Chapter 12

638 107 11
                                    

"Orang macam apa yang sudah ku cintai. Kau mengerikan, Non."

Chimon Wachirawit

***

LOVE PSYCOPATH
NANON X CHIMON

..

"Hai Mon."

"Hai juga,"

..

"Aku gak suka kamu deket sama orang lain, apalagi ditatap kaya gitu!"

..

"Aku terlalu sayang sama kamu."

..

"Ada pembunuhan lagi, Dery korbannya."

..

"Jangan terlalu dekat sama orang lain, nanti orang itu hilang."

..

"Gue kaya liat orang lewat dah."

"Kaya Nanon.."

"Hah! Jangan jangan itu pembunuh nya! Dia lagi beraksi!"

..

"Pembunuh nya ada di antara kita."

"Lo gak waras!"

"Lo ga bisa nuduh orang tanpa bukti."

"Tapi feeling gue kuat!"

"Kita bakal cari tau sama sama."

..

"Phuwin gak bisa dihubungi, gak biasanya dia nggak ada kabar."

..

"Patrick!"

"Gue gak nyangka Patrick dan Phuwin pergi secepat ini."

"Non, aku takut."

"Tenang sayang, aku pastikan kamu aman sama aku."


Bagaikan kaset rusak, ingatan-Ingatan yang telah lalu itu kembali berputar tak beraturan di kepala Chimon. Seolah menyadari kejanggalan-kejanggalan yang terjadi yang sejauh ini tidak Chimon sadari. Namun setelah apa yang ia lihat dan ia alami kini otaknya baru menangkap apa yang sedang terjadi.

Chimon menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha mengusir ingatan itu dari kepalanya. Dadanya mendadak sesak mengingat kenangan-kenangan bersama teman-temannya yang kini sudah direnggut nyawa nya.

"Mon, kamu gak apa-apa?"

Tubuh kecilnya tersentak pelan saat mendengar teguran itu. Kesadarannya kembali, Chimon mendapati Joss tengah menatapnya bingung dan khawatir. Chimon baru sadar ia sedang berdiskusi dengan Joss tadi.

Mengusap matanya yang basah, Chimon mengangguk pelan. "Gak papa, phi. Maaf ngelamun." tatapan Chimon beralih pada benda kecil ditangan Joss. Sebuah benda yang di anggapnya sebagai petunjuk, atau memang itu petunjuk?

Chimon mengambil nafas dalam sebelum berujar, "Phi, ada yang mau aku ceritakan."

..

Ceklek~

"Kamu darimana?"

Teguran bernada dingin itu menyapa Chimon begitu masuk kamarnya. Chimon mengangkat kepalanya yang tertunduk, dan mendapati Nanon sudah bertengger manis di atas ranjangnya sambil bersedekap tangan.

"Dari luar." jawab Chimon singkat.

"Aku kan udah bilang kalo mau kemana-mana bilang sama aku, biar aku temenin." balas Nanon kesal karena Chimon mengabaikan pesan nya.

Chimon berjalan menuju lemari, mengambil sepotong baju santai untuk dikenakan. Mengabaikan Nanon yang tak lepas menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Setelah mengganti bajunya, Chimon menghampiri Nanon. Wajah kesal Nanon menyambutnya membuat Chimon tertawa pelan melihatnya. "Cuma pergi bentar kok. Liat.. sekarang aku baik-baik aja, kan? Gak usah sekhawatir itu, Non." ucap Chimon lembut.

Nanon melembutkan ekspresi wajahnya. Ia menyerah dengan acara merajuknya jika Chimon sudah dalam mode lembut yang membuat Nanon tidak bisa marah pada si kecil. Ia memang selalu lemah jika dihadapkan dengan sosok Chimon yang manis.

Tubuh kecil Chimon naik ke ranjang, menyusulnya duduk diatas kasur empuk itu. Nanon menyambut dengan pelukan hangat, "Kamu masih nangis?" tanya Nanon menyadari mata merah kekasihnya. Lalu mengusap wajah sembab itu dengan lembut.

"Masih keinget sama Phuwin." jawab Chimon lesu. Tangan kecilnya membalas pelukan Nanon lalu menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang Nanon. "Non, gimana kalo setelah ini kita yang jadi korban? Aku takut." ucap Chimon tiba-tiba. Nadanya terdengar bergetar takut dengan pelukan yang semakin mengerat.

Nanon membalas pelukan itu lebih erat, mengusap punggung sempit Chimon dan menjatuhkan kecupan singkat di kepala si mungil. "Nggak akan sayang, kamu aman sama aku. Aku janji akan jagain kamu." balas Nanon menenangkan.

Tanpa Nanon sadari Chimon tersenyum getir di balik dadanya yang basah oleh air matanya. Isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya.

Aman bersamamu, ya?

Chimon melepaskan pelukannya, menatap lurus pada iris kelam Nanon. "Non, sebenernya sebesar apa cinta kamu sama aku?"

Kening Nanon berkerut heran. "Kenapa? Kamu meragukan cinta aku?"

Si kecil segera menyangkal dengan gelengan kepala, takut Nanon salah paham dengan pertanyaan nya. "Nggak gitu, aku cuma nanya,"

"Cintaku sangat besar sama kamu." balas Nanon penuh yakin.

"Sebesar itu?"

"Sebesar itu." Nanon mengecup singkat bibir merah Chimon. "Jangan ragukan apa-apa lagi. Sayangku ke kamu gak bakal mampu kamu ukur. Aku akan lindungi kamu apapun yang terjadi, bahkan kalau harus--"

"Non, aku ngantuk." potong  Chimon cepat. Rasanya .. Chimon tidak sanggup mendengar kalimat Nanon secara lengkap. Mungkin Nanon pikir Chimon masih bodoh, Chimon yang tidak menyadari dan memahami setiap kata yang diucapkan nya. Namun .. Chimon kini justru terlalu sensitif dan peka terhadap semua kalimat yang keluar dari bibir manis Nanon. Semuanya adalah petunjuk bahwa dialah pelakunya.

"Tidur gih, aku temenin." Nanon menuntun Chimon untuk berbaring, menyelimuti tubuh kurus itu dan memeluknya.

"Kamu juga tidur." ujar Chimon.

Nanon mengangguk. "Setelah kamu tidur."

Chimon hanya mengangguk samar, lalu melingkarkan lengan kecilnya di tubuh kekar Nanon memeluknya.

Betapa manisnya sikap kamu Non, aku sampai kelihatan begitu bodoh selama ini.

Tak lama kemudian dengkuran halus terdengar mengalun. Nanon memberikan kecupan selamat tidur untuk sang kekasih hati, masih dengan memeluk, Nanon menatap langit-langit kamar dalam diam.

"Maafin aku, Chi. Aku lakuin ini demi kamu, untuk nunjukin betapa besar sayang aku ke kamu. Tolong jangan benci aku."

Dan sebutir air mata bening itu lolos dari sela-sela mata terpejam nya Chimon, seolah peka dengan kalimat Nanon barusan.

"Apa aku salah mencintai kamu dengan caraku?"
Nanon_Korapat

***

Tbc ...

LOVE PSYCOPATH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang