18. Terungkap

214 34 10
                                    

"Apa mereka bisa menerima kebohongan kami? "
~ Someone

~~~
Rumah besar bertingkat dua terlihat indah di mata Natasha, sederhana namun sangat indah. Dengan lambang pedang bersilang. Lean, sang ketua dengan pelan mengetuk. Lalu tanpa aba-aba menendang pintu utama.

Tok! Tok! Tok!

Braakk!!!

"KALIAN SEMUA BERDIRI!! JALANKAN HUKUMAN TINGKAT 5 SEKARANG!! " teriak Lean saat melihat markas Swordlight seperti kapal pecah. Sangat berantakan.

Seluruh anggota langsung berlari membersihkan kekacauan yang mereka buat masing-masing. Hukuman tingkat 5? Julukan bagi setiap hukuman sesuai urutannya dari 5,4,3,2,1. Dari yang ter-ringan sampai yang terberat.

"Ck ck ck, padahal peraturan sudah tertulis lho di papan " Ucap Natasha santai melihat para anggota mengerjakan hukuman mereka.

Para anggota tersebut masih belum menyadari kehadiran sang Queen Swordlight.

"Iya Queen" Ucap Disa, salah satu anggota Swordlight. Dia masih belum menyadari ucapannya sendiri.

"Iya ya, Queen kok lama ya ninggalin kita? "

"Gak kangen apa sama kita? "

"Kita kangen sama Queen"

"Gue juga kangen sama Queen"

"Ketua gak kangen sama Queen? "

Celetukan salah satu anggota itu, membuat semua perhatian teralihkan ke Lean. Namun bukannya bertanya kembali mereka malah diam.

"QUEEN!! "

Hampir seluruh anggota kaget akan kehadiran Queen yang sedari tadi mereka bicarakan ada disini. Bahkan
Natasha tertawa kecil, jadi dia mereka baru sadar kalau orang yang mereka bicarakan ada di belakang mereka?

"Kalian membicarakan ku, Soldiers? " Tanya Natasha sambil memiringkan kepalanya.

Anggota-anggota yang masih menganga tak percaya, pertanyaan itu yang selalu Queen mereka lontarkan saat masih aktif di markas Swordlight dulu.

"Membicarakan ku, Soldiers? "

~~~

"QUEEN?! "

Karena kaget dengan teriakan itu refleks Natasha meluruskan kakinya, membuat kakinya terbentur kaki meja yang ada di depannya.

Duk!

"Awh! " Ringisnya pelan.

"QUEEN! "

"Hei ini hanya luka kecil, jangan berlebihan begitu dong! " Ucap Natasha, sambil menatap santai para Soldiers.

Seorang dari salah satu dari anggota tadi berbicara pelan kepada Natasha, "Kami semua mengkhawatirkan anda Queen." Ucapnya "Mungkin anda tidak tau kalau kami semua selalu mengawasi Queen dari sini, Kami khawatir"

Natasha menatap orang yang anggota yang berbicara tadi, "Bukan itu maksudku, aku hanya tidak ingin merepotkan kalian saja, sudah hanya itu." Katanya tegas "Lagipula, siapa yang menyuruh kalian semua mengawasi ku dari sini?! " Lanjutnya heran. Refleks para Soldiers menatap orang yang memberi mereka perintah, Lean.

Natasha mendengus kesal, lagi dan lagi kakaknya yang satu itu selalu mengawasinya.

Gadis itu menoleh ke arah Lean yang masih menunjukkan wajah tak berdosanya itu, "Kak, aku menerima satu teka-teki lagi dari dia " Ucapnya serius, salah satu dari Soldiers menegang saat mendengarnya.

"Teka-teki apalagi? Tak bisakah kau langsung memberi tahu namanya langsung? " Ucap Vano sedikit Frustasi, membuat Natasha terkekeh geli melihat respon dari kakak keduanya.

"Aku saja tidak tau wajahnya bagaimana aku mau memberi tahu kakak! " Lean dan Vano melebarkan matanya syok.

"Lalu?! "

"Dia ada disini! "

Kedua-Nya membeku seketika, disini?! Berarti?!

