Chapter 11

601 105 6
                                    

"bertemu denganmu adalah takdir."
Chimon Wachirawit
..

LOVE PSYCOPATH
NANON X CHIMON

.

***

Dua tahun lalu, Chimon dan Nanon bukanlah siapa-siapa, hanya dua murid yang tak saling kenal. Dan setelah pertemuan itu, Chimon tak yakin tapi sejak saat itu Nanon mulai mendekatinya dengan segala sikap manisnya.

Takdir?

Entahlah, yang jelas kini Chimon sudah mencintai pemuda yang dingin pada orang lain namun lembut jika bersama nya.

love psycopath

Chimon memasuki gedung berlantai lima itu dengan terburu-buru. Koper besarnya diseret kasar, belum lagi ransel berukuran sedang yang membebani punggungnya, membuatnya nya repot hanya untuk berlari cepat karena dirinya sudah terlambat.

Bruk!!

"Aduhhhh!" keluhnya saat lututnya menyentuh lantai dengan keras. Chimon tertunduk menatap sepatu seseorang yang berdiri di depannya.

Sial. Apa orang itu tidak berniat meminta maaf karena sudah menabraknya? Bahkan membantu berdiri pun tidak.

Kepalanya mendongak dan bangun sendiri dari jatuhnya. Wajah datar itu menyambutnya, tanpa ekspresi pemuda didepan nya justru menatapnya bingung. Ah.. ingin rasanya Chimon memaki atau setidaknya menampar wajah datar yang tengah menatapnya itu. Tapi, sekarang bukan saatnya marah-marah Chimon, kau sudah terlambat pikirnya. Daripada memaki, bagaimana kalau kau bertanya pada orang itu dimana letak alamat yang sejak tadi membuatnya muter-muter tak ketemu. Jujur saja asrama ini luas sekali!

Huft!

Chimon mengambil nafas berat. "Permisi, aku boleh nanya?"

"Apa?"

Lihat respon nya! Datar sekali. Sebagai orang yang ramah tamah dan murah senyum, Chimon tak suka dengan pria di depannya ini. Huh! Padahal wajahnya cukup tampan menurut Chimon tapi jika tak memiliki ekspresi itu percuma kan.

"Phi tau dimana letak kamar ini? Aku udah keliling tapi gak ketemu." ucap Chimon dengan nada lelah.

Orang itu melirik kertas di tangan Chimon, kemudian menjawabnya. "Lantai tiga."

"Oke makasih ya!" jawab Chimon. Ia membenarkan ranselnya sebentar kemudian kembali berujar. "Oiya, itu muka jangan datar-datar, kayaknya kalo senyum dikit phi keliatan lebih tampan. Bye!" Dan Chimon pun berlalu begitu saja setelah mengucapkan kata-kata aneh tadi. Chimon sendiri tak tau kenapa tiba-tiba berkata seperti itu.

Nanon masih mematung ditempatnya, melihat kepergian pemuda kecil yang barusaja mengucapkan kalimat.. apa itu tadi? Wajahnya datar katanya? padahal diamnya Nanon tanpa ekspresi itu karena dia sedang terpesona dengan wajah manisnya. Senyum polosnya .. ah! Nanon menarik bibirnya membentuk senyuman tanpa di sadari.

Akhirnya, ada seseorang yang berhasil menarik perhatiannya hanya dengan sekali lihat.

"Manis."

Chimon pov_

Hari pertama sekolah setelah tiga hari menjalani masa orientasi siswa kini aku resmi menjadi pelajar SMA. Seragam putih hitam itu melekat pas ditubuh mungilku. Sialan, sebenarnya aku tidak ingin mengakui bahwa tubuhku kecil tapi itulah kenyataannya. Tak jarang orang menyangka aku masih anak SMP. Malang:')

Aku menuruni anak tangga untuk turun, karena kamar asrama ku berada di lantai tiga, lift sedang rusak jadi aku lewat tangga. Fiat, teman sekamar ku sudah berangkat lebih dulu karena ada yang harus ia temui didepan katanya.

