*Minta taburan bintangnya ya*
2026, Italia
"Sofia!" Suara Daniella hampir berteriak membuatnya terkejut. Sahabatnya itu selalu berlari ke pelukannya setiap kali mereka bertemu, seperti sudah lama tidak berjumpa.
"Ku dengar kau sakit?" Tanyanya pada Daniella yang memang terlihat sedikit pucat, tapi tidak mengurangi sedikitpun kecantikan yang dimiliki Signora Salvestro ini.
"Aku baik-baik saja, hanya kelelahan dan kau tahukan betapa Lucas membesar-besarkannya."
Dia terkekeh pelan, karena mengerti bagaimana Lucas begitu protektif pada Daniella, tapi Daniella tidak pernah mematuhi apapun yang pria itu perintahkan. Dan mungkin karena itu mereka sangat cocok dan selalu terlihat dimabuk asmara ketika sedang bersama. Hanya Daniella yang dapat menentang Lucas, hanya Daniella satu-satunya wanita yang dapat membuat Lucas bertekuk lutut. Hal itu sudah diakui seluruh Italia bahkan seluruh dunia.
Sebuah dehaman dari arah belakang Daniella membuatnya melihat ke asal suara itu. Jantungnya bergemuruh, memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan. Setidaknya tidak sekarang.
Hari ini begitu luar biasa cerah, angin berhembus dengan cukup kencang, hingga sepertinya awan tidak dapat menutupi cahaya matahari yang menyusup dari jendela besar rumah ini dan dia menoleh ke arah suara itu berasal, kakinya seakan tiba-tiba menjadi lemas karena terkejut dengan apa yang dia lihat.
Dia memegangi tangannya yang kiri yang terasa kebas dengan tangan kanannya, mencoba memberi cubitan kecil untuk menyadarkan bahwa dia tidak sedang bermimpi. Dan jika dia bermimpi dia tidak ingin membangunkan dirinya saat ini.
Sofia melihat pria yang ada di depannya, membuka mata kemudian menutup lagi untuk memastikan apa yang dia lihat adalah nyata. Membuat udara di ruangan itu menjadi lebih tipis, lebih sulit untuk didapat, seolah-olah dia telah diangkat tinggi-tinggi dan di taruh di puncak gunung Everest.
Pria itu tampak lebih tinggi dari siapa saja di ruangan ini dan tampaknya seluruh jiwa dan raganya seakan menunggu-nunggu pertemuan ini selama bertahun-tahun.
"Dexton." Suara Daniella sedikit serak memanggil pria itu.
Dan nama itu menggema di seluruh ruangan ini cukup lama seolah-olah adalah jawaban atas semua pertanyaan terpenting dalam hidupnya.
"Sofia." Bibir tipis Dexton bergerak menyuarakan namanya, rasanya begitu lama dia tidak mendengar namanya di sebut dengan suara bariton itu.
Dia menarik napas pelan, berusaha menutupi pada pria itu bahwa dia begitu terpengaruh karena kehadiran pria itu, kemudian menarik paksa senyum di bibirnya. "Dexton." Suaranya terasa kecil, dia berdehem sebentar sebelum melanjutkan. "Long time no see." (lama tidak bertemu).
Dexton menatapnya dengan tatapan tak terbaca. "Aku tidak tahu jika kau sudah kembali kesini."
"Aku juga tidak tahu kau ada di Italia."
"Kau tidak memberitahuku." Ucap Dexton.
Dia tersenyum. "Apakah aku harus?" Tanyanya polos, namun terdengar lebih seperti sindiran.
Dexton terdiam, sepertinya tahu bahwa jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu tidak sesuai dengan harapan pria itu.
Dia tersenyum untuk menetralkan suasana. Rasanya perkataannya tadi begitu kasar untuk dilontarkan pada Dexton. Dia sedikit merasa bersalah. Padahal harusnya dia tahu, bahwa pertemuannya dengan Dexton seperti sebuah impian yang terwujud baginya. "I'm kidding, Dexton." (aku hanya bercanda, Dexton). Ucapnya santai. "Dimana Sean?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant For Me
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBAJACA [+21] ------ Dexton Sephiroth, seorang pengusaha kaya raya dari Seatlle sedang mencari seorang istri sekaligus ibu untuk merawat putra semata wayangnya. Seorang wanita yang berpendidikan, dari keluarga ter...