Wajar kah seorang manusia biasa mencinta dalam pandangan pertama?
"Alesha kemana, sih? Batagornya keburu dingin nih," sungut Ayu sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian warteg. Sudah sepantasnya anak kost makannya di warteg alih-alih cafe ternama. Ingat, mereka bukan anak orang kaya.
Alih-alih menjawab pertanyaan Ayu, Sinta dan Maudy hanya geleng-geleng tidak tahu. Lanjut makan cuek-cuek aja. Toh, sebentar lagi yang dicari akan menunjukkan batang hidungnya. "Palingan jalan sama Liza Natalia," ucap Sinta santai setelah beberapa saat.
Tentu Ayu mencabik. Kalau Alesha digabungkan sama Liza, dunia sedang tidak baik-baik saja. Lupa daratan hingga tak peduli dengan lingkungan. Liza itu teman sekelas Alesha, mereka terkesan sangat dekat. Ayu dan Maudy berada di kelas yang sama sedangkan Sri di kelas yang sama dengan Alesha.
Kata Sri kalau Alesha digabungin sama Liza,anak itu tak peduli dengannya. Kata lain, dicuekin.
"Maaf-maaf guys....lama, ya, gue?" Tiba-tiba si biang kerok muncul. Dengan napas yang memburu ia duduk diantara Ayu dan Maudy. Bersandar dibahu Ayu hingga dihadiahi geplakan kekesalan.
"Darimana aja lu? Sama si Liza-Liza itu lagi, iya?" tanya Ayu dengan nada tidak suka.
"Kasih gue napas dulu mak?!" Alesha memelas menatap wajah kesal sahabatnya.
"Cemburu si Ayu, Sha," ujar Maudy sambil terkekeh.
"Cemburu mulu dah. Mentang-mentang Lo jomblo, pliss jangan suka sama gue. Gue lurus!" cerocos Alesha tidak tahu diri, sekali lagi ia mendapatkan geplakan, sedikit lebih keras dari sebelumnya.
"Najis tahu ga!" ketus Ayu. "Makan tuh batagor dingin!" Ayu mencebik bibir.
"Makanya jangan dipesan dulu tadi." Alesha jadi marah padahal tadi dia sendiri yang minta di pesanin.
"Kan Lo yang minta pesanin Bambang," ucap Sinta kelewat sewot.
Alesha terkekeh geli "Tapikan bisa nunggu gue dulu, lihat gue datangnya telat," katanya tidak merasa bersalah.
"LO KIRA KITA BISA BACA PIKIRIN ORANG HAH!!" Akhirnya emosi Ayu memuncak. Berakhir menjadi sumber perhatian sebagian orang yang berada di warteg ini.
"Becanda, ah!" Alesha memegang dadanya sok sedih. Memasukkan batagor yang sudah tak enak lagi, sayang kalau dibuang. Belinya pake uang bulanan.
Selang beberapa menit kemudian mereka sudah selesai makan. Mereka bukan tipe orang yang makan belibet, namanya juga anak kost modal pas-pasan.
"Enak banget dah. Pantas nih warteg langganan anak pertanian, "kata Sinta membuka suara. Meneguk segelas air hingga ia tersenyum kekenyangan. "Kemana kita? Langsung pulang kah? Gak ada jadwal, kan?"
Yang lain mengeleng menanggapi. Sebelum di sibukkan dengan kegiatan praktikum karena memang sudah hukumnya, mahasiswa baru pertanian masih terlihat santai di awal-awal semester.
Kuliah-pulang-bersantai-tidur. Biarlah seperti itu hingga saatnya tiba mereka akan menangis sesenggukan karena harus berbaur dengan alam. Kata orang, bau tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dokter & Buk Tani
Teen FictionAbian si mahasiswa Jurusan Kedokteran tidak pernah tahu bahwa akhir cintanya dengan Maury adalah awal dari pertemuan cinta yang paling menakjubkan yang pernah dia rasakan dengan seorang gadis tomboy Jurusan Pertanian yang sangat tergila-gila padanya...