Sampai di koridor asrama lantai dua aku berpapasan dengan seseorang yang sepertinya aku kenal. Tidak. aku bahkan masih baru kemarin sampai disini tentu saja belum mengenal banyak orang kecuali roomate ku. Jadi maksudku, orang yang aku lihat itu sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya. Tapi dimana?

Oh! Si wajah datar, aku ingat sekarang.

Aku berusaha acuh saat dia terlihat seperti fokus pada jalannya, tapi kemudian pandangan kami bertemu dan dia mengalihkan fokusnya padaku membuatku mau tak mau harus menyapanya agar tak dikira sombong. Lagipula aku anak baru disini, beramah-tamah dengan orang baru itu sangat diharuskan agar aku cepat mendapatkan teman, kan? Dan juga, siapa tau dia itu senior ku di sekolah, sebagai adik kelas aku tidak boleh sombong.

Pandangan kami belum terputus, ia bahkan masih menatapku seiring langkahku semakin mendekat.

"Emm hai Phi. Phi yang kemaren itu, kan?" sapaku, sedikit canggung. Kulihat ia mengeryitkan keningnya seperti sedang mengingat ingat sesuatu, hingga akhirnya wajah datar itu sedikit mengeluarkan ekspresi terkejut yang samar namun dapat ku tangkap.

"Oh, si kecil itu, ya?" balasnya kemudian.

Aku bengong sesaat.

Si kecil? Siapa?

"Hah?"

"Yang kemarin nabrak aku."

Aku tertawa kering, ternyata memang benar dia. Manusia aneh, jelas-jelas aku yang ditabrak kok malah membalikkan fakta.

"Hei, phi yang nabrak aku tau!" protes ku tak terima dengan nada rajuk yang lucu. Sungguh, itu murni keluar spontan dari bibirku tanpa ku buat-buat agar terlihat lucu, sepertinya aku memang layak disebut anak kecil, tidak salah orang menganggap ku anak SMP.

Sesaat kemudian aku melihat dia tertawa kecil. Benar kan dugaanku, dia tampan saat tertawa! Meski tawanya samar tapi wajahnya berubah seratus persen lebih tampan daripada wajah datarnya. Sebentar, kenapa aku heboh sendiri ya :3

"Jangan panggil phi, aku gak setua itu." katanya, mengabaikan protesan ku tadi.

"Eh? A-aku, cuma gak mau dibilang gak sopan aja kok. Manggil phi bukan berarti tua kan." balasku.

"Nanon."

"Hah?"

"Panggil Nanon, itu namaku. Kamu siapa?"

"Oh, oke phi Nanon. Eh-- Nanon maksudnya. Aku Chimon Wachirawit, panggil aja Chimon." kataku sambil tersenyum riang.

Tanpa sadar kami sudah berjalan beriringan untuk berangkat sekolah bersama. "Oiya, kamu kelas berapa?" tanyaku kemudian.

"Kelas 10."

"Lah sama dong! Haha, akhirnya dapet temen setingkat juga aku." Aku berseru girang seperti anak kecil saat mengetahui Nanon satu tingkatan denganku. Jujur aku memang senang.

Sesaat kemudian aku merasakan rambutku diacak lembut, aku terperanjat sedikit saat menyadari ternyata Nanon yang melakukannya, ia tersenyum manis sambil mengacak rambutku gemas.

"Kamu lucu."

Hanya dua kata dan perlakuan manis itu mampu membuatku salah tingkah di depannya.

Dan saat itu aku dan Nanon menjadi sedikit lebih dekat, dia juga siswa tahun ajaran baru sama sepertiku. Aku pikir saat pertama kali bertemu dengannya yang datar adalah hanya kesan pertama pada orang yang belum dikenal. Tapi, nyatanya Nanon memang berkepribadian pendiam pada semua orang bahkan pada teman sekamarnya sendiri. Hanya saja ada yang berbeda saat denganku, dia begitu banyak bicara dan sikap lembutnya membuatku merasa sedikit.. spesial? Aku pasti gila karena berpikiran seperti itu.

Chimon pov End

"Salahkan dirimu yang terlalu menarik untuk ku abaikan, mengundang obsesi terbesar ku untuk mengklaim mu menjadi milikku seutuhnya." - Nanon Korapat

LOVE PSYCOPATH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang