22. Kecewa

131 27 2
                                    

Lio mengangkat sebelah alisnya bertanya "Bunda?"

Lalu kemudian dia terkekeh "Yang selama ini ku tahu adalah Bunda sudah meninggal."

Dia duduk di salah satu sofa yang berada.di ruangan itu, bibirnya menampilkan senyum sinis yang sangat jelas.

Namun dalam hatinya ia menahan mati-matian air matanya yang terus mendesak keluar,hatinya bergetar saat. pertama kali melihat kembali sang bunda, dulu ia hanya bisa melihat lewat foto saja.

Bundanya sudah berada di depannya tapi bahkan seinci bagian tubuhnya pun tak bisa ia gerakkan sama sekali. Dirinya tersenyum miris mendengar fakta-fakta yang diungkapkan Arya.

Matanya tiba-tiba terbelalak,membuat semua orang yang berada di ruangan itu menatapnya heran terutama Arya.

"Ada apa, Lio?" Arya bertanya, bukan tanpa alasan ia bertanya. Ia hanya merasa kalau suatu hal besar akan terjadi, Sesuatu yang entahlah..

Namun, bukannya menjawab Lio malah menggelengkan kepalanya panik sambil berkata 'tidak mungkin'

Axel semakin merasa janggal dengan keadaan keponakannya, firasatnya mengatakan sesuatu hal akan terjadi. Yang ia tahu hanyalah itu bukan sesuatu yang baik.

"ADA APA LIO?" Bentak Arya kesal karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang adik.

"N-natasha.."

Satu nama yang keluar dari mulut pemuda itu membuat semuanya kembali membeku. Ada apa memangnya?Shit!

Arya mengumpat dalam hati dia berbalik, untuk keluar dari ruangan yang terasa mencekam itu.

Namun belum sampai tangannya memeegang knop pintu, Pintu terbuka pelan dari luar membuatnya membeku. Pemikirannya tifak mungkin meleset.

"Natasha..." lirih Kedua Pria dan wanita disana, sedangkan orang yang mempunyai nama tersebut tersenyum miris.

Kebenaran yang baru saja ia dengar tidak dapat ia terima begitu saja, ait matanya menetes membuat hati orang-orang disana tersa diiris sebuah belati beracun.

"Bunda ya..."

Di kondisinya yang seperti ini ia menangis dengan air mata yang masih mengalir, Lio merasa dejavu akan apa yang dilihatnya saat ini.

Dia menggeleng panik tidak ingin sesuatu terjadi lagi pada sang adik seperti 1 bulan yang lalu.

Yaitu, dimana ia melihat sang adik tertekan dan melukai dirinya sendiri dengan sebuah cutter yang tak lagi bersih. Cutter tersebut berwarna hitam pekat.

Goresan panjang tercipta di lengan gadis itu, Lio yang tidak tahan langsung merebut cutter tersebut dsri tangan gadis itu. Lalu kemudian memeluk tubuh adiknya.

Kejadian itu takkan pernah dilupakannya kala itu.

Dia hanya bisa berharap semoga hal itu tidak terjadi lagi.

"Berarti selama ini curhatanku gak berarti ya buat bunda.."

"Perjuanganku sia-sia buat bunda..."

"Hatiku sakit saat lihat makam bunda.."

"Aku hancur saat lihat makam bunda.."

"Aku..sakit..Karena pengen ikut bunda.."

"Bunda..Natasha salah ya sampai bunda buat Natasha sehancur itu?"

"Natasha nakal ya..sampai bunda kasih hukuman Natasha kayak gini"

"Natasha hancur..... Natasha cuma bisa bayangin bunda peluk Nata.."

"Natasha sedih...Natasha vuma bisa bayangin bunda usap air mata Nata"

"Natasha sakit... Natasha cuma bisa bayangin bunda nyemangatin Natasha sambil peluk Nata"

"Nata selalu bilang pada diri Natasha sendiri kalau bunda udah jadi bintang,gak akan pernah bisa Nata gapai"

"Nata ada salah apa sama Bunda bilang sama Natasha?!"

Gadis itu meluapkan semua yang ia rasakan selama 8 tahun ini, Hati semua orang disana terenyuh mendengarnya. Apalagi saat gadi itu menekankan 4 kata 'cuma bisa bayangin bunda'

Gabriella Putri Aulia, Wanita muda tersebut hanya bisa menundukkan kepalanya dalam dengan penyesalan yang sangat dalam.

Putri kecilnya..

Anak-anaknya..

Namun penyesalannya yang paling besar adalah kenapa ia mau menuruti orang yang selalu ia panggil ayah?

Hanya dengan alasan anak-anaknya bisa mandiri, Di umur 5 tahun?

Tidak masuk akal, Sungguh wanita tersebut merasa bodoh. Sangat bodoh

Lio termangu tak berdaya mendengar pernyataan sang kembaran. Matanya kembali terbelalak saat Nayasha keluar dari ruangan itu dengan tiba-tiba firasatnya memburuk seketika, ia berlari menyusul gadis itu.

Tanpa keduanya sadari Arya mengikuti Mobil berwarna abu-abu dan berwarna hitam itu. Mobil berplat AR1310Y3 itu melaju ke arah yang sebaliknya, untuk menghadang kedua mobil tersebut.

---------------

Masih di ruangan Axel, Ketiga orang tersebut terdiam dengan pikiran mereka masing masing. Gabriella berjalan keluar dari ruangan itu berjalan berkeliling loby rumah sakit.

Exel berjalan keluar dari sana meninggalkan adik kembarnya termenung dengan pikirannya sendiri.

Melihat Pria dan wanita tersebut keluar dari ruangannya Axel tersenyum miris. Namun sedetik kemudian matanya menyorot sendu pada suatu objek, dia terkekeh miris.

"Mau sampai kapan kamu bertahan, Arya? Kamu hebat. Sudah menanggung segalanya di usiamu yang masih remaja Dulu. Jika kau pulang dengan luka nanti, maka bersiaplah."

Dia berucap sambil memeluk album foto yang dibuat Arya saat masih kecil dulu.

-----------------------------------
" Bunda, Nata sakit"                                ~ Aqira Natasha Gabriella Alexander~

"Bunda, Satya kesepian"                         ~ Aksatya Natalio Gabriella Alexander~

" Bunda, Kembali ya Arya gak kuat"     ~ Axalio Arya Gabriella Alexander~

"Sayang, semuanya akan baik-baik saja"
~ Gabriella Putri Aulia~
---------------

Takdir seakan menjelaskan segalanya, Jika kau telah pergi untuk selamanya maka seterusnya kamu akan menjadi pengamat saja.

Follow akun by:

~Instagram: Kiranimentari_2316~
~Tiktok: Kiranimentari_2316~
~Wattpad: Kiranimentari~
23= Tgl lhr
16= Absn
Kirani=Nama depan
Mentari= Nama belakang

-Kiranimentari_2316-

Diary 'Aqira' √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang