37. Keinginan Jeno---
Jaemin tahu seharusnya perasaannya tenang saat ternyata korban tabrak lari itu bukan Haechan. Ternyata, ponsel yang dipegang suster tadi bukan milik Haechan. Panggilan suara itu hanya datang secara kebetulan.
Tapi, bukankah itu terlalu jelas untuk disebut kebetulan? Hal ini mengganggu pikiran Jaemin sedari tadi. Jujur saja, bukannya dia berharap Haechan yang menjadi korban tabrak lari, hanya saja perasaannya benar-benar tidak enak.
Jaemin menghela nafas seraya melihat Jeno yang terbaring di atas brankar dengan mata yang masih terpejam, begitu pun Taeyong yang tertidur di sofa. Hana dan Yuta sudah pulang beberapa menit yang lalu. Waktu memang sudah malam, tapi Jaemin masih terjaga. Sungguh, dia gatal ingin bertanya kepada kakaknya tentang korban tabrak lari tadi.
Sedangkan di lain tempat, Jaehyun masih saja menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah basah oleh air mata. Sungguh, Jaehyun tidak pernah menyangka akan terjadi hal seperti ini.
Karena faktanya, korban tabrak lari tadi memang Haechan, benar-benar Lee Haechan. Jaehyun menjadi saksi bagaimana kritisnya kondisi Haechan dan perjuangannya mempertahankan Haechan. Dia sengaja menyuruh suster tersebut untuk tidak memberitahu yang sebenarnya jika orang di depan ruang IGD bertanya, Jaehyun sudah punya firasat untuk itu dan tebakannya benar.
"Lee Haechan, kamu kenapa bisa sampai gini," lirihnya.
Baru kali ini, Jaehyun merasa sangat emosional saat menyelamatkan seorang pasien. Tangannya bahkan masih terdapat bercak darah dari tubuh Haechan tadi, dia berusaha keras karena kepala Haechan terbentur yang menyebabkan kehilangan banyak darah. Ditambah penyakitnya yang kini sudah naik menjadi stadium empat.
Jaehyun menyesal sempat mengabaikan Haechan karena mengira Taeyong bisa menjaganya. Padahal nyatanya, Taeyong mengabaikan Haechan.
"Haechan, mian."
Untungnya Haechan berhasil diselamatkan dan sudah melewati masa kritisnya. Sekarang, Jaehyun hanya tinggal menunggu Haechan sadar saja. Setelah Haechan sembuh dari kecelakaan ini, dia berjanji akan membawa Haechan untuk berobat dan kembali merawatnya.
Jaehyun berdiri dan memilih keluar dari ruang rawat Haechan untuk membersihkan dirinya dan menenangkan hatinya. Tapi, dia dikejutkan dengan keberadaan Jaemin saat memasuki ruangannya.
"Kenapa, Dek?"
Jaemin yang sedang memainkan ponselnya mendongkak. "Kak, korban tabrak lari tadi siapa?" tanyanya langsung.
"Orang lain."
"Kak jangan bohong," kata Jaemin.
Jaehyun mengernyitkan dahinya, tahan, dia tidak boleh sampai kelepasan. Biarkan keadaan Haechan saat ini menjadi rahasia dirinya saja dulu, dia akan mengatakannya setelah kondisi Jeno membaik entah pada Taeyong maupun pada adiknya. "Buat apa Kakak bohong? Lagian emangnya kenapa?"
"Aku punya firasat buruk," lirih Jaemin.
"Kenapa?"
"Haechan nggak bisa dihubungi, tadi ponselnya aktif dan pas aku nelfon tuh ponsel yang dibawa suster yang katanya punya korban itu nyala, makannya aku khawatir dan nyangka korban itu Haechan," jelas Jaemin pelan.
Jaehyun menghela nafasnya lalu bergerak menepuk pundak adiknya untuk menenangkan walaupun beberapa hari ke belakang dia merasa cukup heran dengan tingkah Jaemin yang mendadak diam soal Haechan.
"Jangan khawatir, mungkin aja Haechan kecapean atau ketiduran. Tadi kata kamu dia nggak ada di rumah dari pagi," kata Jaehyun. "Haechan pasti baik-baik aja, Jeno gimana? Udah sadar?" lanjutnya mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tan 90° • Lee Haechan [End]
Fiksi PenggemarButuh waktu empat tahun untuk Haechan supaya penglihatannya bisa kembali normal. Tapi, kenapa setelah penantian panjangnya justru luka semakin banyak datang kepadanya? Bahkan, hanya butuh satu tahun untuk menjatuhkan Haechan ke dalam jurang yang san...