2. Bima..

59 14 38
                                    

Nala memotong sandwich sayuran dan telur mata sapinya. Makan malam sederhana yang ia buat karena bahan di kulkas hampir menipis. Besok sore selepas sekolah ia akan berbelanja di supermarket. Semoga saja Mam Lidia tidak memintanya buat bertemu lagi. Tadi siang mereka sudah membicarakan tentang jadwal Mia.

"Miss Mia mau jadwalnya diganti. Ada satu hal yang memberatkannya." Nala menjelaskan alasan keberatan Mia namun ia tidak menceritakan bagaimana Mia begitu menentangnya. Para guru lain sudah hapal kebiasaan Mia yang hanya berani di kandang dan Nala yang menyimpan semua perkataan Mia dalam hatinya.

"Saya nggak ngerti kenapa Mia bohong dan memintamu buat menggantinya." Lidia menyenderkan punggungnya di bantalan kursinya yang empuk. "Apa karena peristiwa tahun lalu?"

Nala mengamati papan tulis ketika ia kembali teringat saat Mia pernah meminta Lidia agar para guru bisa pulang pukul dua siang. Tepat saat hampir semua anak sudah dijemput. Pekerjaan administrasi masih bisa dikerjakan esok hari. Lidia tentu tidak mengabulkan permintaan Mia karena itu kedengaran egois. Lidia menegur Mia dan memintanya buat mematuhi kebijakan sekolah.

"Tapi itu sudah lama berlalu, Mam. Mungkin Miss Mia canggung karena tadi di depan forum."

Lidia mengangguk. "Nanti coba saya usahakan supaya Miss Mia dapat pelajaran kosong selesai lunch. Tapi tidak setiap hari. Nala, kamu nanti stay lebih lama karena kamu kan koordinatornya."

Pikiran Nala melayang pada nama anak di tingkat lima yang belum ia print dan tempel di meja kursi, dekorasi kelas dan membuat grup orang tua murid. Meski ia seorang koordinator bukan berarti ia bebas dari tanggung jawab sebagai seorang wali kelas. Nala tersenyum pada Lidia meski hatinya meronta. 

Sejenak ia merindukan kehadiran kedua orang tuanya yang biasanya menemani dan mendengarkan ceritanya. Ia meletakkan garpunya sebelum mengambil gawainya, mencari kontak ibunya. Tak lama, suara lembut itu menyerbu indra pendengarannya.

"Nala, kamu pasti sibuk ya sampai baru nelpon sekarang."

"Iya Ma. Kerjaan di sekolah lagi numpuk. Kita baru mulai tahun ajaran baru jadi banyak yang mesti dikerjakan."

Apalagi Mia resek banget Ma

"Kamu jaga kesehatan, ya. Kamu kan punya maag. Jangan sampai kambuh nanti pacarmu khawatir dan malah ngerepotin mama."

Nala tersenyum dan kembali menggigit potongan rotinya. "Mama kayak nggak tahu Bima aja. Dia memang kadang berlebihan. Oh ya Ma gimana acara seminarnya?"

Arum dan suaminya, Tino sedang mengikuti seminar tentang slow living di usia lanjut. Bertempat di sebuah villa di Bandung, mereka mengikuti rangkaian kegiatan selama tujuh hari dengan narasumber yang berkualitas.

Arum melirik suaminya yang tengah asik membaca buku. "Seru sekali. Sayang kamu nggak bisa ikut. Oh ya, mama sempat ketemu teman lama di sini. Kamu ingat tante Delia? Dia baru saja menikahkan anaknya, Bella."

Nala menghembuskan napas menatap piringnya yang sudah kosong. 

Seharusnya aku ingat kalau mama selalu menemukan celah buat membahas soal pernikahan tapi aku kangen mama. Ya sudah, dengarkan saja perkataan Mama.

"Kamu kapan mau nyusul Bella? Jangan kelamaan pacaran. Udah hampir dua tahun kan? Bima juga kelihatan serius dan sayang kamu. Apalagi yang kalian tunggu?" lanjut Arum.

My Way Home is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang