Halo, apa kabar?
Makin kesini makin bingung mau lanjutin ff ini kaya gimana😄😄
Aku up karena sudah muak dengan essay dan berakhir di aplikasi berwarna orange menggoda iman ini ehehe....
Selamat membaca!
Jeno menatap jengah kedua dominan didepanya yang sedari tadi bertengkar. Sepele, mereka memperebutkan potongan cake terakhir.
Dengan kesal Jeno memakan cake yang mereka perebutkan dengan sekali suap.
Bibir keduanya terkatup rapat, lalu menghela nafas dengan kasar. Dan secara bersamaan menengguk wine mereka. Pasangan ayah dan anak yang serasi bukan?
"Ayo pulang." ajak Jeno setelah menelan Cakenya.
"Sebentar mom, malas bertemu dengan para jalang."
"Mereka ibumu son."
Eric mengendikan bahunya acuh mendengar teguran Jeffrey, memang benar. Semua selir ayahnya adalah jalang yang rela mengangkang didepan ayahnya demi uang dan popularitas.
"Bener kata bapak lu, masih kecil jangan ngomong kasar."
Eric tergelak dengan gerakan cepat mengecup pipi Jeno. "Aku bahkan lebih tua darimu mom.", guraunya.
"Terserah lu lah, gua sebagai ortu yang baik cuma mengingatkan...ya kga pak?", Jeno menyikut lengan Jeffrey. Membuat yang disikut tersentak kecil lalu mengangguk mengiyakan.
"Why dad, am i made you angry?."
Dan inilah yang membuat Jeffrey tidak terlalu suka ketika bersama Eric. Anak itu akan selalu menguji kesabaranya.
"Ayo pulang."
Jeno menatap Jeffrey dan Eric bergantian. Jeffrey yang sudah berdiri dan mengulurkan tangan kepadanya atau Eric yang bersandar pada kursinya, menatap remeh pada Jeffrey dengan memainkan segelas wine ditanganya.
"Gua mau sama Er-
"Jung Jeno!."
Brak!
Gelas wine yang digengam Eric retak. Eric melangkah kearah Jeffrey, menarik kerah baju ayahnya.
Jeno sudah berdiri, hendak memisahkan keduanya. Gerakanya terhenti saat Eric menarik Jeno untuk berada dibelakangnya.
Dan kembali, Eric menatap Jefftey dengan seringainya, "Jung Jeffrey... sebegitu naifnya kau hingga percaya bualan wanita jalang itu?."
Rahang Jeffrey mengeras, tanganya beralih mengengkram tangan Eric yang ada di kerah bajunya. "Daddy tak pernah mengajarkanmu untuk menghina ibumu sendiri, Eric."
Pelan, namun mampu mendominasi ruangan. Jeno dibuag terintimidasi olehnya namun tidak dengan Eric.
"Bahkan aku menyesal telah la-
PLAK!
Tamparan Jeffrey yang mampu membuat Eric memalingkan mukanya. Berdecih, Eric meludah di lantai restoran yang kini mereka singgahi.
Jeffrey terdiam ditempatnya. Dia baru saja menampar Eric, anaknya. Bahkan setelah dirinya berjanji di pusara Jane.
Jeffrey terdiam, begitu juga saat Jeno balik menamparnya dan membawa Eric pergi dari sana. Lelaki dewasa itu tetap diam terpaku ditempatnya.