~Happy Reading~
Gadis itu menghembuskan nafas kasar, menatap ragu ke arah pintu kelas yang akan dimasukinya. Awalnya ia berjalan dengan percaya diri dan yakin dengan tekad bulatnya, namun saat sampai nyalinya ciut seketika.
Canggung, gugup, dan gemetar tengah ia rasakan. Bisa-bisanya dia menurut begitu saja pada ucapan sobatnya itu. Tanpa menyadari kalau dirinya sendiri tak bisa mengontrol rasa malu.
"Ah kenapa Rea harus nurut sama Fay sih!" ucapnya kesal. Ia pun memutar langkahnya berniat untuk kembali. Namun dirinya kembali teringat akan kata-kata Fay.
"Lo belum berjuang sedikit pun. Dan udah nyerah? gue cuma sekedar bantuin Lo Re, tapi kalau berjuang ya Lo harus lakuin sendiri."
Ucapan sahabatnya itu ada benarnya juga! sampai kapan ia terus memendam rasa? apa salahnya mencoba berjuang secara terbuka? toh ini adalah permainan cinta, meski rumit diam saja tak ada guna.
Sebelumnya Rea tak pernah menyukai seseorang sedalam ini, jadi dirinya belum ada pengalaman mengejar. Namun, apa salahnya mencoba?
"Ayo, Rea pasti bisa! inget kata Fay! sekarang latihan buat gak malu, gak gugup, gak canggung dan gak nunduk!" batinnya menyemangati dirinya sendiri.
Langkah demi langkah kaki jenjangnya berjalan mendekati kelas seseorang yang akan ia temui.
"Permisi, Kak..." tanyanya pada dua orang perempuan yang sedang mengobrol di luar pintu kelas.
Ia meneguk ludahnya, siap-siap akan melontarkan sebuah pertanyaan, "Kak Arion nya ada?" tanya Rea tanpa malu dan gagap sedikit pun. Okey ini masih bisa!
Keduanya hanya bertukar pandang satu sama lain sebelum salah satunya menjawab, "Nyari Arion, Dek?"
Rea mengangguk pelan.
"Ada perlu apa? eh kepo ya? maaf-maaf..." ucap sang kakak kelas itu, menggoyahkan nyali Rea. Baru saja mau berani!
"I-itu... K-kak"
"Anjir Rea! jangan gagap! santai dan turutin kata-kata Fay!"
"Eh, gak ada apa-apa Kak. Cuma mau ngobrol sebentar," jawab Rea dengan santainya.
Mereka pun saling menatap satu sama lain, "Nama kamu siapa?"
"Rea, Kak"
"Kelas?"
"10 IPA-4"
"ARION ADA YANG NYARIIN, NAMANYA REA KELAS 10 IPA-4!" teriaknya secara tiba-tiba membuat Rea tersentak kaget. Beberapa pasang mata yang ada di luar kelas maupun di dalam kelas Arion langsung melirik ke arah sumber suara.
"ANJIR! KENAPA PAKE TERIAK! REA MALU DONG!" batinnya kesal.
Teriakkan itu terdengar jelas oleh Arion yang sedari tadi sedang sibuk mengoreksi PR matematikanya, "Cewek aneh itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AREA
Teen FictionArion itu ada. Namun tak terkejar, tak mudah ditaklukkan, sulit untuk di dapatkan, tapi tetap saja aku ingin menggapainya. Awalnya rasa ini hanya terpendam, tapi seseorang membantuku untuk berjuang. Meski aku malu, aku ragu, aku takut, dan tak beran...