𝟎𝟒.𝐏𝐚𝐦𝐚𝐧

33 8 0
                                    

Renjun hari ini bangun sangat pagi,bahkan Yangyang dibuat keheranan melihat temannya itu tiba-tiba berangkat sekolah padahal jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.

Hari ini jadwalnya piket,Renjun juga tak suka melakukan kegiatan itu bersama teman-teman seperpiketannya,dia lebih memilih melakukannya sendiri.Katanya sih  teman-teman nya akan pura-pura amnesia jika disuruh piket,oleh karena itu ia mending piket sendiri mumpung ingat.

Saat tengah menunggu lampu penyebrangan berwarna hijau,pandangannya teralihkan oleh seorang pria berumur sekitar dua puluh tujuh tahun hendak berjalan melewati Zebra cross,keadaannya masih ramai itu yang membuat pmuda Huang itu heran.Bagaimana jika ada hal yang tidak diinginkan menimpa pria itu jika tetap saja tak sabar menunggu lampu penyebrangan berubah warna?

"Paman!"

Renjun berlari kearah pria tersebut dan menarik tangan kanannya,berjalan menuju ke tepi jalan karena hampir saja nyawa pria itu dalam bahaya jika Renjun tak menyelamatkannya.

Sebuah mobil berwarna silver itu langsung berhenti hingga menghasilkan suara decitan yang membuat bulu kuduk siapapun berdiri.Kaca mulai turun secara otomatis menampilkan kepala sangat pengemudi yang terlihat kesal pada pria itu.

"Hati-hati kalau jalan,brengsek!"

Setelah mengatakan itu ia mulai menancapkan gasnya membuat Renjun menggeleng pelan,"Mentang-mentang orang kaya,sombong amat."

"Paman gak papa kan?" Tanyanya pada pria yang baru saja ia selamatkan.Pria itu terus menunduk sebelum akhirnya lampu penyebrangan berubah warna ia memutuskan untuk mengajak pria itu untuk menyebrang bersamanya.

"Kita sudah sampai." Ucapnya sambil melepaskan pegangan nya pada pria tersebut,"Lain kali hati-hati ya paman,untung aja ada saya kalo gak beda lagi ceritanya.Saya pergi dulu."

───•❖•───

"Tuhan gak adil banget,kenapa gue harus terlahir pendek sih?" Kesalnya saat membersihkan jendela dengan kemoceng ditangannya,namun ia tak bisa menjangkau kaca paling atas karena terlalu mungil tubuhnya.

Renjun menghela nafas kasar,ia sudah menyerah karena tak bisa menjangkau kaca tersebut,"Bahkan sama Yiren aja gue kalah tinggi.Nasib...nasib..."

Baik,waktunya mengepel lantai dan itu adalah hal yang paling ia benci.Daripada mengeluh,lebih baik ia segera menyelesaikannya.Lebih cepat lebih baik kan?

Ia mengambil ember yang ada ditembok ujung kelasnya dan segera mengambil air bersih,keadaan sekolah masih sangat sepi,apakah ia yang terlalu cepat membersihkan kelas atau memang waktu selambat ini mengingat sekarang adalah hari Kamis?

Saat tengah mengambil air,bisa ia lihat pemuda seusianya tak sengaja menendang embernya membuat setengah air yang baru saja ia ambil terbuang sia-sia.

"Lo punya masalah hidup apaan ha?!" Renjun melempar embernya kesegala arah hingga menimbulkan keributan.Pemuda yang berhasil membuat dirinya marah itu hanya bisa menampilkan senyum tak berdosanya.

"Lo tanya sama diri lo sendiri," Pemuda itu memajukan wajahnya kearah Renjun,"Lo punya masalah apa sampai gue lo jadiin korban ha?!"

Bukh!

Pemuda itu memukul wajah Renjun membuat pemuda mungil itu jatuh tersungkur ke lantai yang basah,"Lo ngomong apaan bangsat?! Ini masih pagi jangan bikin gue darah tinggi lo ya!"

[✔]2.What's Wrong? 2:Past and FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang