Part 12_ With Kak Satya

27 4 0
                                    

-Kisah kasih di bangku kuliah.





Alesha bangkit berdiri untuk membereskan buku-bukunya yang berserak di lantai. Ia sedikit malu karena sudah mengundang perhatian beberapa pengunjung Cafetaria. Di kepalanya berputar-putar banyak hal, mengapa Kak Satya tak kunjung datang?

Bisa dibilang sudah lama Alesha menduduki bangku Cafe ini. Salah sendiri, Alesha terlalu bersemangat hingga akhirnya ia hanya bisa menunggu dan menunggu lama.

"Alesha, maaf ya!" Tiba-tiba Satya datang, duduk di kursi yang berada di hadapan Alesha.

Gadis itu terkejut awalnya karena pergerakan Satya yang terbilang sangat tiba-tiba. Tak lama, Alesha membalas dengan senyuman, sembari menunduk memberi hormat.

"Gapapa kok Kak. Aku juga baru sampai," kata  Alesha berbohong, tak mau Satya merasa bersalah terlalu lama walau kenyataannya ia sudah kelamaan menjadi nyamuk.

"Oh ya? Syukurlah," ujar Satya lega. Perjalanan ke Cafe, Satya terbilang amat buru-buru meski akhirnya terjebak macet. Satya tak ingin Alesha menunggu lama atau lebih parahnya pergi dan menolak mentah-mentah tawaran Satya. Jika sudah begitu, ribet urusannya nanti.

"Mbak!" panggil Satya, seorang pelayan buru-buru datang ke tempat meja mereka.

"Saya pesan Americano, ya, Mbak," ucap Satya memesan minuman lalu langsung melihat ke arah Alesha. "Alesha mau minum apa?" tanya Satya manis.

"Sudah Kak," jawab Alesha sopan sambil menunjuk minumannya.

Satya tersenyum tipis. "Makan, cemilan,  apa pun bisa. Jangan cuma minuman, Sha." Satya menawari namun Alesha kembali menolak. Bukan karena kenyang tapi karena Alesha tak enak hati. Ah, lebih tepatnya Alesha malu. Bagaimana pun Alesha tak mungkin lupa siapa itu Satya.

Realitanya, alasan Alesha mau menerima tawaran Satya untuk bertemu membicarakan tentang organisasi hanya semata-mata untuk bisa mengenali lebih dekat Abian. Entah bagaimana caranya, intinya Alesha hanya mengikuti kata hati saja.

Kalau orang dulu bilang, deketin dulu orangtuanya, baru anaknya. Namun karena Alesha tidak punya keberanian untuk mendekati orangtua Abian, mau tak mau dekati saja teman-temannya Abian. Barangkali ada peluang.

Lihatnya betapa cemerlangnya otak kosong si mahasiswi Pertanian itu.

"Vanilla ice nya 1, Mbak. Cemilannya, Nacho dua," ucap Satya akhirnya. Pelayan itu menulis pesanan lalu segera pergi meninggalkan mereka.

"Tapi Kak---"

"Gapapa. Hitung-itung ucapan maaf karena telat," potong Satya cepat.

"Aku juga baru sampai Kak," balas Alesha tak mau kalah.

"Tapikan kamu yang pertama sampai," jawab Satya tak mau kalah juga. Melihat perubahan raut wajah Alesha, Satya lantas terkekeh. "Bisa kita mulai? Jangan cemberut nanti cantiknya ilang," goda Satya. Tidak menutup kemungkinan untuk berani menggoda Alesha, padahal mereka baru saja bertemu. Begitulah Satya, sangat friendly. Tapi bicara soal hati, ia setia sekali.

"Silahkan Kak." Alesha memberi ruang untuk Satya berbicara tentang UKM Axist. UKM yang ditawarkan padanya.

Jika bisa jujur, sebenarnya Alesha juga sudah tahu banyak tentang UKM Axist ini, tapi mau gimana lagi. Demi Abian, demi tikungan. Alesha yang tidak sadar diri ternyata berani melangkah lebih jauh, mencari kesempatan dalam ketenarannya. Sayangnya, Abian tidak ada di sini meski tadi harapannya Satya tidak datang seorang diri.

Pak Dokter & Buk TaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang