Jangan menganggap semua ucapan seram yang keluar dari bibir Kim Ayara sebagai suatu keseriusan. Itu hanyalah sebuah ekspresi alami dari seorang manusia.
Ekspresi apa, ya? Cemburu? Mungkin.Baru kemungkinan, belum pasti.
Ini merupakan hari kedua rekan kerja itu bekerja siang-malam di kediaman Chenle.
"Brak"
"Ibu!"
Aku terbelalak. Mengusap dadaku saat pintu kamar tiba-tiba terbuka begitu saja. Yang menyebabkan benturan di dinding.
Aku berdiri dan menoleh ke arah pintu. Ah, ternyata Bibi Lingmi, dia berjalan datang dengan raut tergesa-gesa. Dan sekarang sedang menggenggam bahuku.
Aku membuka mata lebar, secara tersirat bertanya apa yang sedang terjadi. Namun tampaknya nafas Bibi sedang tersenggal-senggal. Mungkin karena lelah.
"Tarik nafas, hembuskan.." ucapku menenangkannya, menepuk-nepuk pundak Bibi. Semakin penasaran apa yang akan dikatakannya.
Setelah nafasnya kembali lancar dan tenang, Bibi menampakkan senyum sayu. Tangannya membelai pucuk dahiku dengan lembut. Aku membalas dengan senyuman, tapi diriku tetap tidak mengerti.
"Tebak, besok hari apa?" tanya Bibi Lingmi dengan nada semangat.
Aku sedikit mengerutkan dahi lalu mulai menghitung dalam hati. Mengingat hari apa besok.
"Ah, besok hari sabtu, bi" sahutku.
Bibi Lingmi menepuk dahinya.
"Besok adalah hari yang spesial bagi Chenle!"
Aku mengulum bibir, berpikir keras. Hari spesial apa kira-kira?
"Besok adalah hari ulang tahun Tuan Muda Zhong Chenle!" ujar Bibi semangat.
Aku terdiam sejenak.
"Oh, benarkah? Besok?"
Bibi Lingmi mengangguk cepat.
"Tadi saat aku membersihkan jendela dengan kemoceng, tak sengaja melirik kalender. Setiap tahun aku selalu melingkari hari ulang tahunnya dengan pulpen merah, karena dulu di rumah ini tidak ada yang bisa mengucapkan selamat selain diriku"
Aku mengangguk pelan.
"Bibi!"
Bibi Lingmi sedikit terkejut, sekarang ia yang mengusap dada.
"Ada apa? Kau memikirkan sesuatu yang luar biasa?" mata Bibi terbuka lebar.
Aku mengangguk, "Tentu, aku akan memberikan Chenle hadiah yang tidak akan dia lupakan selamanya!"
Bibi Lingmi mengangkat wajah lalu menepuk tangannya. Tangannya kembali merangkul tubuhku.
"Kau akan memberinya apa?.." Bisik Bibi penasaran, di pelukannya.
"Eum, itu rahasia, Bibi!" aku melepas pelukan itu lalu meraup pipi Bibi dengan sikap sopan. "terima kasih telah memberitahuku, bi.."
Tangan kanannya kembali menepuk rambut di dahiku. "Aku akan selalu mendukungmu, Ayara"
Ayara tersenyum manis ketika mendengar hal itu. Ia menghela nafas lalu akan melakukan rencana yang ia pikirkan.
~-~
Gadis dengan marga Zhong itu dengan segera membersihkan diri dengan sabun favoritnya. Yang wangi dan juga tahan lama. Lalu ia mengambil pakaian pergi dari lemari baju besarnya. Merapikan rambut dengan klip. Ia siap untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Destiny | Chenle (Terbit)
FanfictionPre-Order di Shopee @Galeriteorikata @salenovel14 @chocovan95 @angelvin_olshop @bukubeken @cintabukubookshop @wasurjaya.vicyshoop @rumahbukubundarasya @byullabookstore @bookishstorage @faniicshop_bookstore @radarbukuindonesia ❝Dimana perjodohan tid...