Part 14_ Sebatas Sayang atau Cinta?

27 1 0
                                    

~Bagaimana bisa aku melupakanmu sedangkan memiliki saja aku belum sempat~







"Lama banget pulangnya, dari mana aja?"

Saat memasuki kontrakan dua kamar itu, Alesha langsung disuguhi oleh pertanyaan dari Maudy. Gadis dengan sifat dingin dan cuek itu kini menatap Alesha dengan tatapan ingin tau. Ingin tau apalagi alasan Alesha kali ini.

"Baru selesai," kata Alesha duduk di samping Sinta yang sibuk dengan ponselnya. "Si ayu mana?" tanya Alesha mencari sosok Ayu yang tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia berada dikost.

"Hobby banget itu anak hilang. Kita juga gak tau dia kemana, tadi main langsung pergi gitu," jawab Sintam

"Gimana? Lo terima tawarannya Kak Satya?" Mendengar pertanyaan Sinta, lantas sisi bringas Alesha muncul. Lelahnya hari ini tidak menjadi alasan untuk Alesha ingin bercerita panjang lebar mengenai hari yang dia lewati bersama dengan Satya dan kedatangan Abian.

"Sumpah guys. Kali ini gue gak bohong. Tadi gue ketemu sama Kak Abian. Kita duduk di meja yang sama. Terus kalian tau nggak? semua itu gak disengaja guys. Gue sama Kak Satya, kan, di cafe, terus tiba-tiba Kak Abian datang gitu jadi kita duduk bareng deh."

Panjang lebar Alesha bercerita, wajahnya yang berseri membuat Maudy tidak jadi mengutarakan kalimat pedasnya untuk segera menyadarkan Alesha. Cukup hari ini, biarlah Alesha dengan segala kebahagiaannya yang fana karena mulai besok, kalau bukan Maudy yang menyadarkan Alesha maka semesta yang akan bertindak.

"Kak Abian ganteng banget sumpah. Pori-pori diwajahnya bahkan tidak terlihat satu pun. Mulus banget wajah Kak Abian, semulus pantat bayi asli!! Bibirnya yang tipis dan berwarna pink alami, bola matanya yang berwarna hitam terang, hidungnya mancung, Kak Abian definisi ciptaan Tuhan yang paling sempurna di mata gue. Bisakah Kak Abian menjadi jodohku saja?" Alesha berkhayal tentang rupa Abian yang hampir sempurna.

"Sudah kaya, baik, humble, ganteng, ramah, anak Kedokteran, tidak sombong, taat agama, rajin, cerdas, attitude terjaga, semua tentang Kak Abian adalah sempurna. Sampai gue mikir gini, kenapa Kak Abian hanya ada satu di dunia ini? Kalau banyak, kan, salah satunya bisa sama gue," ujar Alesha seakan tidak ada lelah untuk berbicara.

"Kalau yang kayak Abian ada banyak, yang ada Lo gak bisa milih dan berakhir serakah ingin semuanya," seru Sinta memberi pendapat mengenai pertanyaan Alesha.

"Hehe. Iya juga sih, tapi kalau hanya, peluang gue buat dapatin Kak Abian kecil dong. Mau nangis tapi gak bisa." Alesha semakin menjadi-jadi, mendadak moodnya gadis itu berubah, mampu membuat Maudy melongo.

Sambil menyesap boba kesukaannya, Alesha menatap langit-langit rumah. "Kenapa, ya, gue gak sekaya Kak Abian? Kalau tadi gue sederajat sama dia, mungkin mencintai Kak Abian gak akan sesakit ini." Alesha berargumen pedih.

"Memang sakit, ya, mencintai Kak Abian? Gue lihat-lihat Lo baik-baik saja kok," kata Sinta lalu dengan sangat dramatis, Alesha menunjuk pada hatinya.

"Hati gue sakit Sin. Andai Lo bisa rasain mungkin Lo akan pingsan sekaligus kejang-kejang," ucap Alesha melebih-lebihkan.

"Hidup tapi mati. Hati gue dipenuhi oleh Kak Abian sampai yang ganteng saja lewat cuma demi Kak Abian. Padahal kasta kita saja yang beda, kenapa rasanya sulit banget?"

"Kenapa tiba-tiba Lo jadi gak percaya diri kayak gini?" tanya Sinta heran. Alesha yang mereka kenal adalah Alesha yang cukup percaya diri dengan apa saja yang dia lakukan namun hari ini? Padahal beberapa detik lalu gadis itu terlihat semangat saja.

