Halo apa kabar?
Jeno melirik Jeffrey yang berada disampingnya, tengah fokus menyetir tanpa ada tanda tanda memulai percakapan dengan dirinya.
"Pak, lu marah ke gua?"
Menggeleng, tangan Jeffrey terulur untuk mengengam tangan Jeno yang berada diatas paha yang lebih muda. Mengusap punggung tangan itu perlahan.
Keduanya kembali terdiam, bahkan Jeno tak sadar mobil Jeffrey sudah berhenti di parkiran sekolah. Menit demi menit berlalu, Jeffrey menghela nafasnya. Lalu tanganya ia gunakan untuk mengangkat dagu Jeno, membuat wajah yang lebih muda menatapnya.
"Semalem kenapa ngga pulang?" tanya Jeffrey dengan suara deepnya.
Jeno menelan salivanya kasar, "G -gua harus cepet cepet ke kelas...belum nugas" Kata Jeno cepat, setelahnya keluar dari mobil dan meninggalkan Jeffrey.
Jeffrey keluar dari mobil, mengikuti langkah Jeno, dapat dia lihat Jeno yang beberapa kali disapa oleh uke maupun wanita cantik. Tentu saja kesal, namun apa boleh buat.
Bruk!
Sret
Jeffrey dengan reflek menarik badan Jeno kedalam pelukanya saat ada seorang murid yang tak sengaja menabrak Jeno.
"Kalo jalan hati hati!" tegur Jeffrey, masih bisa menahan emosinya. Ini di area sekolah manusia.
"Pak" panggil Jeno, menunjukkan tanganya yang berdarah.
"B - berdarah...." guman Jeno lirih, setelahnya pemuda itu hanya diam saat mendengar teriakan Jeffrey yang memanggil namanya. Di ikuti pandanganya yang menggelap, Jeno pingsan.
*****
Hal pertama yang Jeno lihat saat pertama kali membuka matanya adalah seorang pria dengan perawakan tinggi, berkulit sedikit tan. Dan tentu saja sangat tampan yang sedang duduk di meja kerjanya.
Dia dimana? ruangan ini sangat jauh jika dikatakan Rumah sakit. Ini lebih mirip dengan kamar pribadi. Namun ada ruang kerjanya? ntahlah. Kepalanya bahkan masih pusing.
Tunggu, anaknya?!
Dengan gerkan cepat Jeno duduk dari posisi tidurnya, meraba perutnya dengan tergesa.
"Pak!" Panggil Jeno kepada pria tan itu.
Sosok itu nampak mengernyit saat dipanggil pak, namun tetap berjalan mendekati Jeno.
"Anak gua gimana?" tanya Jeno panik.
"Janinya ngga bisa diselamatkan-
Sosok tan itu menahan tangan Jeno yang terlihat meremas selimutnya dengan kuat.
- Jarum suntik waktu itu isinya racun"
Jeno menatap nanar sosok itu, ntah kenapa dirinya merasa kehilangan sesuatu yang begitu berharga. Benarkah? Bayinya telah tiada.Jujur, Jeno memang membenci bayi itu dulu. Namun, jiwa seorang ibunya muncul saat pertama kali melihat janin ini lewat layar monitor.
"Sttt....tenang jane, ini bukan salah lu" Bisik Sosok itu lalu menarik Jeno dalam pelukanya.
Jeno diam bohong jika dirinya tak sedih. Namun menangis pun sekarang seolah tak ada artinya.
Jeffrey sudah mendengar bahwa Jeno telah sadar setelah pingsan selama hampir 5 hari. Pria dewasa itu duduk disamping ranjang Jeno. Keduanya terdiam, bahkan dari Jeffrey masuk dan menawarkanya makan malam anak itu menolak dengan gelengan kepala.