11. Misunderstanding

2.6K 363 44
                                    

Sekarang, Harry dan Ron bagaikan bodyguard Hermione. Kemana-mana pasti ditemani oleh mereka. Bahkan ke toilet sekalipun, mereka harus mengantar gadis itu sampai depan pintu toilet.

Berlebihankan dua orang sinting itu? Batin Draco. Ya, bukannya dia gimana-gimana, tapi dengan adanya kedua cecunguk itu Draco jadi sulit bertemu Hermione.

Oh, maksudnya Mico.

Draco duduk di bangku paling belakang saat kelas transfigurasi. Ia menatap Hermione terlalu lama bahkan sampai Theo dan Blaise heran sendiri melihat temannya yang seakan menargetkan Hermione kedalam bidikannya.

"Granger tidak akan menghilang secara tiba-tiba dari sini, Draco." bisik Blaise. Theo yang duduk di belakang mereka pun mengangguk setuju.

Draco mendengus, "Memang siapa yang melihatnya? Aku tidak sedang melihatnya." Kelitnya tak acuh.

"Mate, kau serius menyukai Granger?" Theo agak mencondongkan tubuhnya agar suaranya tak terdengar orang lain.

Draco mengernyit, "Kebohongan macam apa itu?"

Blaise mengedikkan bahu, "Ya, kau tahu kan kabar beberapa waktu lalu? Walaupun sekarang Granger kelihatan sedang dekat dengan Oliver, tapi kabar itu tidak juga hilang. Bahkan aku dengar, ada yang mengatakan kalau kau ditolak Granger."

Draco langsung menoleh cepat, "Aku tidak ditolak! Dan dia tidak sedang dekat dengan orang lain!" Bisiknya dengan penuh penekanan di setiap kata.

"Bagaimana kau tahu dia tidak sedang dekat dengan orang lain? Kau dekat dengannya sampai tahu semua itu?" Pancing Blaise.

Theo menepuk bahu kedua temannya itu, "Kita lanjutkan di asrama saja."

Draco mendengus tertahan. Ada sesuatu yang panas menjalar di dadanya ketika Blaise mengatakan itu semua. Tapi dia tidak tahu panas karena apa.

Karena gosip yang mengatakan dia ditolak oleh Hermione, atau karena kabar kedekatan gadis itu dengan Oliver?

...

Semua orang seakan berhenti bernapas ketika melihat sesosok berkilau -dalam artian konotasi- sedang berdiri di depan pintu kelas mereka.

Hermione terkesiap ketika melihat Oliver yang sedang tersenyum cerah sambil membawa beberapa buku ditangannya.

"Aku menunggumu." katanya dengan senyuman yang tak luntur. Membuat sebagian anak perempuan harus menahan napas saking terpesonanya.

Harry dan Ron saling lirik untuk menggoda Hermione. Mereka sengaja menyenggol-nyenggol bahu gadis itu.

Hermione terkejut pasti. Ia tidak pernah menyangka kalau Oliver sampai rela menunggu kelasnya berakhir.

"Kau sudah menunggu lama?"

Oliver pura-pura berpikir, "Hmm, sudah satu jam sepertinya."

"Apa?!"

Laki-laki itu tertawa, "Hanya bercanda. Aku belum lama. Mungkin 15 menit."

Hermione menghembuskan napas lega. Akan sangat tidak enak rasanya kalau mengetahui seseorang sudah menunggumu terlalu lama. Hermione tidak suka mendapati dirinya merasa bersalah pada seseorang.

"Syukurlah tidak lama. Memang kau ada perlu apa denganku?"

Oliver mengangkat bukunya setinggi wajah Hermione sehingga gadis itu dapat melihat sampulnya. Ia langsung menutup mulutnya terkejut, "Kau mendapatkannya?" katanya takjub dan tak percaya.

"Iya, aku harus mengantri untuk ini. Jadi, bisakah aku meminta sesuatu padamu?"

Hermione langsung diam, waspada. "A-apa?"

Melihat tingkah Hermione yang curiga, Oliver langsung terkekeh, "Aku hanya ingin mengajakmu ke Hogsmade pekan depan. Bagaimana?"

Baru saja gadis itu hendak menjawab, tiba-tiba sebuah suara menyebalkan muncul dari belakangnya.

"Bisakah kalian tidak beradegan drama di depan pintu? Kau menghalangi jalanku."

Hermione segera berbalik dan mendapati wajah Draco yang dingin dan agak memerah. Gadis itu seperti melihat Draco yang dulu. Anak laki-laki emosian dan tukang ganggu.

Tapi, memang Draco selalu seperti itu kan? Memangnya kapan dia berubah?

"Minggir." ucapnya lagi. Hermione tak tahu harus merespon apa. Dia terlalu terkejut dan... Tak menyangka? Memang apa yang tidak dia sangka? Draco yang berucap dingin padanya? Bukankah itu memang biasa?

Perlahan Hermione mulai menggeser tubuhnya agar Draco dan temannya bisa keluar. Matanya masih melirik laki-laki itu sampai matanya bertemu dengan mata kelabu Draco. Ya, laki-laki itu berbalik.

Ia melangkah mendekati Hermione. Membuat entah apa dalam perutnya bergejolak aneh. Namun saat mata mereka semakin dekat, tiba-tiba Draco melewatinya. Laki-laki itu berjalan mendekati seorang perempuan manis yang lagi-lagi sedang kesulitan membawa buku-bukunya.

"Apakah kau tidak punya teman sehingga selalu membawa buku-buku itu sendirian?"

Astoria mendongak. Ya, perempuan itu adalah Tory. Ia heran melihat Draco yang tiba-tiba marah padanya. Seingatnya mereka tidak dekat sampai Ia harus mendengar ceramahnya? Maka dari itu Tory hanya diam. Bahkan ketika Draco mengambil alih semua bukunya, gadis itu tetap diam.

Mereka berdua melewati Hermione dan Oliver yang kini juga menatap mereka seperti tontonan gratis.

Tiba-tiba ada sesuatu yang panas sehingga membuat kepala Hermione seakan mengeluarkan uap. Ia tahu kalau laki-laki pirang yang sok itu sedang menantangnya. Ia pasti tidak mau kalah dengan Hermione. Makanya, gadis itu pun juga tidak mau kalah.

Ia langsung tersenyum cerah pada Oliver, "Tadi apa? Kau mau mengajakku ke Hogsmade?!" katanya dengan suara lumayan kencang. Draco yang tadi sudah berjalan melewatinya langsung berhenti. Namun tetap tidak berbalik atau menoleh.

Hermione menyeringai, "Wah, kebetulan aku sedang ingin ke sana. Kau kok tahu sekali keinginanku? Apa jangan-jangan kita sehati?" godanya dengan gaya sok centil yang dibuat-buat.

Draco mengerutkan alisnya.

Oliver tersenyum manis, "Berarti kau terima ajakanku?"

"Tentu! Buat apa aku menolak? Itu ide yang sangat bagus! Aku menyukainya!"

"Baiklah, sampai bertemu hari minggu, Hermione."

...

"Sampai bertemu hari minggu, Her-My-Oh-Nee." cibir Draco saat dia sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia melepas dasi Slytherinnya lalu membuangnya entah kemana.

"Kau kalau cemburu bilang saja. Jangan malah main kucing-kucingan." celetuk Theo yang baru masuk kamar dan melihat temannya itu uring-uringan.

"Cemburu? Dengan si semak itu? No way!" Serunya seraya menyilangkan tangannya di depan wajah Theo. "Aku hanya kesal! Dia pasti merasa jumawa sekali disukai oleh Oliver. Padahal dia tidak tahu saja kalau si Oli itu juga tidak ada apa-apanya dibandingkan aku."

"Apa pedulimu, mate? Bukankah bagus kalau dia berkencan dengan orang yang lebih rendah derajatnya denganmu?"

"Ya.. ya iya, sih tapi kan-"

"Guys, kalian harus tahu!" Blaise tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dengan tergesa.

"Apa?"

"Pansy.. pansy berkelahi."

"Berkelahi? Dengan siapa?"

"Siapa lagi? Granger!"

Draco dan Theo langsung melotot. Tanpa menunggu teman-temannya, Draco langsung berlari menerobos pintu dan keluar asramanya dengan kecepatan penuh.

[To be Continued]

Maaf ya kalau chapter ini gak memuaskan :( semoga tetap menghibur.

Young Parents [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang