┇ six

809 120 55
                                    

SEMUANYA berawal dari ide bodoh Juyeon saat kepalang mabuk. Kini ia harus menerima nasib yang membuatnya mungkin kesulitan berjalan hingga buang air nanti. Jaemin menduduki perutnya, dengan kedua tangan melebarkan paha Juyeon memakai tenaganya yang besar meski baru bangun tidur.

"JAEM, AMPUN JAY! ANJING JANGAN KEV!" serunya tak berhenti memohon.

Kevin dan Jay siap dengan posisi masing-masing untuk membayar taruhan Juyeon. Dimana taruhan masih tetap berjalan dan siapapun yang berteriak kencang ketakutan saat menonton film, tendangan dan pukulan pada kelamin adalah bayarannya.

"Siap lo Kev?" tanya Jay memutar-mutar lengannya meregangkan otot.

"You first my bro!" Kevin tertawa licik.

Jay maju pertama, dia menendang kelamin Juyeon satu kali dan diikuti dengan Kevin juga melakukannya tanpa memberi jeda untuk Juyeon menjerit. Wajahnya di belakang Jaemin sudah memerah. Urat-urat yang menonjol pada leher juga tampak jelas. Bahkan bola matanya melotot akan keluar ketika Jaemin mengambil giliran, memukul kelaminnya dengan tangan yang miring, seperti pedang.

"EOMMAAA!!!!!!"

Juyeon menjerit hingga mengeluarkan air mata saat Jaemin sudah menyingkir dari tubuhnya, membiarkan sang pemilik rumah berguling-guling ke kanan kiri hingga kepalanya terbentur sofa. Kedua tangan Juyeon masih terapit pahanya sendiri, memegangi area selangkangan. Ia pikir hanya karena tendangan tersebut, kesempatan untuk punya anak di masa depan pasti sudah tidak dia miliki.

"ANJING LO BERTIGA! SAKIT BANGET BANGSAT!" tangisnya sambil terus menggeram dan mengaduh.

Ledakan tawa Jay dan Kevin mendominasi di ruangan. Mereka bahkan melompat-lompat dan saling bertukar high-five beberapa kali. Hanya Jaemin seorang yang masih setengah mengantuk, namun juga cukup terhibur dengan penderitaan Juyeon. Ia hanya berdiri sambil tersenyum sampai Juyeon berhenti berguling.

"Bangun lo," ujarnya sambil mengulurkan salah satu tangan, membantu Juyeon berdiri.

"Sakit ... hiks," keluh sahabatnya itu, hanya memandang Jaemin dengan air mata yang mengantri di kelopak.

"Halah gitu doang juga, masih mending nggak gue tendang." Jaemin menyambar tangan Juyeon yang sudah terulur.

Ia membantu sahabatnya berdiri namun belum sempat Juyeon berdiri tegap, badannya ambruk lagi, selangkangannya rasanya ngilu dan perlahan kebas. Tubuhnya yang bongsor itu akhirnya dijatuhkan kembali di atas lantai karpet sambil meringkuk dan tetap memegangi bagian bawah.

"Parah anjing tendangan si Jay paling keras jingan!" umpat Juyeon tak berhenti. Namun Jay sama sekali tidak terbebani dan hanya memberikan kekehan puas.

Masing-masing dari mereka kini kembali duduk ke sofa dan melanjutkan menonton televisi sampai hujan mereda. Hanya Jaemin yang memutuskan untuk duduk di karpet menunggui Juyeon membaik. Mereka tidak menyadari bahwa Hyunjae yang sedari tadi mengintip dari balik pintu kamar Juyeon, berjalan tertatih sambil memegangi perut untuk ikut bergabung.

Sayangnya, Hyunjae yang memang keadaannya belum pulih sepenuhnya itu tiba-tiba saja terhuyung ke depan dan hampir jatuh menimpa Juyeon. Tetapi Jaemin dengan sigap berdiri dengan salah satu lutut dan menerima tubuh lelaki itu.

"Ngapain lo keluar kamar?" tanya Juyeon yang masih merintih, melihat kejadian agak dramatis dari Hyunjae dan Jaemin di depan mata kepala.

Kini Hyunjae dibantu Jay untuk pindah duduk di sampingnya, menjadikan salah satu dari Triple J SeNa itu menjadi duduk di tengah. Jaemin kembali duduk ke karpet dan memandang Hyunjae. Kondisinya jauh dari kata baik.

Sebagai pemimpin divisi penyerang satu dan orang terkuat setelah Hyungnim, pukulan-pukulan yang ditinggalkan Jaemin tidak bisa sembuh hanya dalam waktu sehari. Seperti kata ayah Juyeon tadi pagi, paling tidak siapapun yang terkena amukannya akan berakhir di rumah sakit.

Faire La Bise ✦ JumilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang