Bagian 18

470 44 0
                                    

Waktu cepat berlalu hingga tanpa terasa usia kandungan Ye Jin sudah memasuki bulan ke Sembilan yang artinya tinggal menghitung hari, buah hati mereka akan lahir ke dunia.
Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut anggota baru keluarga mereka. Ye Jin menepati janji yang dibuatnya dulu dengan Hyun Bin untuk berhenti sementara dari dunia hiburan dan berfocus pada kehamilannya.

Terkadang, Ye Jin merasa ketakutan menjelang kelahiran anaknya. Ia banyak mendengar cerita dari kakaknya maupun teman-temannya yang sudah memiliki anak jika melahirkan itu sangatlah menyakitkan. Hal tersebut yang coba ia enyahkan dari pikirannya, dan selalu berpikir positif jika melahirkan tidak sesakit apa yang mereka katakan. Tapi, semakin ia lawan perasaan tersebut, semakin dalam rasa khawatirnya. Belum lagi, Ye Jin sering merasakan perutnya tegang dan bayinya sangat aktif bergerak dalam kandungannya. Setiap kali rasa nyeri itu datang, Ye Jin sebisa mungkin menahannya agar Hyun Bin tidak khawatir padanya. Hyun Bin sudah banyak sekali ia repotkan, bahkan untuk hal-hal kecil juga Hyun Bin selalu memperhatikannya sampai tidak jarang pula suaminya itu lupa akan dirinya sendiri.

Hyun Bin adalah lelaki sigap dan bertanggung jawab yang rela mengorbankan apapun untuknya dan calon anak mereka.
Seperti saat ini, Hyun Bin membuatkan susu ibu hamil untuknya minum, setelahnya ia akan meminumnya dan memberikan gelas kosong itu kembali pada Hyun Bin untuk ia taruh di wastafel.

Ye Jin di atas ranjang, masih menunggu suaminya itu selesai mencuci gelas susu yang tadi ia minum. Melihat Hyun Bin membuka pintu kamar, membuat Ye Jin menyunggingkan senyum pada laki-laki terbaik di dunia ini setelah ayahnya.

Hyun Bin menghampiri Ye Jin dan menidurkan kepalanya di paha Ye Jin. Selalu menjadi kebiasaan Hyun Bin, setiap malam sebelum tidur, laki-laki itu akan tidur di paha Ye Jin, mengelus perutnya dan mengajak berbicara calon bayi mereka. Putra mereka selalu merespon setiap hal kecil yang dilakukan Hyun Bin pada perutnya, entah itu berupa tendangan keras maupun gerakan aktif namun pelan yang dirasakan Ye Jin, dan Ye Jin selalu merasa bahagia setiap Hyun Bin menaruh perhatian untuk calon bayi mereka.

“ Aegi-ya, tenanglah dalam perut eomma. Appa tidak sabar untuk melihatmu lahir. Aegi-ya, Appa neomu saranghae.” Ucap Hyun Bin sebelum beranjak dari pangkuan Ye Jin.

“ Uri aegy juga sangat mencintai Appanya.” Balas Ye Jin pada Hyun Bin yang sudah menghadapnya.

“ Bin-a, aku merasa takut mendekati hari kelahirannya.” Papar Ye Jin dengan raut muka khawatir.

Dengan seulas senyum, Hyun Bin berusaha meyakinkan Ye Jin bahwa semua akan baik-baik saja dan Hyun Binpun berjanji akan menemani Ye Jin saat Ye Jin melahirkan nanti.

“ Kenapa? Bukankah kau selalu menantikan momen itu?” tanya Hyun Bin.

“ Akhir-akhir ini aku sering mendengar cerita bahwa melahirkan itu sangat sakit Bin-ah.” Ungkap Ye Jin memberi penjelasan pada suaminya akan ketakutan yang dirasakannya.

“ Bagaimana jika setiap kau merasa ketakutan, kau bayangkan aegy yang sudah kita nantikan kelahirannya berada di tengah-tengah kita. Mungkin kau bisa mencoba untuk memejamkan matamu dan rasakan aegy dalam dekapanmu.” Hyun Bin memberikan saran pada Ye Jin, berharap calon ibu tersebut tidak berlebih dalam ketakutan.
Ye Jin menimang apa yang dikatakan suaminya dan mengangguk setuju atas saran yang diberikan oleh suaminya.

Malam semakin pekat, Ye Jin melihat Hyun Bin yang terlelap. Ye Jin beberapa kali mengubah posisi tidurnya, karena perutnya berkontraksi yang membuatnya meringis menahan sakit. Dua jam berlalu, Ye Jin masih belum terlelap dan kontraksi yang ia rasakan sekarang makin sering. Awalnya ia tidak tega membangunkan Hyun Bin yang tertidur pulas di sampingnya, namun karena rasa sakit yang ia rasakan, ia terpaksa membangunkan Hyun Bin untuk membawanya ke rumah sakit.

“ Bin-ah, tolong aku, perutku mulas sekali.” Rintih Ye Jin.
Hyun Bin seketika terbangun saat mendengar rintihan istrinya itu. Mungkin ini sudah waktunya, setidaknya itulah yang ada di pikiran Hyun Bin saat ini.

Dengan tergesa, ia segera menggedong Ye Jin dan mengambil tas yang sudah dipersiapkan Ye Jin jika tiba-tiba ia melahirkan. Mobil melaju dengan cepat membelah jalanan Seoul yang terlihat legang, saat hari mulai menunjukkan dini hari waktu Korea. Ye Jin terlihat pucat di samping kemudi Hyun Bin dengan raut wajah kesakitan yang membuat Hyun Bin merasa bersalah karena tertidur dan melupakan Ye Jin yang bisa melahirkan kapan saja. Andai Hyun Bin terjaga, mungki Hyun Bin bisa membawa Ye Jin ke rumah sakit dari awal Ye Jin merasa kontraksi. Namun, Hyun Bin berusaha untuk tetap berpikir positif dan mengenyahkan rasa bersalahnya pada wanita di sampingnya. Hyun Bin harus fokus pada jalanan, sembari sebelah tangannya menjadi pegangan untuk Ye Jin kala rasa sakit kembali wanita itu rasakan.

T B C

Hai readers, aku balik lagi setelah lama hiatus🙏

Maafkan aku, kalau ceritanya semakin absurd😢😢

Jangan lupa ya untuk read, like and comment😉

Kalau boleh, kalian juga bisa kasih saran atau ide gitu ke aku, biar halunya makin jadi😆

See you in the next part😙

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang