KEDUA

30.2K 3K 19
                                    

Typo bertebaran






*****

Jarak antara Toko Kue dengan rumahku memang tidak terlalu jauh, mungkin hanya memakan waktu lima belas menit jika memakai sepeda motor. Dan itu sangat menghemat waktuku. Selain itu juga jalanannya juga sangat jarang terjadi kemacetan.

Kini setelah memarkirkan motorku dihalaman, dihadapkanku kini terlihat sebuah rumah minimalis satu lantai yang telah aku tempati selama setahun kebelakang ini.

"Asalamualaikum." Ucapku memasuki pintu rumah. Tidak ada siapapun didalam rumah, tapi mengucapkan salam memanglah penting. Terdengar sepele memang, tapi itu banyak sekali faedahnya.

Kini aku memasuki kamarku untuk membersihkan diri dan bersiap melaksanakan sholat Maghrib. Mandi dan shalat telah aku selesaikan, kini tanganku bergerak membuka dompet berwarna coklat menghitung kembali uang hasil penjualanku hari ini.

Sibuk dengan kegiatan menghitung uang, tiba tiba saja perutku bersuara keroncongan. Kutatap jam yang berada di dinding kamarku, waktu sudah menunjukkan pukul enam malam, pantas saja aku merasakan lapar. Memang hari ini aku hanya sarapan, dan belum makan siang.

Membuka kulkas aku tidak menemukan makanan, didalamnya hanya berisikan botol air mineral dan buah-buahan. Oh ya ampun, mentang mentang aku tinggal sendiri sampai sampai belanja mingguan pun aku jadi lupa.

Sebenarnya aku malas untuk pergi keluar rumah, tapi karena rasa lapar yang lebih besar daripada rasa malas. Aku jadi berjalan keluar rumah untuk pergi ke supermarket membeli kebutuhan mingguan dan itung-itung juga membeli bahan bahan untuk membuat Kue untuk jualan hari Senin.

Setelah belanja kebutuhan rumah dan kebutuhan toko selesai, kini aku berjalan untuk segera pulang. Jarak antara rumahku dan super market memang tidak terlalu jauh sehingga aku tidak membawa sepeda motorku, dan juga itung-itung olahraga di malam hari.

Ditengah perjalanan langkahku terhenti, terlihat di sana empat langkah di hadapanku terlihat seorang pemuda laki-laki yang terduduk lemas seperti akan pingsan. Tampa sadar aku segera mendekatinya dan berjongkok menyamai tingginya.

"Kamu gapapa kan dek?." Tanyaku khawatir setelah melihat luka yang ada dilengannya. Seketika ia menoleh menatapku, tanganku yang semula berada di bahunya kini tersentak dan langsung berdiri.

"Mama??". Katanya mendongak menatapku dengan tatapan rapuh dan...binar rindu, yang tentu membuatku sangat kaget. Ada apa dengan tatapannya, dan itu tadi katanya apa, mama? Aku jadi ingat, dulu bahkan ia tidak pernah sekalipun memanggil ku dengan sebutan mama dan bahkan selalu menatapku dengan tatapan datar dan dinginnya. Dan sekarang ada apa dengan ?




Ada apa dengan, my ex-son ?

*****

Sorry Chapter ini gaje ya? Hehehe

Jangan lupa

Vote

Komen

Saran

Dadah

Selamat
Malming 🌌








Come Back Mama Anne : Available in e-booksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang