9. ✤ Maaf

553 88 11
                                    

☽ * · *

"Aku bisa melupakan perlakuannya, tapi aku tidak bisa melupakan rasa sakitnya."

:    :    :

☆ : ☆


"Taehyung tidak datang hari ini."

"Eoh? Kenapa?"

"Keluarganya pergi ke rumah neneknya di luar kota, begitu katanya,"kata Hoseok.

"Apa Taehyung wajib ikut?"

"Tentu saja, itu kan neneknya Taehyung juga. Kau sama aku aja ya hari ini,"katanya lagi sembari tersenyum pada Jimin.

"Baiklah."

Jimin kembali berjalan menuju kamarnya dengan lesu. Setelah lama menunggu kedatangan Taehyung, ia memutuskan untuk bertanya ke Hoseok. Ternyata Taehyung tidak datang. Jimin kesepian.

Maka satu-satunya yang di lakukan hanya merebahkan diri di atas kasur empuknya, sembari menatap langit-langit kamar.

Tok tok

Jimin beralih menatap pintu. Ada seseorang di balik sana, entah siapa yang pasti bukanlah Hoseok. Hoseok tak pernah mengetuk sebelum masuk.

Akhirnya dia membuka pintu.

"Kau?-" Jimin bahkan tak bisa meneruskan ucapannya.

"Jimin, ayo bicara."

Jimin hanya ingin menutup pintu dengan segera, namun tangan seseorang tersebut mendahului untuk menahan pintu tersebut.

"Aku mohon.."

Akhirnya, mereka duduk di ranjang Jimin.

"Aku datang untuk minta maaf denganmu. Atas semua perlakuanku di masa lalu, atas segala rasa sakit yang aku torehkan padamu,"katanya lirih.

"Jimin, aku tidak tau bahwa kau akan berakhir di sini. Jika aku tahu, maka aku pun tidak akan melakukan hal seperti dulu padamu,"katanya lagi dengan nada menyesal.

"Dan kau pikir aku pun ingin berakhir di sini?"sahut Jimin dengan menahan amarah.

"Aku mohon maafkan aku. Saat aku menuangkan sebotol saus ke makananmu, saat aku merobek buku tugasmu. Aku mohon maafkan kelakuanku.."

Tangan Jimin sudah terkepal dengan begitu sempurna. Hatinya begitu sesak mengingat kembali bagaimana kelamnya masa lalu yang pernah ia alami.

"Jimin. Bagaimana pun masa lalu, aku harap kita bisa tetap berteman. Karena sebelumnya kita juga pernah menjadi teman dekat."

"Pergi."

"Hah?"

"Aku bilang pergi."

"Tapi aku ingin mendapatkan maaf darimu, lalu kita berteman."

"Dan kau pikir aku mau? Bahkan peranmu untuk menjadi alasan aku di sini sangat besar. Aku tidak akan mendapatkan perlakuan seburuk itu jika kau tidak menghasut yang lain bodoh!"

"Sekarang aku bilang pergi!"teriaknya.

"Tidak. Aku tidak akan pergi jika kau belum memaafkan aku Jimin."

"Pergi!"

Jimin mengambil gelas yang ada di meja nakas dan membantingnya dengan sangat kencang. Wajahnya yang memerah karena amarah, pikiran yang berkecamuk hebat.

"Jimin, tenanglah!"katanya.

Namun Jimin masih terus melemparkan segala barang-barang di sekitarnya.

I'm here.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang