muak, ingin rasanya menampar wajah tampan itu sekali saja.

"Udah ngebacotnya? Gue banyak urusan." Saat hendak melangkahkan kaki untuk pergi dari situ tangan Qilla ditahan oleh Kevin dengan cengkraman yang sangat kuat, membuat Qilla kesakitan.

"Aww sakit, lepasin gue!" Qilla berusaha sekuat tenaga untuk melepas cengkraman Kevin, tapi usahanya sia-sia. Kevin sangat kuat, air mata mulai membendung di pelupuk mata indah Qilla.

"Gue gak akan lepasin lo gitu aja Qill." Kevin berpindah ke belakang Qilla, dia mengeluarkan sebuah sapu tangan lalu membekap mulut Qilla dengan sapu tangan itu.

Qilla merasa sesak, semuanya gelap, kepalanya pusing, Qilla tidak kuat. "Yaallah tolong Qilla..." dengan lirih hatinya berdoa kepada Sang Pencipta.

"Kak Adzril..." nama Adzril terngiang-ngiang di kepala Qilla, sebelum akhirnya Qilla kehilangan kesadaran.

.

.

.

Sebuah ruangan yang didominasi warna putih, dengan bau yang khas begitu sunyi tak ada suara sedikitpun. Seorang lelaki sedang duduk di sebuah sofa sambil memijit ujung pelipisnya, dia terus menatap sebuah ponsel yang menampilkan banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari seseorang.

Humairaku

Kak Adzril dimana?
Kak Adzril masih marah sama Qilla?
Maafin Qilla...
Kak Adzril kenapa nggak bangunin Qilla?
Kak Adzril Qilla mohon, maafin Qilla...
Qilla izin jalan-jalan ke taman vanilla sebentar.
Kak Adzril jangan lama-lama cueknya.
Qilla gak suka didiemin sama Kak Adzril:(

Apakah dia terlalu kejam kepada istrinya itu? Adzril tidak ingin melakukan ini, dia tidak bisa kalau terlalu lama mendiamkan istrinya itu, tapi ini semua demi Qilla. Agar dia menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Jam 03.00 pagi tadi Adzril sudah dihubungi oleh Leo seniornya di rumah sakit, untuk membantunya dalam sebuah operasi yang sangat darurat. Adzril memang dokter yang termuda di rumah sakit ini tapi dengan kecerdasan dan keahliannya, kemampuan Adzril sudah tidak diragukan lagi, oleh sebab itu dalam umurnya yang baru 20 tahun dia sudah diangkat menjadi seorang dokter.

Tok...tok...tok...

"Masuk."

"Assalamualaikum. "

"Waalaikumussalam."

"Dzril, ini Leo butuh tanda tangan lo di dokumen ini." Seorang wanita cantik dengan porposi tubuh yang ideal masuk ke dalam ruangan Adzril.

Tanpa basa basi Adzril langsung mengambil pulpen dan menandatangani dokumen yang Alika bawa.

"Lo butuh sesuatu? Apa gue harus beliin makanan?" Tanya Alika antusias untuk mencari topik agar ada bahan pembicaraan diantara keduanya.

"Gue gak butuh." Dingin, yah Adzril memang seperti itu dia sangat dingin kepada wanita. Tapi itulah yang membuatnya semakin menarik di mata para wanita.

"Yaudah gue pamit." Adzril hanya berdehem, saat Alika sudah berada di ambang pintu Adzril memanggilnya kembali membuat Alika sangat senang akan hal itu.

"Lo liat Rafi?" Senyuman di wajah Alika pudar begitu saja ketika mendegar pertanyaan yang dilontarkan oleh Adzril, kenapa dia hanya peduli pada Rafi?

"Gue gatau." Dengan hati yang jengkel Alika pergi begitu saja dari ruangan Adzril tanpa mengucapkan salam, Adzril hanya menatap malas melihat kelakuan wanita itu.

.
.
.

Yaallah kasian Qilla:(

ASYA (ON GOING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang