Tan 90° ; 4

6.6K 933 19
                                    


4. Januari yang sepi

---

Tahun baru, setiap orang selalu memiliki harapan yang terbaik untuk dirinya. Berharap semoga tahun baru yang akan dijalani selalu membawa kebahagiaan.

Begitupun Haechan. Keinginan Haechan tidak banyak dan tidak sulit.

1. Dia hanya ingin kembali merasakan kasih sayang dari kedua kakaknya.

2. Haechan ingin kembali bisa melihat bagaimana indahnya dunia.

Oke, point nomor dua mungkin sedikit sulit. Mengingat hampir empat tahun Haechan menunggu donor mata namun tetap tidak ada.

Kalau perlu, Haechan ingin membuat keinginan ketiga.

3. Bertemu dengan ayah dan bundanya.

Tapi, entah tuhan masih sayang dirinya atau tidak. Haechan masih diberi kesempatan hidup walau dengan keadaan buta. Syukurnya, Haechan telah menerima dengan lapang dada.

Haechan merasa baru saja terlelap karena semalaman dia tidak bisa tidur. Tapi, indra pendengarannya mendengar suara orang bertengkar.

Pendengarannya memang menjadi lebih tajam semenjak Haechan dinyatakan buta. Tapi, kali ini Haechan yakin bahwa suara orang yang bertengkar itu berada di kamar inapnya.

"Dia masih Adik aku kalau kamu lupa," tegas Jeno.

Jaemin mendecih. "Iya, Adik yang dibuang?" tanyanya sarkas.

"Jangan bicara sembarangan kamu!"

"Aku bicara fakta, Lee Jeno."

Jeno dan Jaemin memang datang mengunjungi Haechan. Tapi, keduanya malah bertengkar karena Jaemin yang entah mengapa menjadi posessif dan melarang Jeno untuk menemui Haechan.

Heol, Jaemin punya alasan untuk itu. Dia selalu mendengar kabar bahwa setiap Jeno datang menemui Haechan, Jeno pasti selalu memakinya. Kakak macam apa itu, pikir Jaemin.

"Jaemin tolong, kali ini saja biarin aku ngobrol sama Haechan dulu," pinta Jeno dengan wajah yang memelas.

"Ngobrol apa ngatain?"

"JAEMIN!" bentak Jeno. Habis sudah kesabarannya.

"APA? AKU SALAH? HAECHAN UDAH KU ANGGAP ADIK SENDIRI, JADI JANGAN HARAP KAMU BISA NYAKITIN DIA!"

Terjadi bentakan yang tidak terkalahkan, keduanya tidak ada yang ingin mengalah. Keduanya sama-sama ingin mempertahankan keinginannya. Sebelum suara lirih Haechan terdengar.

"Kak Jeno, Jaemin," lirihnya.

Sontak keduanya mengalihkan pandangan ke arah Haechan yang berusaha untuk duduk. Jaemin dengan cepat mendekat lalu membantu menaikkan sandarannya supaya Haechan nyaman.

"Haechan kebangun ya? Maaf ya," ucap Jaemin.

Haechan tersenyum. "Iya, hehe. Aku baru tidur sebentar tapi denger kalian tengkar jadi kebangun."

Haechan itu tipikal orang yang akan berbicara jujur jika ada yang mengganjal. Tolong kecualikan soal kesedihannya.

"Maaf ya, mau tidur lagi sekarang?"

"Sekarang jam berapa? Kok Jaemin ke sini lagi?" tanya Haechan.

"Jam enam pagi. Aku ke sini sengaja, mau nganterin sarapan buat kamu sama bilang maaf karena semalem aku pulang enggak pamit."

"Ya ampun, enggak apa-apa padahal. Sekarang hari senin ya? Mending Jaemin cepet pergi ke sekolah sekarang, nanti telat loh. Senin suka ada upacara, 'kan?"

Tan 90° • Lee Haechan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang