Part 30: Broken

82 20 3
                                    

                   Hallo! Kalian apakabar? Untuk kalian yang pengen kasih masukan berupa saran/kritik boleh komen atau DM, bisa juga kalau ingin bermutual di twitter bisa mampir ke @himawaridongi. Oh ya, btw jangan lupa streaming MV dan stay support iKON dan B.I dengan Solo Debutnya.

Happy Reading^^

Koridor UGD, 09.10 PM

             Ruby sedang mengambil kopi kaleng dari mesin minuman, tiba-tiba ponselnya muncul notifikasi. Ketika ia membacanya, ia menghela napas dan memasukkan koin kedalam mesin minuman untuk menambah satu kaleng lagi.

             Beberapa menit, Ruby mendatangi keberadaan Bobby dan Dongi. Tidak ingin menginterupsi, ia hanya melirik kearah Bobby memberi isyarat untuk pergi keruang lain. Ruby dan Bobby memilih kebalkon rumah sakit dimana keadaan sudah sunyi akan keberadaan manusia.

"Gimana Eve?"

"Udah pindah keruang perawatan."

"Pasti berat untuknya."

"Gue merasa tertampar malam ini." Ucap Bobby tanpa ekspresi.

"Perlu aku bantu?" Senyum Ruby sambil bersandar dibalkon. Bobby mencicipi minuman yang diberi oleh Ruby.

Ruangan Eve, 04.05 AM

             Perlahan mata Eve membuka, ia berkedip beberapa kali untuk memulihkan pandangannya yang buram. Ia melihat kesekeliling dan mendapati Dongi masih menggengam tangannya erat. Tangannya terasa dingin, ia sedang dalam posisi menundukkan kepalanya.

            Eve menyadari perutnya sudah datar, apakah anaknya selamat? Namun yang membuatnya heran adalah tidak ada bayi disisinya. Ia mencoba bergerak namun badannya masih terasa nyeri. Dongi menyadari bahwa Eve sudah siuman.

"Dongi, anak aku mana?"

"..."

"Dongi?"

"Kamu istirahat dulu ya, nanti kita lihat anak kita."

"Aku udah merasa pulih kok." Ucap Eve berusaha meyakini suaminya. Ada hal yang membuatnya kaget, ketika melihat sosok suaminya yang semakin berantakan. Eve meyakini bahwa suaminya ini tidak tidur beberapa hari. Kantung matanya sangat terlihat dan bibirnya terlihat kering. Dongi belum menerima asupan apapun untuk perutnya sendiri.

"Nanti ya, tunggu dokter visit."

"Anak aku baik-baik aja, kan?"

"..."

"Dongi, jawab aku." Melihat raut wajah Dongi yang sendu semakin membuat Eve cemas. Matanya sudah berkaca-kaca, pasti ada sesuatu yang terjadi pada anak ketiganya. Dongi mencoba memberanikan diri untuk menatap mata Eve. "Pandangan kamu sudah menjelaskan semuanya." Air matanya pecah membasahi pipinya.

             Dongi langsung memeluk istrinya, keduanya saling memecahkan rasa sakit dengan tangisan. Betapa sakitnya menyadari bahwa mereka benar-benar kehilangan sosok anak ketiga. Anak yang sudah ditentukan jenis kelaminnya, anak perempuan yang gagal survive karena keterbatasan situasi dan keadaan.

"Maafin aku, Eve. Aku gagal sebagai seorang suami apalagi seorang ayah." Eve melepas pelukannya lalu menutup mukanya dengan kedua tangan. Ia mencoba menangis dalam diam, badannya bergetar hebat. "Maafin aku—"

"Tolong aku ingin melihat anakku, Dongi." Ucap Eve sambil sesenggukan.

"Iya tunggu sampai kamu benar-benar pulih."

"Aku cuma butuh obat pereda nyeri. Aku mau ketemu anak aku."

             Lalu Dongi menuntun Eve untuk duduk dikursi roda setelah perawat memberikan obat Pereda nyeri sehingga Eve bisa bergerak lebih leluasa selama beberapa jam. Sepanjang jalan, Eve berusaha menangis tanpa bersuara, namun Dongi bisa melihat dengan jelas tubuh istrinya yang bergetar seakan wajah pucatnya tidak cukup memulihkan rasa duka bagi Eve.

Choice Of Love (COMPLETE)Where stories live. Discover now