Jeno menjatuhkan dirinya di sofa, menyugar rambutnya kebelakang lalu menutup matanya. Mencoba menghilangkan penat, ntah beberapa minggu ini dia merasa begitu mudah lelah.
"Selamat sore Luna, apa anda memerlukan sesuatu?".
Jeno membuka matanya, melihat tiga maid yang sedang membungkukan badan dihadapanya.
"Ngga, gua bisa ambil sendiri....dan ya, jangan panggil gua Luna, gua cowo tulen" ucap Jeno mengingatkan.
Ketiga maid itu mengangguk faham lalu berbalik meninggalkan Jeno dan melanjutkan tugas mereka masing masing. Jeno sendiri lebih memilih melanjutkan tidur sorenya di atas sofa, tanpa memperdulikan beberapa maid dan pengawal yang menatapnya dengan tatapan yang cukup aneh.
Kenapa? toh dia hanya tidur tidak mencuri.
"Jadi begini attitude seorang Luna?"
Kembali membuka matanya, berdecak pelan sebelum melihat lawan bicaranya. Sekarang Jeno mendapati seorang wanita dengan dress merah marun selutut dan segelas anggur ditanganya.
Jeno dengan tergesa mengubah posisinya menjadi duduk.
"Noona siapa ya?" tanya Jeno mencoba ramah."Jungyeon, Jung Jungyeon" kata wanita itu kemudian mendudukan diri disamping Jeno.
Dapat Jeno lihat, wanita ini pasti dari keluarga konglomerat. Bisa dilihat dari cara duduk dan juga caranya memegang gelas anggur, begitu angun.
"Ah.... selirnya Pak Jepri" sahut Jeno seadanya.
Moodnya tiba tiba turun saat mendengar nama wanita itu, dan memilih bermain ponselnya.
"Untuk sekarang ya...."
Jeno menoleh, mendapati gadis itu dengan tenang menikmati anggurnya. Gurat wajah tak suka sangat jelas di wajah pemuda itu.
Tanpa permisi Jeno melangkah pergi meninggalkan ruang tamu itu. Sebelum sebuah suara menghentikanya.
"Siapkan dirimu, kejadian yang lampau mungkin akan terulang lagi"
Berdecih sesaat sebelum akhirnya benar benar meninggalkan ruangan itu.
****
Jam tangan rolex yang melingkar di tangan Jeno menunjukan pukul 23.36 dini hari. Dan dirinya bersama beberapa anak anak lainya berada di basecamp mereka, setelah sesaat sebelumnya Jeno memaksa mereka untuk tidak memberi tau Jeffrey tentang keberadaanya.
"Jen lu kapan mau pulang?" tanya Mark melirik jam dinding.
"Gua nginep aja lah"
Pletak!
Sebuah sendok mendarat di kepalanya. Renjun sang pelaku mendengus kesal atas jawaban Jeno. "Kalo lu kenapa kenapa kita yang kena podoh!"
"Lu pada kenapa dah anjing, gua biasanya juga nginep di basecamp sendirian"
Kesal tentu saja, Jeno sekarang bahkan sudah menyamankan dirinya di sofa kumuh yang ada dibasecamp itu.
Basecamp mereka tidak begitu elit, sama dengan basecamp anak jalanan lainya. Berada rumah kosong yang ada di dalam gang sempit dekat arena balap liar.
Beberapa Jam berselang, mereka masih mengawasi Jeno. Walau hanya tersisa Mark dan Haechan.
Ceklek...
Pintu terbuka, membuat seisi ruangan terkecuali Jeno yang sudah tertidur dengan nyenyak disofa.
"Kapan balik?" tanya Mark mencoba tenang.
"Baru sampai, dimana dia?"
Lalu Haechan melirik Jeno yang tertidur disofa dengan posisi membelakangi pintu.
Dengan langkah lebarnya sosok itu melangkah mendekati Jeno. Mengusap pelan rambut Jeno.
"Kalian bisa pergi" kata sosok itu melirik Mark dan Haechan bergantian.
Setelahnya sepasang suami istri itu pergi meninggalkan basecamp.
Jeno mengerjap pelan saat bangun dari tidurnya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dari celah jendela yang pecah di basecamp itu.
Mengernyit heran saat mendapati seragam, tas yang berisi buku sesuai jadwalnya hari ini, peralatan madi, black card, dan jangan lupakan sarapan lengkap dengan susu kotak khusus ibu hamil dimeja.
Matanya kemudian beralih menatap sebuah note kecil diatas kotak bubur ayamnya.
Morn, mom
Maaf tidak bisa menemani. Kurang lebih pukul 7 daddy akan menjemput. Bersiaplah kita akan bertemu disekolah.
ur (soon) son
Apakabar? ini pendek ya maaf, otak ku buntu buat cerita yang ga beralur ini
* mengprustasi *[ Sel. 10 Agustus ]