Aku tak pernah benar-benar mencintai seseorang namun mengapa sejak kehadirannya hatiku mulai gundah gulana?
Setelah dibujuk habis-habisan, akhirnya acara ngambek Maudy menyusut juga. Entah kenapa, tiba-tiba saja gadis itu marah padahal, kan, Alesha hanya bertanya.
"Itu yang ujung sebelah kiri namanya Akler Strya. Di samping Kak Akler namanya, Domingo. Terus yang di tengah kalau gue gak salah namanya Rian Syahputra," ucap Maudy menjelaskan dengan se-santai mungkin. Masih banyak mahasiswa di lingkungan Fakultas Kedokteran, tidak baik mengosip di wilayah orang lain.
Ketiganya mengangguki, begitu stabil. Terlihat sangat penasaran dengan kelanjutan informasi dari Maudy.
"Yang main gitar namanya Satya. Kak Satya itu orang yang paling asik dari mereka. Terus yang ujung sebelah kanan namanya Maikel," kata Maudy melanjutkan ceritanya.
Sesaat Maudy menjeda lama, terlihat tidak berniat melanjutkan ucapannya sampai tatapan tajam dari ketiga temannya membuat Maudy muak. "Gautama Felik nama tuh orang," ketus Maudy. Mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan.
"Ketus amat neng," goda Ayu. Benih-benih rasa penasaran tentang manusia-manusia tampan di depan sana dan cowok bernama Gautama Felik itu membuat rasa penasaran Ayu semakin menjadi-jadi.
"Cieee, Kak Gautama tampan banget. Lebih enak dipanggil Kak Tama atau Felik saja, ya?" Sinta mengompori, sama curiganya dengan Ayu. Maudy tampaknya tidak asing dengan lelaki bernama Gautama itu.
"Tahu ah, Gue, sih, manggilnya Kang ghosting!" Tanpa sadar, Maudy malah membeberkan rahasia besar dibalik ketidaksukaannya berkunjung ke tempat ini.
Sinta dan Ayu tentu membelalak, menahan diri untuk tidak berteriak. Ingat, sekali lagi ini bukan rumah mereka. Saat Ayu dan Sinta sibuk-sibuknya menggoda Maudy, ada Alesha yang tidak bisa mengalihkan pandangannya. Mengerutkan keningnya sembari menghitung jumlah manusia-manusia tampan yang sedang mereka bicarakan.
Lebih dari tiga kali Alesha menghitung, padahal orang-orang itu tak lebih dari 10 orang. Alesha hanya ingin memastikan. Maudy masih menyebut enam nama, ditambah emang hanya ada enam orang di sana. Alesha tidak salah dengar, kan?
Bertujuh kata Maudy tadi. Satu lagi di mana?
"Bukannya bertujuh, masih enam yang Lo jelaskan. Satu lagi mana?" Akhirnya Alesha memberanikan diri bertanya.
Ketiga temannya menoleh bersamaan. Benar juga, hanya ada enam orang di sana.
Saat Maudy ingin menjelaskan, semesta langsung berpihak. Lelaki dengan seragam putih khas kedokteran dengan tinggi kira-kira 180 cm, jangan lupakan kacamata yang bertengger diwajahnya, rambut hitam dengan potongan rapi hingga poni-poni tipis turun menutupi wajahnya kala angin bertiup, berjalan ke arah teman-temannya dengan gaya super luar biasa tampannya.
Eh sampai lupa--ia memegang se-cup Milkshake.
"Woi Abian! Lo darimana saja, sih?"
Selangkah lebih dekat, poni-poni tipis itu dihembuskan oleh angin hingga potongan rambut itu terbelah menjadi dua. Parah! Alesha langsung terbayang Haechan NCT dari boygroup Korea yang akhir-akhir ini mulai disanjung namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dokter & Buk Tani
Teen FictionAbian si mahasiswa Jurusan Kedokteran tidak pernah tahu bahwa akhir cintanya dengan Maury adalah awal dari pertemuan cinta yang paling menakjubkan yang pernah dia rasakan dengan seorang gadis tomboy Jurusan Pertanian yang sangat tergila-gila padanya...