-Surprise-
Mirna menyambut kedatangan putra bungsunya pulang ke rumah dengan perasaan lega sekaligus bahagia ditambah senyuman hangat tepat ketika mobil putra sulungnya berhenti di depan rumah. Namun senyuman hangatnya memudar melihat Johan yang mengangkat Ardan untuk di dudukkan ke kursi roda diikuti Nara yang siap mendorong kursi roda sang suami.
Seminggu putra bungsunya di rawat perubahan besar begitu terlihat, mulai dari tubuh yang kurus, mata yang sayu, hati Mirna terasa teriris. Ia ingin menggantikan posisi putranya sekarang sungguh, Mirna merasa putranya tidak pantas menanggung rasa sakit yang merenggut semua dari kehidupannya. Ardan masih muda, masih banyak harapan yang harus ia wujudkan, dan ada istri serta anak yang masih dan akan terus membutuhkannya.
"Halo mam" sapa Ardan ketika berada didepan Mirna dengan suara lirih sembari tersenyum
Mirna yang tersentak dari lamunannya sontak langsung bersimpuh di hadapan sang putra,
"Hai sayang, gimana udah enakan?"
Ardan mengangguk, "udah mam-kenapa nangis?"
Mirna buru-buru menghapus air matanya yang tanpa izin keluar seraya menggeleng.
"Gapapa sayang, mamah kayanya kelilipan", bohong Mirna karena sebenarnya Mirna menangisi keadaan putranya yang sangat menyedihkan..
"Beneran kelilipan?" Mirna mengangguk lalu memberi ciuman dan pelukan pada Ardan
Sedangkan Johan dan Nara yang paham akan perasaan Mirna saling melempar tatap, berusaha mencairkan suasana.
"Bocil kemana nih? Dari masuk ke rumah kok engga ada suaranya ya?"
Nara dan Ardan lantas menatap Johan bersamaan, iya juga mereka baru sadar putra kecilnya tidak menampakkan batang hidungnya sedari tadi.
"Kak Jo jangan bilang anak aku ketinggalan di rumah sakit?!" Panik Nara
Johan menggeleng, "No No tadi si bocil ada di mobil kok aku gandeng pas keluar rumah sakit engga mungkin ketinggalan"
"Aduh terus kemana anaknya??? Engga bersuara dan engga ada wujudnya"
"Wujud anjir bahasa lo Nar dikira Nana benda" sahut Ardan diselingi tawa (masih sempetnya ngakak) sedangkan Ardan menghela napas
-
Sementara yang di cari tengah asik menghias kue buatannya untuk sang ayah di dapur ditemani asisten rumah tangga keluarga.
"Bibi bibi bibi"
"Iya tuan muda ?"
"Ish bibi! Nama aku Nana bukan tuan muda! Ayo panggil Nana, kalo bibi panggil tuan muda Nana marah"
Asisten rumah tangga itu lantas terkekeh geli,
"Ah iya maaf, maksudnya iya Nana ada apa? Ada yang perlu bibi bantu?"
Nana mengangguk mantap, "tentu saja ada bibi yang cantik"
KAMU SEDANG MEMBACA
L A K U N A || Jaerosè✔
Fanfic"Aku jauh dari kata 'sempurna' Nar"- Ardan "Mas janji sama aku jangan pernah nyerah ok? Kita berjuang sama-sama ya mas, aku akan selalu ada disamping kamu"- Nara "Sona will you marry me?" -Johan "Untuk saat ini karier lebih penting Jo"-Sona Gambar d...