"Kasih masukan lah sama si Alesha. Kasihan gue sama orang yang paling happy jadi gak punya rasa percaya diri kayak gini," seru Sri pada Maudy yang malah memilih membaca novel romansa milik Alesha alih-alih ikut bergabung dengan kegilaan Alesha.

"Yang ada gue semakin gak percaya diri kalau yang ngomong itu si Maudy," sungut Alesha memutar bola matanya malas.

Mendengar itu, dari balik buku yang menutupi seluruh area wajah Maudy, terlihat dua pasang mata elang. Maudy menatap lurus ke depan, tepat pada Alesha.

"Setelah gue ketemu dan bisa melihat hampir seluruh area wajah Kak Abian dan wanginya parfum Kak Abian, membuat gue sadar kalau memiliki dia itu hanyalah mimpi yang gue harapkan menjadi kenyataan. Kak Abian tampak sempurna dan gue? Alesha Casilda ayolah...stop love it!!"

"Benar sekali, berhenti mencintainya."

"Tuh kan....!! apapun yang keluar dari mulut Maudy adalah luka yang semakin memberatkan gue." Alesha jingkrak jingkrak namun dalam versi bersedih hati.

"Sha, selagi Lo masih suka sama Kak Abian, Lo masih bisa untuk melupakan. Sekarang adalah waktunya. Gue tau berharap itu gak salah tapi sadar diri sama harapan itu. Gak semua harapan bisa terwujud. Terkadang harapan diciptakan hanya untuk memperkuat sang pembuat harapan untuk tidak salah langkah lagi dalam berharap," ucap Maudy panjang lebar.

"Gue gak berniat sedikit pun untuk membuat Lo patah hati, gue cuman mau menyadarkan Lo sebelum Lo jatuh lebih dari rasa suka," seru Maudy mulai serius, Ayu yang kebetulan datang dengan sekantong makanan ikut-ikutan berdiam diri mendengarkan ocehan Maudy, gadis itu duduk di samping Sinta yang juga menyimak.

"Tuh kenapa?" Ayu menyenggol lengan Sinta namun dibalas dengan cengingiran kecil. "Di nasehati," jawab Sinta sedikit berbisik ditelinga Ayu.

"Selama ini Lo suka sama Haechan atau idol Korea kesukaan Lo itu, gue gak mempermasalahkannya, kan? And then Lo sekarang coba hubungkan rasa suka Lo dengan Haechan dan Kak Abian. Masih sama, kah, rasanya?"

Alesha jelas bingung dengan pertanyaan Maudy, namun dia juga tidak berani untuk berucap atau mengeluarkan suara.

"Lo suka sama Haechan dan itu hanya suka antara fans dan idol bukan fans dan kekasih. Sementara Kak Abian? Lo yakin melangkah lebih jauh dari sebatas kata suka ke sayang? Atau sampai ke tahap nyaman? Gue mohon jangan lakukan itu. Mencintai sendiri itu sakit, Sha."

"I know," ujar Alesha pelan. "But gimana kalau sudah berada ditahap itu? Teach me how to get rid of that love."

Ayu dan Sinta yang sedari menyimak hanya bisa melongo. Bakso bulat yang mereka makan selama pertunjukkan drama berhenti begitu saja ditengah tenggorokan.

Alesha sungguh-sungguh dengan ucapannya?

"Seorang mahasiswa kupu-kupu berani melakukan itu?" Maudy tak menyangka.

"Maksud Lo mahasiswa kupu-kupu apaan?" Alesha tidak terima. "Ini perasaan gue dan gue yang rasakan. Lo bisa nasehati gue tapi gue gak suka sama ucapan mahasiswa kupu-kupu! Lo pikir gue sebego itu?" Wajah Alesha memerah.

"Sudahlah. Kok jadi berantem, sih?" Sinta ambil bagian. "Jangan dibawa emosi, dong. Padahal tadi kita santai-santai saja."

"Tau tuh, malu didengar tetangga. Kita di sini mau belajar bukan cari jodoh," kata Ayu.

"Males gue," kata Alesha langsung berdiri dan memasuki kamarnya.

Maudy menghela napas berat. 'Andai Lo tau bagaimana sakitnya yang gue rasain dulu, Sha. Gue hanya gak mau Lo merasakan apa yang pernah gue rasakan. Sembuh itu susah, selagi Lo belum sakit lebih baik menghindari, kan?'

Tapi semua kembali pada sang pemilik hati karena kita tidak bisa memaksa kepada siapa seharusnya kita jatuh hati.

Pak Dokter & Buk TaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang