6.📍Psikolog📍

649 77 8
                                    

" Seharusnya kau tidak berteriak seperti tadi Asqa! "  Lirih Arya, yang malah terdengar menyeramkan di telinga sang adik. Asqa bergidik ngeri melihat tatapan tajam sang kakak.

"Salam yang benar jangan berteriak. " Lanjutnya sambil melirik ke arah Natasya. Dan tersenyum ke arah remaja perempuan itu.

" Kak Arya? Jadi Kak Arya itu kakaknya Asqa yang menyebalkan?!" Tanya Nata sambil melirik ke arah Asqa yang sudah siap lari dari amukan kakak sulungnya. Hawa ruangan terasa dingin dan lebih menyeramkan dari sebelumnya.

Perlu kalian tahu, Arya hanya bersikap dingin pada orang asing. Dan dia tidak suka dipanggil 'menyebalkan' walau aslinya dia memang menyebalkan. Aneh bukan?

Brak!

Brak!!

" ASQA KEMARI KAU TERIMA HUKUMANMU! ADIK MENYEBALKAN!!! "

" KAK ARYA KAU YANG MENYEBALKAN BUKAN AKU WAA!! "

Aksi kejar-kejaran pun terjadi di antara mereka berdua. Mereka seolah seperti kartun Tom And Jerry. Arya kucingnya, dan Asqa Tikusnya. Suara jatuh tadi bukan barang tapi, teman Arya yang menjegal Asqa tanpa dosa.

" Apa mereka selalu seperti ini kak? "  Tanya Natasha sambil melirik ke arah Asqa yang masih dibantu berdiri oleh Arya.

" Itu baru sebagian tingkah mereka, aku tidak tahu bagaimana reaksimu kalau melihat semua tingkah mereka. " Ucap Dokter itu sambil menggelengkan kepalanya frustasi.
Dokter tersebut bernama FARISH ADIJAYA, kakak dari Rania. Mungkin dia kakaknya kak rani batin Nata.

Dua kakak beradik itu duduk bersebelahan dengan Nata. Mereka saling menunduk satu sama lain dan tidak ingin bertatapan.

Dokter Farish berjalan mendekati mereka, sambil membawa sebuah kertas. Seperti sebuah soal soal tapi khusus untuk orang yang mempunyai gangguan mental. Ia membagikan kertas itu kepada semua yang ada disana sambil berkata. " Untuk latihan kalian siapa tahu kalian punya gangguan mental, hingga tingkah kalian seperti itu. Oh ya setelah kalian isi kertas ini kumpulkan lagi kepadaku! " Ucapnya tegas an tak terbantahkan.

Natasha hanya mengeluarkan pulpen dari tas sekolahnya dan mengerjakannya dengan tenang. Sama dengan Natasha semua Fokus dengan kertas yang di depan mereka.

Tanpa sepengetahuan mereka semua, Dokter Farish menggeledah atau lebih tepatnya mencari sesuatu. Dia curiga dengan lengan Natasha yang terdapat garis luka yang samar tapi terlihat jelas di matanya.

" Dugaanku tidak pernah salah! " Lirihnya saat menemukan barang tersebut. Dengan cepat ia mengambilnya dan mengembalikan buku-buku Natasha, sekilas ia melihat sebuah Diary hitam.

Tapi tidak ia perhatikan dengan jelas, karena semua orang sudah menyelesaikan tugas mereka masing-masing.

Tak!

"Aku sudah selesai! " Seru Natasha sambil melompat kecil dan tertawa.

Semuanya hanya menatap Natasha sambil tertawa kecil. Natasha lantas melihat ke arah jam tangannya. Dia mengambil tas nya dan berjalan ke arah Arya.

" Udah sore, aku pulang dulu ya Kak Arya! " Pamit Natasha sambil mengulurkan tangannya berniat berpamitan. Dan disambut baik oleh Arya.

" Assalamu'alaikum! " Seru Natasha.
Semua menatap punggung Natasha yang semakin jauh dan akhirnya menghilang di gerbang. Mereka menatapnya dengan bahagia, kecuali satu orang yang menatapnya dengan sendu.

' saya tahu apa yang kamu sembunyikan, Natasha! ' batin orang itu. Ia cukup tahu orang yang memiliki penyakit ini akan bahagia di depan orang lain, tapi tidak saat dia sendirian.

Dalam perjalanan pulang ke kost-an Natasha, mengecek tasnya sepulang dari Rumah Arya dan Asqa. Dia merasa kalau ada yang hilang dari tasnya. Tapi ah sudahlah nanti saja.

Sampai di kost-an Natasha menggeledah isi tasnya dan benar saja ada yang hilang. Sebuah benda yang penting baginya.

Nafas Natasha tak beraturan, dadanya sesak seperti ditimpa batu berton-ton beratnya. Ia berkata lirih.
" Ukh... K-kenapa?! H-harus s-sekarang?! "

Dengan cepat Natasha pergi mengambil sesuatu di meja belajarnya dan meminumnya dengan kasar. Tapi tubuhnya semakin bergetar, tangannya menutup telinganya erat.

Aqira jangan lari-lari sayang!

Aqira jangan nakal yah!

Aqira sayang kalian semua

Kita juga sayang aqira

Akhh....

Dunia Natasha seolah berputar, ingatannya kacau-balau memori abu-abu selalu berada di ingatannya.
Ingatan tersebut seolah memberi tahu sesuatu yang sangat penting.

Tangannya mengepal erat dan dengan kasar ia memukul kaca di sebelahnya.

Prang!!

Bunyi pecahan kaca memenuhi seisi kamar. Lantai penuh dengan serpihan kaca Natasha berdiri melewati kaca-kaca yang berserakan itu. Darah memenuhi lantai kamar Natasha.

" AKH..HIKS... SAKIT.. AYAH.. BUNDA.. KAKAK.. SAKIT... HIKS... "

Tangisan Natasha terdengar miris dan sangat menyedihkan. Kondisinya sekarang seperti orang yang kecelakaan. Tubuhnya penuh dengan darah, belum sampai disana Natasha sempat membenturkan kepalanya beberapa kali ke tembok. Tangannya terulur mengambil pisau di kasurnya.

Sret...

Sret...

Suara gesekan pisau dan kulit yang terdengar jelas, darah mengalir deras dari garis-garis yang dibuatnya sendiri. Dalam keadaan seperti itu Natasha bersandar di tembok kamarnya. Ia bergumam lirih. " Andai waktu bisa diulang kembali aku hanya ingin, mati saat itu! " Lirihnya hingga kegelapan memenuhi dunianya.

*****
Gimana chapternya?

Aku Terima kasih banyak banget sama kalian yang udah baca, vote, komen cerita ini. 😗

Happy Reading😉

Happy 1k Pembaca 🤗

Diary 'Aqira' √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang