Tan 90° ; 13

4.1K 643 5
                                    


13. Kakak, Haechan harus terluka dulu ya?

---

Sudah tiga puluh menit berlalu semenjak Haechan pergi dari rumahnya. Jeno mendadak tidak karuan. Awalnya dia biasa saja saat melihat siluet tubuh Haechan yang semakin menjauh dari pandangannya di jendela kamar. Tapi entah mengapa dia merasa ada yang mengganjal di hatinya.

Jeno memilih tidak terlalu memperdulikan perasaannya. Dia lebih memilih mandi dan pergi ke bawah untuk sekedar mengisi perut dan berbincang dengan kakaknya.

"Jen? Kenapa?" tanya Taeyong saat melihat wajah kusut adiknya. Padahal Taeyong tahu kalau Jeno baru saja mandi, terlihat dari rambutnya yang sedikit basah.

Jeno menggeleng lalu menarik salah satu kursi meja makan dan duduk menghadap ke arah Taeyong yang sedang membuat kopi.

"Gapapa, cuman gatau kenapa gelisah aja," ungkap Jeno.

Taeyong mengernyit. "Gelisah kenapa? Besok ulangan?" tanyanya. Karena dia sudah sering mendapati Jeno yang gelisah tiap ada ulangan.

Well, adiknya yang satu ini sangat pintar dan menjunjung nilai tinggi.

"Iya ulangan, tapi nggak tahu ah pusing nggak enak hati gini," racau Jeno.

Taeyong mendekati meja Jeno lalu menepuk pundak kokoh sang adik sebelum memeluknya. "Nggak usah dipikirin, lebih baik sekarang makan."

Jeno mengangguk lalu mengambil nasi serta lauk pauknya. Hanya dalam waktu lima menit nasi serta lauk pauk di piring yang tadi Jeno ambil sudah habis.

"Kak aku ke kamar ya," pamit Jeno.

Taeyong mengangguk dengan tatapan mata yang masih tertuju pada laptop di depannya. Jeno sendiri lebih memilih mengerjakan tugas serta mereview materi yang tadi ia pelajari di sekolah.

Selama belajar demi apapun Jeno benar-benar tidak fokus. Hatinya terus merasa tidak tenang, dia merasa gundah entah karena apa. Dulu, Jeno selalu merasa begini tiap kali adiknya dibully. Jeno sudah menghabiskan waktu yang cukup lama dengan Haechan sehingga dia sudah tahu perasaan seperti ini.

"Ah sial kenapa sih," decaknya.

Jeno mengumpat dalam hati, matanya melirik ke arah ponsel yang memunculkan notifikasi.

Haechan

Kak Jeno
Bisa jemput nggak?
Hujan

Nggak
Pulang sendiri, naik taksi bisa kan

Takut
Gapernah naik taksi

Ribet amat sih, naik ya tnggal naik
Gitu aja repot

Tapi Kak

Udh gausah ganggu
Lg belajar, plg sendiri
Jgn lewat jam 9 kalo gamau dimarahin Kak Taeyong

Jeno menyimpan ponselnya dengan kasar, kesal karena waktu belajarnya terganggu. Memilih kembali fokus pada materi, Jeno mencoba fokus dan abai pada pesan Haechan barusan.

Hujan memang sudah turun dengan sangat deras sedari tadi. Dan Jeno sangat menyukai sensasi belajar dengan mendengar suara air hujan, biasanya dia merasa tenang. Namun, alih-alih merasa tenang dan fokus  Jeno justru semakin merasa kalut.

"Anjing kenapa sih," umpatnya.

Jeno mengambil airpods di dalam lacinya lalu mulai menyalakan musik yang sekiranya membuat dirinya tenang. Perlahan hatinya mulai sedikit tenang dan dia bisa fokus pada materi di hadapannya.

Tan 90° • Lee Haechan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang