03. Marry Me

5.4K 344 11
                                    

*Minta taburan bintangnya ya*
Siapa yang kemarin penasaran gimana Lucas interaksi sama anak-anaknya?

2026, Italia

Sofia menarik napas panjang ketika sampai di depan rumah sederhana di pinggir kota yang didominasi dengan warna putih. Rumah itu memang tampak begitu sederhana, berbeda jauh dengan rumah yang dulu bibi dan pamannya tempati. Sudah beberapa hari dia kembali ke Italia dan dia tidak bisa terus mengurung diri di dalam butiknya, sementara bibi dan pamannya telah menanggung sebagian dari hutang Padrenya.

Tangannya mengambang di udara, jantungnya bertalu-talu memikirkan apa yang harus dia katakan ketika bertemu dengan bibi dan pamannya. Tentunya permintaan maaf adalah kata pertama yang harus dia ucapkan, setelah itu entah dia harus mengucapkan apa lagi. Dia tidak mungkin mampu untuk memberikan rumah paman dan bibinya kembali. Dia juga tidak mungkin mengatakan akan mengganti semua kerugian yang bibi dan pamannya rasakan karena Padrenya.

Karena dia sendiri juga tidak mampu. Dia sendiri masih kesulitan. Ditambah Albert seakan menghilang tidak bisa dihubungi setelah dia kembali dan mengirim pesan sampai menelfon. Padahal Albert adalah satu-satunya keluarganya, walaupun bukan kakak kandungnya. Setidaknya mereka dari kecil bersama, dari dia lahir Albert adalah kakaknya.

Jemarinya menyentuh pintu rumah berwarna hitam yang menimbulkan bunyi ketukan pintu, dia dapat mendengar suara langkah kaki berjalan mendekati pintu. Engsel pintu yang diputar menandakan seseorang telah ada dibalik pintu. Ketika pintu terbuka dia melihat wajah Bibinya yang terkejut ketika melihatnya.

"Ave Maria!" ucap bibinya terkejut melihat ke arahnya. "Pedro, She's back!" (Pedro, dia kembali!). teriak bibinya kearah dalam rumah.

Dia tersenyum kikuk, terdengar suara orang berlari dari belakang rumah. Tak lama wajah Paman Pedro terlihat sama terkejutnya dengan Bibi Mary. "For God's sake, where have you been, Sofia?!" (Demi Tuhan, dari mana saja kau, Sofia?!). teriak pamannya.

"I can explain, but first... can we talk inside the house?" (aku bisa jelaskan, tapi pertama-tama... bisakah kita berbicara didalam rumah?). ucap Sofia sambil menggigit bibirnya.

"Masuklah." bibinya dengan cepat memperisilahkannya masuk, kemudian menutup pintu rumah ketika dia sudah berada didalam rumah.

Rumah tampak begitu rapi dan tertata, terlihat tidak banyak barang yang dibawa paman dan bibinya dari rumah mereka dulu. Walau tidak besar tapi rumah ini tampak sangat nyaman, tapi tentu saja bukan tipe rumah yang disukai oleh paman dan bibinya yang biasa hidup dengan kemewahan.

Dia berjalan ke ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang keluarga, didepannya terdapat perapian kecil, pantatnya mendarat di sofa yang terlihat tua tapi cukup nyaman walau tidak begitu empuk sehingga menimbulkan sedikit decitan ringan.

"Kau bisa lihat keadaan kami karena ulah mu." Ucap bibinya dengan tajam sambil duduk tak jauh darinya, dia menaikkan sebelah alis pada bibirnya, membuat Bibi Mary menambahkan. "Lebih tepatnya karena ulah Padremu."

"Mary, aku tahu kau kesal tapi paling tidak kita harus menanyakan dulu kabar Sofia." Ucap Paman Pedro.

"I'm sorry, Sofia. But I'm really angry." (maafkan aku, Sofia. Tapi aku benar-benar marah). ujar Bibi Mary sambil memijat pelipis. "Albert bahkan tidak ingin tahu menau tentang semua ini, dia tidak bisa dihubungi bahkan istrinya membentak kami dan mengusir kami saat tempat tinggal kami di jual."

"Aku juga tidak bisa menghubungi Albert."

"Pedro dikeluarkan dari pekerjaanya karena rentenir mengikutinya sampai kantor. Aku tidak mengerti kenapa Padremu yang bodoh itu meninggalkan begitu banyak hutang."

Meant For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang