Part 2_ Anak Kedokteran

71 7 6
                                    

Wajar kah seorang manusia biasa mencinta dalam pandangan pertama?



"Alesha kemana, sih? Batagornya keburu dingin nih," sungut Ayu sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi warteg. Sudah sepantasnya anak kost seperti mereka makannya di warteg alih-alih cafe ternama. Ingat, mereka bukan anak orang kaya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Ayu, Sinta dan Maudy hanya geleng-geleng tidak tahu. Lanjut makan dengan tenang. Toh, sebentar lagi yang dicari pasti akan menunjukkan batang hidungnya. "Paling lagi jalan sama si  Liza Natalia," ucap Sinta santai setelah beberapa saat.

Tentu Ayu mencabik. Kalau Alesha digabungkan dengan Liza, dunia sedang tidak baik-baik saja. Lupa daratan hingga tak peduli dengan lingkungan. Liza itu teman sekelas Alesha, mereka memang sangat dekat. Ayu berada di kelas C dan Maudy berada di B sedangkan Sinta di kelas K dan Alesha di kelas H. Mereka berempat mengontrak kelas yang berbeda sebab pembagian kelas di semester satu memang berdasarkan nomor induk mahasiswa.

Kata Sinta kalau Alesha digabungkan dengan gadis bernama Liza, mereka sudah seperti saudara kembar.

"Maaf cuy, lama, ya, gue?" Tiba-tiba si biang kerok muncul. Dengan napas yang memburu ia duduk diantara Ayu dan Maudy. Bersandar dibahu Ayu hingga dihadiahi geplakan kekesalan.

"Darimana aja Lo? Sama si Liza-Liza itu lagi, iya?" tanya Ayu dengan nada tidak suka.

"Kasih gue napas dulu mak?!" Alesha memelas menatap wajah kesal sahabatnya.

"Cemburu si Ayu, Sha," ujar Maudy sambil terkekeh.

"Cemburu mulu dah. Mentang-mentang Lo jomblo, please! jangan suka sama gue. Gue lurus!" cerocos Alesha tidak tahu diri, sekali lagi ia mendapatkan geplakan, sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Najis tahu gay!" ketus Ayu. "Makan tuh batagor dingin!" Ayu mencebik bibir.

"Makanya jangan dipesan dulu tadi." Alesha jadi sedih padahal tadi dia sendiri yang minta di pesanin batagor. Katanya biar gak antri.

"Kan Lo yang minta pesanin Bambang," ucap Sinta kelewat sewot.

Alesha memanyunkan bibirnya. "Tapikan bisa nunggu gue dulu gitu. Lihat, kan, gue datangnya telat," katanya tidak merasa bersalah.

"LO KIRA KITA BISA BACA PIKIRIN ORANG HAH!!" Akhirnya emosi Ayu memuncak. Berakhir menjadi sumber perhatian sebagian orang yang berada di warteg itu. "Lagian siapa suruh Lo telat?"

"Becanda, ah!" Alesha memegang dadanya sok terkejut. Memasukkan batagor yang sudah tak enak lagi ke dalam mulut, sayang kalau dibuang. Belinya pake uang bulanan.

Selang beberapa menit kemudian mereka sudah selesai makan. Mereka bukan tipe orang yang makan belibet, namanya juga anak kost modal pas-pasan.

"Enak banget, ya. Pantas nih warteg langganan anak pertanian," kata Sinta membuka suara. Meneguk segelas air hingga ia tersenyum kekenyangan. "Kemana kita? Langsung pulang kah? Gak ada jadwal, kan, hari ini?"

Ketiganya mengeleng kepala menanggapi. Sebelum disibukkan dengan kegiatan praktikum karena memang sudah hukumnya anak Pertanian, mahasiswa baru pertanian masih terlihat santai di awal-awal semester.

Kuliah-pulang-bersantai-tidur. Biarlah seperti itu hingga saatnya tiba mereka akan menangis senggugukan karena harus berbaur dengan alam. Kata orang, bau tanah.

Pak Dokter & Buk TaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang