Apa kabar? ini chap terakhir ya :")
Jeffrey menatap gelapnya langit malam ini. Hanya ada bulan tanpa bintang di tengah luasnya langit yang ia pandang. Matanya menatap sang bintang dengan penuh.
"Bukankah kita sama? sendiri, ditengah luasnya dunia, tak peduli waktu yang terus berlalu. Bahkan matahari pun enggan untuk bersamamu."
Menekuk kedua kakinya, menumpukan dagunya pada lipatan tangan. Menatap kosong pada bulan yang sedari tadi menemaninya.
Fikiranya benar-benar berkecambuk. Kerajaanya, Rose, Eric, calon anaknya, dan yang paling penting Jenonya.
"Dad."
Jeffrey menoleh kebelakang, mendapati Eric dengan dua gelas kopi di tanganya. Pemuda tampan itu menyodorkan salah satu gelasnya pada Jeffrey.
"Thanks Son, kenapa tidak tidur?," tanya Jeffrey ketika Eric mendudukan diri di sampingnya.
"Aku tidak bisa tidur beberapa hari ini, mom dan adik selalu menganggu fikiranku," keluh Eric. Jeffrey terkekeh. Tanganya menuntun Eric untuk merebahkan kepala sang anak pada pahanya.
"Aku akan melindungi Ibumu apapun yang terjadi Son."
Eric mendongak, menatap mata Jeffrey yang juga tengah menatapnya dengan penuh. Melihat keseriusan didalamnya.
Sayang, tidak ada setitikpun keraguan di dalam mata sang ayah.
"Dad," panggil Eric sekali lagi. Jeffrey menoleh.
"Ayo akhiri semua ini."
"APA YANG KAMU LAKUKAN?!."
Jeffrey membentak, lehernya tercekat melihat pemandangan didepanya.
Eric, dengan pedang perak di tanganya yang sudah memerah hampir melepuh.
Jeffrey tidak bisa mendekat, dia tidak sekuat Eric untuk menyingkirkan benda perak itu.
Tengah malam, di tempat tertinggi yang berada di kerajaan Jeffrey. Dengan anaknya sendiri yang berniat mengakhiri nyawanya didepanya.
Bulan purnama merah seakan menjadi background mencekam diantara keduanya.
Kaki Jeffrey lemas untuk sekedar menopang tubuhnya.
"Dad, ingin tau sesuatu?," tanya Eric. Bibirnya tersenyum tipis menatap Jeffrey.
"DIAM! DAN BUANG BENDA SIALAN ITU JUNG!."
Eric menggeleng.
"Alasan kenapa Rose mau mengandungku selama sembilan bulan-
"HENTIKAN JUNG!."
Sungguh Jeffrey memekik ketika benda perak itu menyayat bahu hingga dada Eric.
"Wanita itu yang menusuk Mom saat di air terjun. Wanita gila itu mencintai Mom lebih dari yang Dad tau....- Berhenti atau aku akan langsung menusukan pedang ini pada jantungku!"
Instruksi Eric ketika Jeffrey berjalan perlahan ke arahnya. Tak taukah Eric bahwa sang ayah sekarang menahan untuk tak membawa Eric dalam pelukanya?
Jeffrey menggeleng, ratusan tahun dia hidup. Dirinya sekarang merasakan apa yang disebut putus asa. Anaknya, segalanya untuknya.
"Dia mempelajari ilmu hitam, mempelajari mantra terlarang dengan memasukan separuh nyawanya kedalam raga murni dari keturunan raja dan ratu."
Eric berdecih kala merasakan darah yang mulai keluar dari mulutnya.
"Puluhan tahun mempelajari mantra itu, dan aku tau. Jika aku mati, maka dia akan mati, ikut hancur bersamaku. Diramalan juga tertulis seperti itu bukan?."
"Eric, kita cari cara lain oke?," pinta Jeffrey, suaranya paruh.
JLEB
"ERIC!."
"Jeno!"
Grep
"Hey hey....ada apa denganmu?," tanya Chanyeol menenangkan. Tangan lebarnya menangkup kedua pipi sang anak, menatap dalam mata Jeno.
"Ayah-.... Eric, Eric dimana?," Tanya Jeno paruh. Tanganya meremas tangan Chanyeol yang menangkup kedua pipinya. Tatapan matanya begitu menampilkan kecemasan.
"Eric, Eric anak Jeffrey?-
Chanyeol dapat melihat Jeno mengangguk pelan dengan keringat yang membasahi wajahnya. Ntah apa yang membuat sang anak terbangun dengan keadaan seperti ini.
- ....sttt...tenanglah terlebih dahulu son," bisik Chanyeol membawa Jeno kedalam pelukanya.
Lama mereka dalam posisi berpelukan sampai dirasa Jeno sudah mulai tenang.
"Jadi, mau bercerita son?," Tanya Chanyeol, mengusap rambut Jeno perlahan.
"Eric, dimana...ayah."
"Eric dirumah Jeffrey sayang, setelah kita pulang dari rumah sakit kita bertemu dengan Eric oke?," bujuk Chanyeol.
Jeno mengangguk.
"Lalu, bisa bercerita kenapa tekanan darahmu bisa serendah ini hingga kamu pingsan saat menaiki tangga son?."
Tunggu, pingsan?
Jeno mendorong Chanyeol, lalu melihat sekitar. Juga beralih menatap pada bajunya.
Baju yang sama ketika Ayahnya pertama kali mengenalkan dia kepada Jeffrey.
Ehehehe...
[Rab. 22 12 2022]