┇ trois

858 121 62
                                    

JUYEON masih berada di ruang tamu, berdiri memperhatikan Hyunjae. Pencuri itu tidur dengan wajah yang menurut Juyeon terlihat lugu. Tubuhnya terbalut pakaian mahal milik Jeno, tertulis di kaos dan celananya terdapat lambang LV, berselimut jaket seragam SeNa milik Juyeon yang menutupi dada Hyunjae.

Perlahan tubuhnya mendekat pada sosok Hyunjae, memperhatikan, mengamati wajah Hyunjae yang manis dan lembut. Perban menempel di dekat pelipis dan juga bawah dagu. Memar-memar dan luka-luka sedikit basah yang menggores wajah mulusnya, sama sekali tidak mengganggu.

"Manis juga," gumam Juyeon. Namun kepalanya segera menggeleng teringat rasa kesal akan kekalahan.

Juyeon masih tidak terima pertarungannya dengan Hyunjae berakhir simbang.

"Apa gue perkosa aja ya?" ujarnya lagi entah pada siapa.

Home schoolingnya dimulai masih lama. Mungkin empat jam lagi. Pukul delapan guru privatnya akan datang ke rumah. Pesan Jeno adalah mengantar Hyunjae pulang ke rumah anak itu tetapi Juyeon tidak sudi menggendongnya hanya untuk dipulangkan. Ia membiarkan Hyunjae tidur di sofa ruang tamu sampai bangun sendiri.

Juyeon mulai membuka melonggarkan celana jeans yang masih menutupi kakinya. Sabuknya dilepas dan kancing depan dibuka agar tidak merasa terlalu sesak. Ia meneguk ludah dan menjilat bibir bawahnya sendiri sebelum benar-benar duduk di sofa yang sama tempat Hyunjae terbaring.

"Tunggu, gue belum ngerjain fisika." Juyeon bermonolog lagi. Dia baru ingat bahwa fisika belum dikerjakan.

Nilainya terombang-ambing pada mata pelajaran IPA sepeti kimia, biologi dan fisika. Semuanya merosot jauh karena akhir-akhir ini Juyeon lebih sering menghabiskan waktu bersama SeNa daripada fokus belajar sesuai pesan ayahnya. Seperti perasaannya yang membingungkan antara marah tak terima pada Hyunjae namun juga terpana akan wajah manisnya.

"Lagian ngapain gue mikirin fisika anjir." Juyeon menggerutu. "Mendingan juga gelud, lebih seru."

Juyeon yang wajahnya babak belur itu semakin mencondongkan diri pada Hyunjae, membulatkan tekad untuk memperkosanya saat itu juga sebelum guru privatnya atau ayahnya atau bahkan Kevin datang kesana.

Ayahnya suka mengecek Juyeon pada waktu acak untuk memantau belajar anak tunggalnya itu. Sedangkan Kevin, dia hanya jelmaan jalangkung yang kadang datang tak dijemput, pulang tak diantar, tau-tau sudah hampir menghabiskan isi kulkas Juyeon. Apalagi Hyungnim menyuruh anak itu untuk berkunjung nanti.

Selain itu, hari ini Juyeon juga akan berangkat bersama Younghoon, Jaemin dan Jay untuk menyaksikan sidang Eric.

Celana yang dikenakan Hyunjae berusaha dibuka oleh Juyeon, dengan sangat hati-hati. Badannya sakit dan ngilu disana-sini. Hal yang akan dia lakukan ini meragukan, tapi Juyeon tidak peduli. Dia masih dendam, tidak mau kalah dari Hyunjae dan harus memperkosanya agar bisa membuatnya bangga.

Otaknya yang agak bodoh nyerempet polos itu bekerja dengan cepat jika menyangkut selangkangan. Apalagi seksualitasnya yang gay sudah direstui oleh ayah tersayang. Fasilitas apartemen pribadi dan tabungan juga mengalir terus tanpa halangan.

Hyunjae tidak bergerak sedikitpun saat Juyeon sudah berhasil membuka celana namun belum sampai menyeretnya ke bawah. Juyeon menjilat bibir atasnya menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam diri. Pemandangan yang tersaji di hadapannya tidak bisa diabaikan begitu saja.

Juyeon mulai merangkak dan mengukung tubuh Hyunjae di bawahnya. Ia berdiri dengan tumpu dua lutut agar bisa menyingkirkan celana Hyunjae pelan-pelan. Gundukan di balik celana jeans yang ia kenakan juga semakin terlihat besar. Tubuh Juyeon mulai kepanasan akibat terangsang dan balas dendam.

Faire La Bise ✦ JumilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang