29. Rasa takut kehilangan---
Taeyong tidak pernah merasa sepanik ini. Dia berani bersumpah saat berhadapan dengan dosen pembimbing yang terkenal killer pun, Taeyong tidak pernah takut.
Dia baru saja pulang dari kampusnya dan mengernyit saat rumah terasa sepi. Taeyong tidak akan heran jika mendengar suara Haechan, tapi ini tidak. Jeno sendiri dia tahu kalau adiknya yang itu tengah bersama Jaemin.
Tadi dia sempat terkejut saat melihat ponselnya yang kebetulan disilent menunjukkan belasan panggilan tidak terjawab dari Haechan. Taeyong pikir Haechan sedang berada pada keadaan darurat. Tapi melihat rumah yang sepi, Taeyong jadi berpikir mungkin alasan Haechan menelfonnya tadi untuk izin pergi.
Maka dari itu, Taeyong memilih pergi ke kamarnya. Dia segera berganti pakaian kemudian kembali ke bawah untuk menyiapkan makan siang.
Jam menunjukkan pukul sebelas siang tapi kedua adiknya belum juga pulang. "Mereka kemana sih," gumamnya.
"Telfon aja kali ya."
Akhirnya Taeyong kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya. Taeyong akan menghubungi Haechan terlebih dahulu karena dia percaya jika Jeno akan aman bersama Jaemin.
Tunggu! Jika Jaemin sedang bersama Jeno, lantas Haechan pergi dengan siapa? "Aishh anak itu," gerutunya.
Sambil berjalan keluar Taeyong mendial nomor Haechan. Namun alisnya mengernyit saat mendengar suara nada dering ponsel yang tidak jauh dari dirinya. Netranya memandang pintu di depannya–pintu kamar Haechan.
Karena penasaran Taeyong kembali mendial nomor Haechan dan suara nada dering ponsel kembali terdengar. Merasa ada yang tidak beres Taeyong membuka pintu kamar Haechan yang tidak dikunci.
Matanya seketika membulat saat melihat Haechan yang sedang terbaring di lantai dengan mata terpejam. Buru-buru Taeyong mendekatinya dan menyimpan kepala adiknya itu di atas pahanya.
"Haechan hey bangun," ucapnya.
"Haechan! Hey kamu kenapa?"
Taeyong menepuk-nepuk pipi Haechan, seakan tersadar dia melirik dada Haechan yang bergerak lambat.
Taeyong panik. Ditambah melihat kaki Haechan yang kembali bengkak.
"Haechan bangun Haechan!" ucapnya panik.
"Dek plis bangun!"
Tanpa banyak bicara lagi Taeyong memilih membawa Haechan ke rumah sakit. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah sakit karena Taeyong mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.
"Sus tolong Adik saya Sus."
Buru-buru Haechan dibaringkan di atas brankar yang langsung ditangani di ruang IGD. Taeyong menghela nafas berat seraya duduk di kursi tunggu. Dia bertanya-tanya mengapa Haechan sampai pingsan? Apa yang membuatnya pingsan?
Kenapa?
Ada apa?
Karena sejujurnya perasaannya sedari tadi terus tidak enak. Firasatnya terus buruk, Taeyong takut ada hal buruk yang akan menimpa kedua adiknya.
Taeyong meraba saku celananya untuk mencari ponsel. Seketika ia berdecak saat mengingat ponselnya dibanting di kamar Haechan tadi.
"Semoga Jeno sama Haechan nggak apa-apa," gumamnya lirih.
Pintu terbuka membuat Taeyong seketika berdiri. Taeil tersenyum kecil meliha gurat panik di wajah orang di depannya.
"Dok, Haechan kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tan 90° • Lee Haechan [End]
FanfictionButuh waktu empat tahun untuk Haechan supaya penglihatannya bisa kembali normal. Tapi, kenapa setelah penantian panjangnya justru luka semakin banyak datang kepadanya? Bahkan, hanya butuh satu tahun untuk menjatuhkan Haechan ke dalam jurang yang san...