Part 7: Tomorrow Is The Last Time

106 22 7
                                    

Hallo! Masih ada yang inget dengan cerita ini? Kalian apakabar? Maaf baru sempat lanjut malam ini, karena satu dan lain hal. Semoga kalian enggak bosan ya, Happy Reading!

            Eve dan dongi kembali kerumah, timingnya sangat pas ketika dio datang dalam keadaan menangis. Jam menunjukkan sudah larut malam. Eve ingin menggendong dio, namun dongi sudah mengangkat tubuh mungilnya lebih dulu. Eve menoleh tidak suka.

"Kamu ganti baju dulu, dio biar aku yang urus." Dio langsung berhenti menangis, dengan jas yang masih melekat ditubuh dongi. Tetapi ia langsung menidurkan si kecil.

           Istrinya tidak dapat berkata apapun, ia langsung melangkah menuju kamarnya. Membersihkan diri terlebih dahulu. Ketika ia hendak selesai, eve masih memakai bathrobenya, tiba-tiba dongi datang.

"Kamu udah makan?"

"Belum." Dongi berhenti dari aktivitasnya, ia mendekati istrinya tanpa suara. Eve menatap dongi dengan tatapan yang sangat dalam.

"Kenapa?"

           Dongi memeluk eve dengan erat, lalu mengusap punggung istrinya. Eve hanya terdiam, tidak membalas ataupun menolak dekapan suaminya.

"Maafin aku ya, yang. Harusnya ini jadi hari bahagia kamu, hari bahagia kita juga."

"Sayangnya semuanya jadi rusak karena keraguanku." Gumam eve dalam hati.

"Aku merasa gagal jadi suami yang—"

"Kamu enggak perlu ngomong gitu." Kali ini eve mulai bersuara. "Lebih baik kamu istirahat, kayanya kamu lelah banget hari ini." Eve mengusap pipi suaminya. Dongi mengangguk-anggukkan kepala.

         Dongi melirik kearah meja yang sudah tertata sebuah kotak kecil berwarna merah disamping lampu. Dongi menghela napas mendapati istrinya sudah terlelap diatas tempat tidurnya.

Beberapa hari kemudian..

          Eve sedang memilih bahan-bahan makanan bersama si kakak, sementara dongi sibuk menggendong si kecil, Dio. Suasana di supermarket ini sangat ramai, gak heran dongi tetap menggandeng si kakak supaya enggak lari kemana-mana.

"Kamu mau ini?"

"Boleh gak?"

"Gak bisa, Eve. Inget kata dokter apa—"

"Sekarang mulai akur ya sama dokter selain dokter hanna."

"Ya—mau enggak mau." Jawab dongi seperlunya.

"Papa—mau ini.." Dio menunjuk sebuah camilan manis yang paling digemari anak-anak. Tentunya sebagai papa yang baik, ia tidak pernah memusingkan makanan yang diinginkan oleh alea ataupun dio. Berbeda dengan eve yang selektif terhadap konsumsi anak-anak.

"Pa—jangan apa-apa tuh di-iyain."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Choice Of Love (COMPLETE)Where stories live. Discover now