Part 7_ Pro dan Kontra

18 3 0
                                    

Bumi akan terus berputar






Sekitar jam 21:25 WIB Alesha sudah sampai di kontrakan. Bersamaan dengan itu gerimis turun perlahan-lahan, niat Alesha memasuki rumah diurungkannya, kepikiran pada Roy yang ditinggal di Cafetaria dan Hamdu yang tak sengaja bertemu di jalan.

Hamdu adalah orang yang mengantarkan Alesha pulang. Kebetulan sekali laki-laki tampan itu muncul, mau saja ia mengantar Alesha. Sudah jaketnya diberi pada Alesha agar senantiasa hangat selama perjalanan, hujan malah turun deras. Kini Alesha hanya bisa berdoa semoga Hamdu bisa sampai dengan selamat di rumah begitu juga dengan Roy yang ditinggal begitu saja.

"Enak banget jadi idaman. Pergi bareng Kak Roy dan pulangnya dianterin sama Kak Hamdu. Gak cukup satu, kah, anak muda?" Ayu tiba-tiba sudah berdiri di samping Alesha yang terlihat gelisah memandang keluar jendela.

"Karena Lo juga ini. Kalau Lo tadi  gak ngizinin Kak Roy ngajak gue jalan, gak bakal gini nasib gue. Naas tahu gak Lo. Naas banget, ngenes sedunia." Alesha mencibir lelah.

Di ruang tengah yang tak terlalu luas, Sinta sedang bergulung diselimut sekalian video call sama pacarnya. Biasalah, hanya dia yang tidak jomblo di rumah ini.

Maudy terlihat sedang mengeringkan rambutnya dengan kipas angin, kebiasaan mandi malam anak itu. Maudy nampak tak terusik sedikitpun dengan keributan Alesha dan Ayu.

"Naas apanya? Bukannya Lo suka makan gratisan? Apalagi sama cowok ganteng. Sudahlah, gak usah lebay," kata Ayu santai.

Alesha menghela napas, duduk tak berdaya di sofa sembari memegangi pelipisnya. Dalam hati ia menangis  dan berkata lirih 'Lo mana paham nasi yang gue makan rasanya hambar melihat sang pujaan hati bersama dengan wanita lain di depan mata gue sendiri.'

Andai kalian tahu. Alesha itu bukan tipe cewek yang dikenal banyak orang, circle-nya juga itu-itu saja. Bicara soal Kak Roy dan Kak Hamdu, entahlah mereka itu bagaikan takdir yang Tuhan kirim pada Alesha. Tapi sekali lagi kalian harus percaya bahwa Alesha adalah perempuan baik-baik dengan circle pertemanan yang sempit. Hanya Kak Roy dan Kak Hamdu, itupun sekadar teman biasa. Tidak ada yang lain. Esok, tidak tahu juga.

"Dih? Malah bengong," sambar Ayu. "Mandi dulu sana. Ingat covid belum hilang!" Ayu melempar kulit kacang tepat diwajah Alesha.

Jika biasanya akan terjadi perang dunia ketiga maka kali ini tidak sama sekali. Alesha nurut saja, berjalan lemas, letih dan lesuh ke kamar.

Ketiganya saling memandang satu sama lain, merasa ada yang aneh dengan Alesha. Namun tak berlangsung lama karena setelahnya Ayu memilih membuka ponselnya.

"Njrirr!! Mereka live! mereka live!" Ayu mendadak heboh. Mengeraskan volume ponselnya sampai terdengarlah suara nyanyian merdu, menyapa lembut pendengaran Alesha yang bahkan belum sempat meletakkan tasnya.

Gerak cepat Alesha menarik gagang pintu, keluar dari kamar depan gusar. Gadis itu mendekati Ayu, merapat sampai akhirnya ia bisa melihat seseorang di balik suara indah itu.

Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Alesha tersenyum tipis mendengar suara itu. Ternyata masih ditempat yang sama. Ya, Cafetaria tadi. Ada tujuh laki-laki tampan dengan ciri khasnya masing-masing, namun hanya satu. Hanya satu dari antara mereka yang berhasil mencuri hati Alesha.

Pak Dokter & Buk TaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang