24. Crazy Team

2.4K 320 114
                                    

Mereka berenam duduk bersila membentuk sebuah lingkaran di pinggir hutan terlarang. Tempat teraman untuk memulai rapat dadakan ini.

Merasa ada yang salah? Berenam? Ya, mereka ber-enam. Harry, Ron, Draco, Hermione dan Theo serta Blaise. Mereka membentuk sebuah tim sukses untuk membantu Hermione dan Draco mencari mantra pematah sihir kutukan keluarga Malfoy. Awalnya Blaise bingung, namun setelah dijelaskan tentang apa yang terjadi, dia mulai mengerti. Ya, walaupun reaksi pertamanya sama dengan yang Theo lakukan.

"Oke, mari kita mulai rapat hari ini." Harry membuka pembicaraan. Blaise menatapnya semangat. Sebagai anak non-organisasi, Ia sangat excited dengan rencana dan rapat ini. Akhirnya dia bisa berguna demi nusa dan bangsa, pikirnya.

"Kita akan melakukan penyelidikan mengenai sihir kutukan keluarga Malfoy. Tim akan dibagi setelah ini."

Ron merotasikan matanya, "Keluargamu kurang kerjaan ya, Malfoy? Bisa-bisanya membuat sihir tak ada faedahnya begitu."

Draco tak terima, "Hey, salahkan nenek dari neneknya nenek moyangku!"

"Sudah, sudah jangan berteman. Eh, maksudnya berdebat. Jadi bagaimana? Aku akan bekerja sama dengan siapa?" Sahut Theo.

Harry mengusap dagunya dan menatap kelima temannya itu. Mencoba menganalisis kemampuan mereka. Blaise lumayan handal di bidang perkelitan alias jago ngeles. Jadi kalau ketahuan dia bisa punya beribu akal licik untuk menghindar. Theo bisa diandalkan dalam koneksi. Ayahnya yang merupakan pengusaha sukses membuatnya punya banyak kenalan. Jadi sangat bagus menempatkan Theo di bagian sogok-menyogok orang.

Ron cukup handal dalam strategi. Walaupun Ia kadang suka bersikap bodoh, tapi menempatkan Ron di bagian tim sangat diperlukan. Sedangkan Hermione sudah tidak perlu diragukan lagi mengenai intelegensinya. Ia juga cukup tenang dan merupakan pengamat yang baik. Begitu juga Draco. Mereka memiliki otak yang hampir sama. Bedanya Draco lebih licik dan punya berbagai cara kotor demi melancarkan tujuannya. Harry tahu itu salah, tapi sesekali sepertinya tidak masalah juga.

Nah, untuk dirinya sendiri dia malah tidak tahu kelebihannya apa. Selama ini Ia merasa hanya beruntung masih bisa hidup setelah menjalani hari-hari beratnya di Hogwarts. Tanpa kedua temannya Ia pasti akan mati di tahun pertama. Jadi apa kelebihannya?

"Kau punya jiwa pemimpin yang baik Harry. Kau pandai membaca situasi. Kau juga tidak mudah terprovokasi. Dan kebaikan hatimulah yang membuat kita berhasil selama ini." Hermione tersenyum setelah menyelesaikan kata-katanya. Itu memang benar. Harry adalah teman terbaik dari yang terbaik. Hermione heran kenapa laki-laki itu malah bingung tentang dirinya sendiri? Padahal semua orang bisa melihat betapa menakjubkannya seorang Harry.

"Oke, selesaikan adegan sedihnya. Kita mulai berbagi tim." Sela Blaise.

"Oke! Ron, Theo, dan Blaise akan menjadi satu tim. Kalian akan ke Knocturn Alley dan mencari sumber apapun yang berguna di sana."

Ron langsung terkejut mendengar itu, "Kau serius menempatkan kita bertiga dalam satu tim? Kau berniat membunuh kita ya?" sangsi Ron.

"Weasley benar, Potter. Kita tidak akan bisa bertahan hidup di sana bahkan selama lima menit!" Protes Theo.

Harry merotasikan matanya, "Bisakah kalian tenang? Kalian itu bisa diandalkan. Percaya dirilah! Aku yakin kalian akan menjadi tim yang hebat. Kalian itu punya kemampuan."

Semuanya diam sesaat.

"Duh, aku terharu." Sahut Blaise seraya menyeka air matanya, dramatis.

"Aku juga." Theo berkaca-kaca. "I love you, Potter." Katanya bercanda seraya membentuk hati menggunakan ibu jari dan telunjuknya.

Young Parents [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang