Chapter 7 (Ramalan)

19 3 0
                                    


"Dulu pernah ada sebuah ramalan dari bola empat arwah mengenai Orochimaru," Ryuki berkata.

Saat itu para petinggi kerajaan daiyoukai tengah berkumpul di aula utama Istana Langit Selatan. Ryuki kini ikut bergabung dengan mereka untuk memburu Hekishi agar prajurit ular bawah tanah itu gagal membangkitkan Orochimaru.

"Ramalan?" ulang Hirayoshi.

"Ah, ramalan mengenai kejatuhannya tepatnya,"

"Apa isi ramalan itu?" tanya Towa.

"Sudah lama sekali, aku tidak begitu ingat persisnya namun intinya dia akan hancur oleh sesuatu yang dilahirkan di dunia ini namun terbentuk di dunia lain,"

Para hadirin mengernyit seraya mengulang kalimat itu.

"Ketika itu Orochi menertawakannya, kami semua juga meragukannya. Tidak mungkin ada hal yang seperti itu. Entah apakah itu wujud benda, senjata atau mahkluk tertentu, kami juga tidak mengerti. Tidak pernah ada penjelasan. Ketika akhirnya kami berhasil menjatuhkannya berkat perhitungan Hime Shioin mengenai meteor kehancuran, kami berpikir ramalan itu tidak terbukti benar. Ribuan tahun berlalu dengan cukup tenang, ramalan itu akhirnya terlupakan," jelas Ryuki.

"Kita tidak tahu sudah sampai sejauh mana perkembangan kebangkitan Orochimaru. Kita juga tidak pasti sudah sebanyak apa esensi yang disalurkan pada rangkanya. Jika dia berhasil bangkit kembali, maka kita harus memikirkan maksud mengenai ramalan itu lagi," ujar Toran.

Ryuki menggeleng, "Buang-buang waktu saja. Tidak ada yang terbentuk di dunia lain namun dilahirkan di dunia ini. Sebaiknya kita memikirkan cara yang lebih masuk akal untuk melawannya,"

Setsuna menghela napas, "Aku sependapat. Daripada menebak-nebak sesuatu yang abstrak sebaiknya kita melakukan hal yang lebih nyata,"

***

"Uhm?" Hyoru celingak celinguk di tepi danau. "Tidak biasanya dia terlambat," gumamnya ketika tidak menemukan Ryuki di tempat janjian mereka seperti biasa.

Kemudian terlihat oleh Hyoru seekor kupu-kupu musim semi yang hinggap di setangkai bunga. Ketika kupu-kupu itu terbang pergi, embun di daun bunga tersebut jatuh menetes. Hyoru tersenyum, ia mengendalikan tetes embun itu agar melayang. Lambat-lambat semilir angin memutari tubuh Hyoru dengan lembut bersamaan dengan ribuan embun yang melayang dari sela dedaunan. Dulu Hime Hyori pernah mengajarkannya tarian kupu-kupu. Ketika dewasa Hyoru menambah kreasinya sendiri dengan tarian air.

Hyoru menghempas selendangnya seraya melayang dengan anggun diatas danau. Ribuan embun kecil bergerak teratur di belakangnya. Hyoru salto dan berputar dengan indah. Ia tampak begitu mengalir dan menyatu dengan alam. Saking asiknya Hyoru tidak menyadari ada yang diam-diam menyukai pemandangan itu. Ryuki terpana melihat keanggunannya. Dulu ia suka melihat Hime Hyori menari kupu-kupu. Sangat indah. Hanya saja entah apa, ada yang berbeda dengan tarian Hyoru. Mungkin karena Hime Hyori begitu pemikir dan matanya menyembunyikan bebannya sendiri. Di usia 500 tahun, Hime Hyori tidak berani menentukan pilihan dan mengemukakan pendapatnya, ia terkungkung. Sementara Hyoru sangat bebas, tidak menyimpan beban. Matanya tulus, ceria dan mungkin penuh cinta. Wajahnya berseri merefleksikan hatinya yang tengah berbunga-bunga.

Ryuki tidak menyalahkannya. Hime Hyori di didik dengan keras dan tangan besi oleh Hime Shioin. Sejak kecil hidupnya penuh di dikte oleh ibunya. Lain halnya dengan Hyoru, dia putri bungsu yang sangat dimanjakan kakak-kakaknya, ibunya dan terlebih lagi Sesshomaru. Ia tidak menanggung beban sebagai pewaris tahta. Ia bebas menentukan pilihan dan tujuan hidupnya sendiri. Mungkin itu yang menyebabkannya berkembang menjadi mengagumkan. Teratai putih yang bersemi.

"Uhm," Hyoru memandang ke bawah. Permukaan danau bergejolak. Perlahan-lahan airnya meninggi dan muncullah sosok naga putih raksasa. Ryuki ikut bergabung dengannya menggunakan wujud aslinya.

Mata emas Hyoru membesar terpesona melihat keagungan itu. Dulu sewaktu kecil ia hanya bisa mengaguminya dari jauh. Kini naga putih itu tepat berada di hadapannya dan berputar-putar meliuk-liuk megah mengikuti tarian air dari Hyoru. Mereka bergerak dengan kompak, Hyoru yang melayang dekat di atas kepala Ryuki, sungguh tampak seperti lukisan Dewi Welas Asih yang menaiki naga dan dipuja para manusia. Mereka terlihat serasi.

"Eh?" Hyoru bingung ketika badan naga itu mengitarinya, melingkarinya seakan memeluknya. Moncong naga itu hanya beberapa senti saja di depan wajahnya.

Sosok naga putih menghilang, digantikan oleh Ryuki yang kembali dengan wujud daiyoukainya. Mata abu-abu cemerlangnya menatap Hyoru penuh arti.

"Ryuki?" wajah Hyoru tersipu merah, belum pernah ia sedekat itu berhadapan dengan Ryuki.

Ryuki menariknya dan mendekapnya.

Hyoru terkesiap, jantungnya berdetak cepat. Ia tak kuasa menolaknya, ia mungkin menginginkannya.

"R-Ryuki?"

"Kau hangat, Hyoru," bisik Ryuki.

Hyoru memejamkan matanya seraya membalas rangkulan Ryuki. Ia menyukai rangkulan kuat Ryuki yang penuh perlindungan. Ia menikmatinya.

Sejak saat itu, diam-diam mereka menjadi sepasang kekasih.

The Empress of The White Dragon (Lanjutan Love of The Goddes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang