~Happy Reading~
"Vin..."
Pria itu pun langsung menengok ke arah suara. Terlihat kekasihnya sudah berada dibelakangnya dengan rekahan senyuman. Sudah lama ia tak melihat senyum indah kekasihnya secara langsung seperti sekarang ini.
"Fay..." balasnya. Ia pun langsung mendekat ke arah gadis yang sedari tadi sedang ia tunggu kedatangannya.
Fay menatap pria di hadapannya itu tanpa kedip. Terlihat sangat berbeda dan lebih tampan dari biasanya.
Fay menghela nafas, "Apa kabar, Vin?" tanyanya gugup. Entah kenapa kali ini Fay merasa gugup bertemu dengan Delvin. Apa karena mereka baru bertemu setelah beberapa bulan lamanya?
Delvin menggandeng tangan Fay menuju kursi taman, "Ngobrol disini yuk," ajaknya. Fay pun mengangguk.
Setelah mereka berdua duduk bersama di kursi taman, hanya ada keheningan. Tak ada yang mau memulai pembicaraan.
"Lo..." ucap mereka berdua berbarengan. Mereka pun saling tersenyum salting.
"Kok... jadi canggung gini ya," batin Fay.
"Fay, gimana sekolah Lo? apa bestie Lo tetep Rea? atau ada tambahan bestie baru?" tanya Delvin memulai topik pembicaraan.
"Hmm... kalo temen baru sih banyak, tapi kalo bestie tetep Rea sih kayaknya. Mau gimana lagi? cuma dia yang selama ini deket banget sama gue."
Delvin pun mengangguk-ngangguk, "Gue kira Lo bakal punya geng baru di SMA. Tapi gue seneng Lo masih sahabatan sama Rea, gimana kabarnya Rea? apa dia udah punya pacar? atau masih ngehaluin gebetannya itu?" tanya Delvin secara beruntun. Delvin memang tahu segalanya tentang Rea. Karena Fay selalu menceritakannya, dan Rea pun tidak keberatan dengan semua itu.
"Gue lagi bantu dia buat ngedeketin gebetannya,"
"Hah? gak salah denger gue? cewek polos pemalu kayak Rea mana berani deketin cowok."
"Berani lah. Gue yang jadi mentor dia buat deketin gebetannya, udahlah Vin. Kok jadi ngebahas Rea? katanya Lo mau ngomong sesuatu sama gue?" tanya Fay mengalihkan topik pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREA
Teen FictionArion itu ada. Namun tak terkejar, tak mudah ditaklukkan, sulit untuk di dapatkan, tapi tetap saja aku ingin menggapainya. Awalnya rasa ini hanya terpendam, tapi seseorang membantuku untuk berjuang. Meski aku malu, aku ragu, aku takut, dan tak beran...