15.📍Hampir📍

250 38 10
                                    

Sinar mentari menembus celah kaca jendela kamar milik seorang gadis yang masih tertidur. Entah mengapa pagi itu badannya tidak mau berkompromi sama sekali dengan otaknya. Ditambah suara dari Kakak ketuanya,Lean. Membuat Natasha semakin malas untuk keluar dari kamar.

"NATASHA BANGUN ATAU KAU TIDAK AKAN KU PERBOLEHKAN LAGI KE MARKAS INI."

Gadis itu mencibir dalam hati, Hei siapa yang selalu menelfonnya setiap malam dan menyuruhnya untuk tetap tinggal di tempat ini?

Dengan langkah pelan Natasha beranjak dari tidurnya, membuka gorden jendelanya dan bernostalgia dengan suasana pagi ini. Sudah lama ia tidak seperti ini.

Pandangannya terpaku pada sebuah amplop yang di depannya terdapat nama rumah sakit yang berada di daerah jakarta, Xanderlio Hospitals. Amplop itu, jangan sampai berada di tangan salah satu kakaknya atau segalanya akan hancur saat itu juga.

"NATASHA!!"

Teriakan itu berhasil membuat Natasha kembali ke dunia nyata. Natasha dengan cepat meraih amplop tersebut dan menyelipkannya di buku Diarynya agar tidak ada yang mencuri maupun membacanya.

"KAU TIDAK USAH BERTERIAK KAK, AKU TIDAK TULI!!"

"KU KIRA KAU AKAN JADI TULI SETELAH MENDENGAR SUARA KU INI HAHAHA!!"

Natasha mengumpat dalam hati mendengar itu. Tuli hanya karena mendengar suara laki-laki itu? TIDAK AKAN. Natasha berjalan malas ke kamar mandi.

Natasha keluar dari kamar mandi dengan jeans longgar hitam, baju lengan pendek yang dibalut dengan jaket hitam. Di belakang jaket itu tertulis kalimat 'Sick Together or Death Together!'. Entah apa maksud dari kalimat tersebut, hanya dirinya yang tahu.

Kenapa hanya Natasha? Jaket itu dibuat oleh dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain sedikitpun.

Natasha mengambil buku Diarynya dan tas untuk membawa beberapa barang yang ada di kostnya. Mungkin ia akan lebih sering ke 'markas' ini daripada kostnya. Lagipula semuanya masih terjaga bukan?

Ceklek!

Gadis itu menuruni tangga sambil mendengarkan lagu melalui earphone. Tapi ia tetap hati-hati dalam menuruni tangga. Dapat dilihat dari ia berdiri saat ini kedua kakak kembarnya bertengkar lagi saat ini, tapi kali ini lebih serius.

"Ayolah Vano, dia sudah berumur 15 tahun sudah waktunya dia tahu. Kenapa kau sangat keras kepala!" Ucap Lean emosi.

'Siapa yang kak Lean maksud? Tahu tentang apa? Apa yang mereka sembunyikan? ' batinnya penasaran.

Langkahnya terhenti saat mendengar Vano menyahut ucapan Lean.

"Tapi kita sudah berjanji untuk tidak mengatakannya sebelum dia berumur 17 tahun, Lean! Janji tetaplah janji aku tidak bisa mengingkarinya."

Lean menghela nafas kasar mendengar itu. Memang benar apa yang dikatakan vano. Janji tetaplah janji, yang harus mereka tepati. Tapi ini sudah bertahun-tahun, apa memang harus selama ini?

Natasha melanjutkan kembali langkahnya, berjalan seolah tak mendengar apapun.

"Pagi kak!" Serunya.

Vano dan Lean menatap kaget seruan itu, mereka bertatapan satu sama lain pikiran mereka hanya satu 'dia tidak mendengar apapun kan? '

"Pagi Nata." Balas Lean.

Mereka tersenyum penuh arti ke arah Natasha, tidak lama lagi waktu itu akan tiba. Mereka bertiga duduk dan sarapan dengan nasi goreng, buatan dari Lean. Ketua itu memang sangat hobi dengan yang namanya memasak.

Diary 'Aqira' √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang