Part 15: I Lost My Yellow

118 22 14
                                    

Halo! Selamat Malam, Gimana kabar kalian? Semoga enggak bosan dengan ceritanya ya, Selamat Membaca! ^^

            Bobby kembali keruangan dimana sepupunya berada, Dongi baru saja dipasang ulang infusan yang sempat terlepas dengan paksa. Ia menatap Bobby dengan tampang aneh. Bobby yang merasa dirinya sedang ditatap pun menanyakan apa yang dipikirkan sepupunya itu.

"Kenapa?"

"Enggak."

          Bobby membuka kaleng bir yang baru saja ia beli tadi. Dongi menatapnya ngeri. Atas dasar apa sepupunya ini memilih minum bir dirumah sakit.

"Lo mau?"

"Orang gila mana yang nawarin bir ke orang yang sakit?"

"Lo masih kuat buat kabur kemana-mana, sakit darimana." Bobby berkata dengan nada santai.

"Btw Eve enggak kesini ya?"

"Lo serius nanya ke gue?"

"Iya."

"Lo suaminya, ya—tanyalah."

"Kok lo pake emosi sih?!" Dongi tidak terima.

"Ya abisnya kaku banget sih kaya kanebo kering." Dongi benar-benar terdiam kali ini, lalu Bobby mulai mengerti bahwa hubungan diantara suami istri memang tidak dalam keadaan baik. "Hubungin istri sendiri enggak perlu pakai gengsi, bro." Goda Bobby yang langsung meneguk birnya.

           Dongi mencoba menelpon Eve meskipun ia ragu bahwa Eve akan menerima panggilannya. Sudah panggilan ke-5, namun Eve tidak menjawab sama sekali. Sementara Bobby sedang asyik bermain game. Mengingat sudah hampir seharian ia menemani Dongi dirumah sakit, rasanya seperti ditemani pengangguran saja.

"Bir? Seriously? Apa ini enggak terlalu terang-terangan? Tch—saya suka kejujuran anda."

          Bobby tersenyum sekilas ketika menerima pesan dari seseorang. Dongi kembali menatapnya ngeri.

"Cewek yang keberapa lagi?"

"Tsk—" Bobby hanya terkekeh.

          Anna sedang menata bunga-bunga yang baru dikirim tadi pagi. Ia bahkan sedikit bersenandung, moodnya sangat baik kali ini. Lalu ia kembali teringat dengan ucapan Dongi.

"Kalau kamu sakit, siapa yang bakal semangatin aku tiap hari?"

"Paling enggak kasih waktu untuk kita bisa quality time."

"Hmm—gimana kalau pekan depan?"

"Beneran!?"

"Iya."

              Ia menyunggingkan senyumannya lagi, namun bayangan dimana ia bertemu dengan Eve dan seorang anak kecil tiba-tiba senyumannya menghilang. Tangannya perlahan tanpa energi untuk memegang apapun. Tiba-tiba pandangan matanya berubah menjadi sendu.

"Mbak—"

"Mbak—"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Choice Of Love (COMPLETE)Where stories live. Discover now