"Singkirkan pikiran buruk kalian itu, dia bukan penyusup atau apapun itu. Dia itu cerdik maka dari itu dia bisa berada disini" Jelas Natasha. Para anggota atau Soldiers masih terdiam tak mengetahui apapun, kecuali satu orang yang saat ini mempunyai sebuah firasat buruk.

Vano dan Lean bertatapan dan bertanya, "Lalu dimana dia sekarang? Siapa namanya? " Tanya mereka sedikit emosi.

Natasha tersenyum kecil kemudian berkata dengan sedikit keras , "Kau dengar itu saudara kembar ku, atau kurang jelas LIO? Ah tidak tidak~ maksudku tuan Aksatya Natalio Gabriel? Kau sudah melanggar 3 peraturan yang kita buat. Yang pertama tidak menunjukkan wajah masing-masing, yang kedua tidak mencuri identitas sebatas nama, dan yang terakhir tidak berhubungan dengan orang terdekat ku. Kurang jelas apalagi LIO?! " Tukasnya dengan penuh penekanan di akhir kalimat.

Lio membeku mendengar itu ,dirinya tahu sudah melewati batas saat mencari identitas sang kembaran. Tapi, ini juga kan atas perintah seseorang juga! Dirinya tidak salah bukan?

Perlahan remaja laki-laki itu berdiri dari posisi duduknya, yang membuat seluruh perhatian yang ada di ruangan itu hanya tertuju pada dirinya.

"AKSA?! "

"SATYA?! "

Teriakan itu membuat Lio terkekeh ringan, rupanya penyamaran namanya sangatlah rapi dan ekhm bagus.

Natasha berdecih, "Kau juga yang menemui salah satu anggota Swordlight angkatan ke-dua bukan?" Ucapnya dengan tatapan menyelidik ke arah Lio.

Lio mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, "Aku mengaku, adik. "

"Farish Adijaya, Mantan Anggota Inti dari Swordlight"

Ucapan lirih Lio membuat Natasha mematung, Shit! Jangan sampai kak Adi membeberkan rahasia ku pikirnya.

Sret..

"Ikut dengan ku! "

Natasha dengan kasar menarik tangan Lio, membawanya ke suatu tempat yang menjadi tempat paling ia sukai yaitu TAMAN.

Natasha berjalan menuju sebuah bangku yang tidak jauh dengan sebuah kebun bunga Anyelir Putih. Natasha mendudukkan Lio dengan kasar dan menatap kembarannya dengan tajam.

"Cepat katakan siapa yang menyuruhmu?! Aku tahu ada orang lain yang meminta mu untuk datang kesini! " Ucapnya penuh penekanan sambil menatap Lio tajam.

Lio menatap kosong ke depan, ia tak yakin untuk mengungkapkan 'Hal' itu. Tapi siapa yang harus ia pilih?.

Di tengah kebingungan Lio sebuah suara datang dari earphone-Nya.

"Mungkin ini sudah waktunya sayang!" Suara lembut itu mengalun.

Lio menganggukkan kepalanya tanpa disadari, dia membalas tatapan tajam Natasha dengan senyum sendunya.

"Kau ingin tahu? "

Sebuah pertanyaan yang cukup konyol keluar dari mulut Lio, terdengar suara tawa hambar dari Natasha.

"Hahaha tentu saja aku ingin tahu Kakak! " Ucapnya sinis.

"Kau pasti tau arti dari bunga ini! " Ucap Lio sambil menunjukkan setangkai bunga Anyelir Putih.

Natasha mengangguk samar, "Kau merindukanmu, benar bukan? "

Lio tersenyum, "Sama seperti dirimu, aku juga sangat merindukan 'Mereka' tapi sayang 'Mereka' berada jauh dari kita" Ucapnya sambil terus memandang bunga Anyelir Putih yang masih berada di tangannya.

"Siapa yang kau maksud 'Mereka'? " Tanya Natasha yang sudah berada di samping Kanan Lio.

Lio tersenyum dingin, "Bukankah murka orang tua adalah Murka Allah juga? " Tanyanya balik.

Natasha mematung mendengar itu.

.
.
.

Happy Reading ⚛
7,45 k Pembaca👏
798 vote 🖤
Gak nyangka juga sih wkwk!
Thank You guys 🥳

Diary 'Aqira' √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang