14. ✤ Jimin

686 71 2
                                    

"Bunda, Jimin.."

"Iya, sayang. Taehyung kuat ya sayang?"

"Bunda... Jimin nya pergi."

"Jimin udah nggak bisa sama Taehyung lagi, Ya?"

"Taehyung bikin Jimin sakit ya, Bun? Jimin marah ke Taehyung ya? Taehyung minta maaf ke Jimin, Bun..."

Bunda Kim menggenggam kuat tangan Taehyung yang lemah. Taehyung ada di ranjang ruangannya, setelah pingsan beberapa menit lalu.

Rumah sakit menelpon keluarga Taehyung dan memberitahukannya tentang kepergian Jimin dan Taehyung yang pingsan.

Pihak Jimin pun sudah di telpon. Sudah pasti semuanya terkejut dengan kepergian Jimin. Karena yang mereka tau, Jimin sudah baik-baik saja seperti biasanya.

Tapi Tuhan selalu punya kejutan dalam hidup.

"Bunda..."

"Iya, sayang? Bunda di sini sama Taehyung."

"Kenapa Tuhan selalu begini sama Taehyung? Taehyung punya dosa apa? Taehyung nyakitin ayah sama bunda ya? sampe Tuhan marah dan ambil bahagianya Taehyung."

Bunda Kim mengusap-usap rambut Taehyung yang berantakan dan menatap mata kosong Taehyung dengan lembut.

"Enggak, sayang. Taehyung anak baik, Anak bunda enggak ada yang jahat kok."

"Jadi kenapa Tuhan ambil Jimin? Taehyung butuh Jimin."

"Itu karena Tuhan mencintai Jimin, Tuhan sayang Jimin. Tuhan mau Jimin sembuh, enggak mau lihat Jimin sakit lagi. Emang Taehyung mau liat Jimin terus-terusan sakit?"

Jawaban Taehyung hanya menggeleng. Sudah jelas ia tak mau melihat sahabatnya itu sakit, namun Taehyung juga tidak ingin Jimin pergi seperti ini.

"Bunda, Taehyung mau sendiri dulu."

"Enggak mau lihat Jimin? Jimin mau di bawa pulang sebentar lagi ke rumah sakitnya,"kata Bunda Kim dengan lembut.

"Taehyung di sini dulu. Taehyung sakit lihat Jimin,"katanya dengan tatapan kosong.

Jimin, Taehyung bersungguh-sungguh jika saat ini dirinya merasa sakit dan terluka.

Sebenarnya tidak ada yang Taehyung pikirkan. Segalanya hanya kosong tanpa isi. Tubuh Taehyung pun rasanya sangat lemas, bahkan untuk sekadar tersenyum pun sulit.

Di pandangnya pintu yang berdiri tegak di sana. Menatap pantulan dirinya dari kaca tengah pintu itu dari jauh.

"Taehyung,kau menyedihkan,"batinnya.

Jungkook hadir dari pintu yang terbuka itu. Kemudian terdiam sebentar menatap dengan sayup kakaknya yang paling ia sayangi itu tengah melamun dengan mata yang terus mengair.

Di hampirinya Taehyung, dan sudah pasti Taehyung tersentak dengan tangan Jungkook yang ada di bahunya.

"Ada apa?"tanya Taehyung pelan.

"Ayo kita antar kak Jimin pulang,"kata Jungkook dengan tersenyum.

"Harus aku?"

"Enggak harus kak Taehyung. Kami juga enggak butuh presensi nya kak Taehyung jika jujur,"katanya serius.

"Tapi kak Jimin butuh presensi kak Taehyung untuk terakhir kalinya. Kak Taehyung cuma mau bareng kak Jimin semasa dia hidup aja?"

"Kak, ini kesempatan terakhir kak Taehyung bisa lihat wajah kak Jimin. Besok dan seterusnya cuma gundukan tanah yang bisa kakak liat,"katanya melirih.

I'm here.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang