Chapter 11 (Awal Mula)

25 3 0
                                    


"Kau sudah sadar Anata?" tanya Hime Hyori cemas. Meski letih ia tetap menunggu di sisi pembaringan Sesshomaru seraya menyandarkan kepala cantiknya di dada bidang pemimpin Barat itu. Mata birunya bening karena terlalu banyak menangis.

"Bagaimana yang lainnya?" tanya Sesshomaru.

"Yang lainnya baik-baik saja, namun Ryuki dibawa pasukannya kembali ke Istana Hakone," Hime Hyori memberitahu.

Sesshomaru melihat embun yang mengalir di pipi Hime Hyori. Ia menangkup wajah permaisurinya dan menghapus tetes embun itu dengan ibu jarinya.

"Hyori...."

"Aku takut Anata... Seumur hidupku belum pernah aku takut seperti ini.... Ketika melihatmu terluka parah, aku berharap ini bukan akhir dari Sesshomaru..." gumam Hime Hyori lirih dengan getaran dalam suaranya.

"Aku tidak semudah itu mati Hyori..."

Hime Hyori terisak, "Aku belum siap kehilanganmu Anata... Aku tidak rela kau pergi untuk bersama Rin-San.... Kalau kau pergi aku juga tidak mau hidup lagi..."

"Hyori..."

"Tapi kalaupun kita reinkarnasi lagi aku tetap saja takut.... Aku takut kau lebih memilih Rin-San daripada diriku..." Hime Hyori menggigit bibirnya.

"Sudah lima ratus tahun lebih kita bersama, kau masih seperti itu?"

"Aku akan selalu egois jika sudah menyangkut dirimu,"

Sesshomaru memandang menerawang pada langit-langit kamar, "Lima ratus tahun.... Jika tidak ada Towa dan Setsuna yang merupakan bukti hidup.... Rin seakan seperti mimpi...."

"Anata...."

"Selamanya kau permaisuriku Hyori..."

"Lima ratus tahun dan setiap harinya aku masih begitu mendambakanmu Anata...."

Sesshomaru meraup tubuh permaisurinya dan mereka berguling di pembaringan itu. Sesshomaru menempatkan Hime Hyori dibawah tubuhnya dan memberinya pagutan ganas. Hime Hyori menanggapinya dengan penuh kehausan.

***

Ryuki terbangun di pembaringannya dengan hanya mengenakan kimono dalam. Ia menyentuh bahunya dimana tadinya terdapat luka parah disana. Luka itu sudah mengering dan menipis, masih sedikit nyeri namun sudah jauh lebih baik. Susah payah ia memaksa dirinya untuk bangun duduk.

"Jangan memaksakan dirimu Ryuki," pinta Hyoru seraya merengkuh lengannya.

"Hyoru?" Ryuki memandangnya.

"Masih satu tahap penyembuhan lagi agar luka itu pulih sepenuhnya,"

"Bagaimana yang lainnya?"

"Yang lainnya baik-baik saja tapi Chichi-oye terluka parah. Haha-ue merawatnya di Istana Barat," Hyoru memberitahu.

"Lalu kenapa kau disini?" tanya Ryuki sengaja ketus.

Hyoru terdiam, matanya mengerjap.

"Kau seharusnya berada di Istana Barat bersama ayah kesayanganmu,"

"Aku akan melakukannya tentu setelah tahap terakhir,"

"Aku tidak memerlukannya... ugh..." Ryuki berusaha bangkit berdiri namun lukanya masih terasa perih.

"Ryuki... Istirahatlah dulu..." pinta Hyoru.

"Aku tidak menginginkanmu disini! Pergilah!" Ryuki menepis tangan Hyoru yang merengkuhnya dengan kasar.

Plak! Hyoru yang sudah tidak sabar akhirnya menampar Ryuki.

Ryuki terperangah, tidak menyangka Hyoru akan bertindak seperti itu. Hime Hyori sekalipun takkan pernah melakukannya.

The Empress of The White Dragon (Lanjutan Love of The Goddes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang