-ingin-
Ardan terduduk seorang diri di cafetaria dekat perusahaan milik keluarga tempat ia bekerja. Jam makan siang biasanya Ardan lebih memilih untuk berdiam di ruang kerjanya untuk menyantap bekal makan siang dari sang istri tapi tidak dengan hari ini.
Ardan sengaja meminta Nara untuk tidak membuat bekal seperti biasa karena ia ingin mencoba makanan yang ada di cafetaria bersama teman jaman kuliah dulu sekaligus rekan kerjanya di perusahaan. Awalnya Nara melarang takut makanan yang dimakan Ardan tidak baik untuk tubuhnya yang rentan namun Ardan meyakinkan bahwa cafetaria yang akan ia kunjungi menjual menu sehat yang bisa Ardan makan dan ya Nara mengizinkanya.
"Sorry banget bro gue telat udah nunggu lama ya?" Ujar seorang laki-laki tinggi dengan wajah cantik berdiri dihadapan Ardan bersama dengan perempuan kecil cantik digandengnya.
Ardan yang awalnya sibuk dengan ponsel yang ada di tanganya sedikit tersentak.
"Eh? Oiya gapapa kok Wan gue juga baru dateng duduk dulu wan"
Juan nama laki-laki yang kini duduk didepan Ardan dengan anak kecil yang digandeng tadi beralih duduk dipangkuannya.
"Hey cantik siapa namanya sayang?" tanya Ardan lembut seraya tersenyum hangat hingga menampilkan dua bolongan di pipi-nya ke arah gadis kecil yang ada dipangkuan Juan.
Gadis kecil itu tampak malu-malu alih alih menjawab ia malah menelusupkan wajahnya ke dada bidang sang papa membuat Ardan yang melihatnya menjadi gemas.
"Sayang..om Ardan nanya loh dijawab dong masa dikacangin nanti om nya ngambek gimana?" gadis kecil itu sontak mendongak menatap sang papa seakan bertanya apa harus ia menjawab pertanyaan yang Ardan berikan tadi.
Juan yang paham akan tatapan putri kecilnya mengangguk perlahan gadis kecil itu menatap Ardan malu-malu.
"Ce-cil nama aku cecil om.."
"Wah namanya cantik kaya orangnya salam kenal ya Cecil nama om, om Ardan" sahut Ardan semangat seraya mengusap gemas surai gadis kecil didepanya,
Setelah perkenalan singkat antara Ardan dan Cecil anak dari rekan kerjanya kini mereka tengah asik menikmati makan siang bersama, Ardan tersenyum samar melihat Juan dengan telaten menyuapkan makanan ke arah buah hatinya tak jarang ayah dan anak itu tertawa bersama karena hal kecil yang dilakukan Juan mengundang tawa sang buah hati.
Hati Ardan menghangat dan berdenyut nyeri bersamaan, ia juga ingin menjadi seorang ayah pasti rasanya sangat menyenangkan bukan? Namun ia teringat kembali ucapan dokter dua hari lalu yang mengatakan ia sulit memiliki keturunan cukup membuat hidupnya hancur.
"Dan tumben banget lo ngajak gue kesini biasanya lo paling anti makan siang diluar kaya sekarang ada apa nih?" Juan angkat bicara membuat Ardan yang tengah melamun sedikit tersentak,
"O-oh gapapa lagi pengen aja btw lo juga tumben bawa anak lo kerja?"
"Iya soalnya bini gue kan baru lahiran anak kedua apalagi sesar lahirannya jadi engga boleh kecapean dulu terus nih kan si Cecil kalo di rumah aktif banget makanya gue bawa aja ke kantor biar bini gue bisa istirahat sama fokus ngurus anak gue yang baru lahir",sahut Juan panjang lebar sembari tanganya sibuk menguncir rambut sang anak yang tengah asik menikmati makan siangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
L A K U N A || Jaerosè✔
أدب الهواة"Aku jauh dari kata 'sempurna' Nar"- Ardan "Mas janji sama aku jangan pernah nyerah ok? Kita berjuang sama-sama ya mas, aku akan selalu ada disamping kamu"- Nara "Sona will you marry me?" -Johan "Untuk saat ini karier lebih penting Jo"-Sona Gambar d...