DUA PULUH

8K 623 12
                                    

+15

Hatur nuhun kanggo 29k

Seorang pria berjas putih keluar dari kamar pasiennya dengan raut mimik senang.

"Dengan keluarga bapak Elano?".

"Saya pak. Saya adiknya."

Ujar Lisa menunjuk dirinya.

"Selamat keadaan Kakak anda sudah sangat membaik, dan juga menunjukkan tanda-tanda akan segera sadar dari komanya."

Jelas Dokter tersebut diiringi senyuman di wajahnya. Lisa yang mendengarnya pun tentu juga sangat senang mendengar bahwa kakaknya itu akan segera sadar.

"Syukurlah kalo begitu dok, tapi, kira-kira kakak saya akan sadar kapan?".

Sang Dokter menggeleng. "Kalo kapan sadarnya itu saya juga tidak tahu. Tapi, kamu berdoa saja kepada Tuhan semoga kakak kamu cepat sadar di waktu yang cepat."

Lisa mengangguk paham.

"Kalo begitu saya permisi dulu."

Sepeninggal dokter, Lisa dengan cepat membuka handphonenya untuk memberi kabar bahagia barusan kepada keponakan dan kedua orangtuanya. 

"Halo Ma?".

Lisa tersenyum saat orangtuanya itu menjawab panggilan teleponnya.

"Kenapa? Kamu butuh uang sayang?".

Lisa nampak kecewa dengan jawaban dari mamanya itu, kenapa yang pertama kali selalu saja uang dan uang, pikirnya kecewa.

"Bukan Ma. Itu, keadaan Abang kata dokter udah mulai membaik."

"Oh, yaudah baguslah kalo begitu."

Lisa menghela nafas, kenapa mamanya seperti terkesan acuh tak acuh seperti itu. Lisa mencibir dirinya sendiri, kenapa ia lupa bahwa orang tuanya memang seperti ini.

"Udah itu doang kan. Udah ya telponnya, mama sibuk, ini juga gara-gara kamu telpon mama, jadi terlambat mau meeting."

Lisa menatap nanar panggilan telponnya yang diputuskan secara sepihak oleh ibunya. Padahal aku belum selesai, batinnya terkekeh miris. Tidak adakah pertanyaan apa sudah makan atau menanyainya kabar seperti orang tua diluar sana. Lisa terkekeh kecil, itu sangat tidak mungkin, batinnya.

§§§§§§


Anne tersenyum mendapati pesan dari Lisa bahwa keadaan mantan suaminya itu sudah akan cepat sadar dari komanya.

"Syukurlah kalo Elano akan segera sadar."

Ucapannya. Anne mengucapkan begitu bukan karena ia masih mencintainya, tapi karena dia merasa bersimpati saja atas kecelakaan yang menimpa mantan suaminya itu. Tidak ada salahnya juga kan dia bersimpati, meskipun itu kepada orang telah menyakitinya dahulu? Ya itu bukan masalah batin Anne berbicara.

Lagian itu hanya masa lalu, tidak baik juga memikirkan kenangan yang buruk. Toh Anne juga sudah mengikhlaskan perbuatan buruk Elano, jadi tidak ada alasan juga untuk mendendam kepadanya. Kalaupun Anne ingin mendendam, itu hanya akan berakibat buruk juga untuk dirinya, ntar batin sakit, badan pun juga akan ikut sakit. Ngerepotin dirinya sendiri aja, pikir Anne dewasa.



Sedangkan disana di sebuah diskotik ada seorang lelaki yang tengah bergoyang aduhai ditengah keadaannya yang lagi mabuk.

"Kenapa Lo malah sadar sih."

Rancaunya ditengah gemulainya ia berjoget ria dengan seorang perempuan berpakaian seksi.

"Anj*Ng." Umpatnya saat perempuan itu dengan sengaja memegang kejantanannya.

"Lo sengaja kan?".

Pria itu mencekram pergelangan tangan wanita itu dengan kuat menggunakan tenaganya.

"Awsss, sakit, lepasin!!".

Wanita berpakaian seksi itu meringis sakit saat tangannya dicengkeram oleh sepuluh kuku-kuku yang panjang nan tajam. Abbi tak memperdulikan ringisan dari wanita kurang ajar didepanny itu, malah sekarang satu tangannya itu melayang di udara bersiap untuk menampar.

Plakkkk

Suara tamparan Abbi begitu keras ditengah suara ajep ajep dan lampu disko yang berkulap-kelip. Bahkan suara tamparan itu mengakibatkan musik yang tadinya mengalun jadi terhenti. Orang-orang disekitar mulai mengerubungi wanita yang ditampar Abbi yang tampak tergeletak bersimbah darah, rupanya Abbi tak main-main menampar wanita itu.

Abbi yang melihatnya langsung kabur saat mengetahui wanita yang ditampar nya itu tergeletak berdarah. Walaupun dengan jalan sempoyongan, Abbi masuk ke mobilnya, dengan nekat mengendarainya, tak memperdulikan orang-orang diskotik yang berteriak-teriak meneriakinya.

"Sial sial sial."

Abbi memberhentikan mobilnya dijalanan yang sepi. Tangannya berkali-kali memukul setir sebagai objek melampiaskan kemarahannya.
Nafasnya memburu, matanya memberat, Abbi pingsan.

"Ini semua gara-gara Lo, Elano." Ucapnya sebelum ia akan pingsan.


TBC

Assalamu'alaikum
Kembali lagi di CMA. Gimana keadaan kalian? Pada sehat-sehat kan? Alhamdulillah kalo pada sehat-sehat mah.

Eh bestih aku sebenarnya pas kemaren update chapter 18 sama 19 ngerasa chapter kedua itu gaje ya dan absud gitu ya. Kalo kalian ngerasa gak? Jawab ya? Soalnya aku ngerasa gitu, ch 18 19 itu kayak gak sesuai. Tolong jawab ya, kalo misalnya itu gak serg di kalian aku bakalan apus tuh chapter. Ini juga sebenernya salah aku karena terburu-buru bikinnya, kalian bayangkan aku buat Ch 18 dan 19 itu cuman dua jam, jadinya Ch dua itu agak gimana gimana ya. Jujur ya di setiap ch dari 1-19 menurut aku yang emang bener-bner buruk itu di chapter 18-19, Kalian mikir gitu gak, itu juga salah aku sekali lagi, karena terlalu Seneng eh malah buat janji mau up double, eh jadinya gini hahaha. Maaf ya, lain kali gak lagi deh hahaha. Maaf pisan.

Udah segitu aja yang mau aku ucapin. Terimakasih banyak atas dukungan dan support kalian semua, dan thanks banget juga untuk yang selalu Komen dan Vote di Setiap Chapternya, makasih banget. Makasih pokonya untuk tuhan dan kalian semua tentunya.

Oke jangan lupa tinggalkan jejaknya. Jangan lupa ya!!!!

Dadah 🐇

Salam hangat dari aku

Jaga kesehatan ya, sekarang musim hujan

12-01-2022

Come Back Mama Anne : Available in e-booksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang