10. I Thought You Were Someone Else

4.4K 307 20
                                    




*Minta taburan bintangnya ya*

Sofia curiga ada yang tidak beres dari efek yang ditimbulkan pria yang ada di dalam kamar Leon pada tubuhnya. Leon tidak pernah membuatnya merasakan hawa yang begitu panas hanya dengan sentuhan.

Tapi dengan bodohnya dia mengabaikan peringatan itu, berpikir bahwa hawa panas itu ditimbulkan dari kegembiraan dan sedikit rasa takut karena melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan minuman wine.

Napasnya terengah-engah, sensasi yang belum pernah dia rasakan meletus di bawah perutnya. Ketika pria itu menyalakan saklar lampu, dia dapat langsung mengenali siapa pria itu walau hanya dari belakang.

Pria itu sangat tampan, tinggi, dengan badan yang menurutnya paling sempurna, ditambah otot-otot yang sepertinya baru pria itu dapatkan selama tidak bersamanya. Dexton.

Mata elang Dexton menatapnya tajam meminta penjelasan dengan apa yang dia perbuat. Sudah jelas sekali Dexton tahu bahwa dia sengaja menggoda pria itu. Atau lebih tepatnya pria yang dia kira adalah Leon.

Itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Menurutnya Dexton dapat membuat orang terintimidasi walau hanya dengan keheningan. "Sofia, what the hell are you doing in my bed?" (Sofia, apa yang kau lakukan di kamarku?). Nada suara Dexton sangat otoriter.

Dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia yakin pipinya telah bersemu merah. Semua kenikmatan yang dia rasakan tadi seolah terlupakan, meluap, begitu saja.

Tetap tidak membuka mulutnya, dia meluncurkan kakinya dari tempat tidur masih memegang selimut untuk menutupi tubuhnya, bangun dari tempat tidur dan bersiap untuk kabur dari kamar ini sekarang juga.

Tapi ternyata dia kalah cepat dengan tangan kuat yang saat ini menggenggam pergelangan tangannya. Rasa takut tiba-tiba menghampirinya, menghapus efek alkohol yang membuatnya tenang dan begitu berani.

"Answer me, Sofia! What are you doing in here?" (jawab aku, Sofia! Apa yang kau lakukan disini?). Dexton terdengar sungguh-sungguh dan menuntut.

"I thought you were someone else." (aku kira kau adalah orang lain). Ucapnya lemah, dia tidak mengerti harus mengatakan apa selain jujur.

"Who? Who is he? Is he your boyfriend?" (siapa? Siapa dia? Apakah dia pacarmu?). Ucap Dexton serius, merekatkan genggaman di tangannya yang terasa lebih sakit.

Dia hanya dapat menjawab dengan gelengan kepala. Tiba-tiba dia teringat bahwa Daisy saat ini sedang membawa paman dan bibinya atau mungkin Mr dan Mrs Hamilton kesini untuk memergokinga. "Please, let me go." (tolong, biarkan aku pergi).

"Go." (pergi). Geram Dexton, dia dapat melihat kemarahan dari nada suara pria itu. Ya. Pria itu berhak marah. Ada perempuan sialan yang sengaja menggoda pria itu.

Pada saat kakinya menyentuh lantai dia segera mengambil kimono yang menutupi gaun malamnya, dia merasakan tatapan Dexton masih mengamatinya dengan tajam. Seperti mata singa yang sedang mengamati buruan.

Kemudian terdengar suara kaki di depan kamar membuat dia tak bergeming, dia menarik rapat kimononya untuk menutupi bekas kemerahan yang sempat dia lihat dari pantulan kaca kamar Dexton.

Tidak ada waktu baginya untuk pergi. Pintu terbuka memperlihatkan Mr dan Mrs Hamilton, serta Ms Hamilton. Tangannya bergetar karena ketakutan. Dia tahu bahwa dia ada dalam masalah besar. Ini akan menjadi pembicaraan banyak orang, bukan hanya di Italia mungkin seluruh pebisnis di dunia.

Oh God, Leon. I lost you and the chance of freedom. (Ya Tuhan, Leon. Aku kehilangan mu dan kesempatan untuk bebas).

"Demi Tuhan, Ms Vergarra." Mrs Hamilton terkejut dan mengenalinya dengan tepat.

Meant For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang