21. Self-ìnjury

134 34 3
                                    

Brak!!

Pintu utama Markas dibuka paksa dari luar, diikuti dengan sosok pemuda yang tak lagi asing di mata ketiganya.

"BANG FARISH?!?!"

"DOKTER ADI?!?!?"
________________________________________

Bandung,02 oktober 2020

Aku pernah membayangkan diriku berada pada titik terendah hidup ku..
Aku pernah membayangkan diriku di ambang kematian..
Aku pernah membayangkan seluruh keluarga ku ada saat aku menutup mataku...
Aku juga pernah membayangkan diriku, hanya seberkas jiwa yang bisa menghilang kapan saja....

Aku pernah merasakan jatuh sejatuh jatuhnya diriku...
Aku pernah merasakan diriku hanya seorang diri...
Aku pernah ingin merasakan sakitnya kematian..

Yang aku ingin tahu adalah.......
.
.
.
.
Apakah mereka masih akan peduli padaku jika aku sudah tiada nanti?
Apakah mereka akan bahagia akan ketiadaan ku?
Mereka akan menyesal atau bahagia?

Tertanda

A.N.G.
________________________________________

Ke-empat orang tersebut terpaku dengan isi surat itu,masih ingat saat di perpusatakaan Natasha pernah menyelipkan satu surat di salah satu novel kesukaannya.

Walaupun disana tertulis Bandung dapat mereka ketahui jika itu ditulis di Jakarta, Begitupun sebaliknya jika surat itu ditulis di bandung maka yang sebenarnya adalah ditulis di Jakarta. Taktik ini digunakan oleh seluruh anggota inti Swordlight, namun dengan nama tempat yang berbeda-beda.

Lio,Fano,Lean,dan terakhir dokter Adi, Ke-empat pemuda itu kini tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing.

2 Bulan kemudian...
Sedangkan di tempat lain,tepatnya di rumah sakit Gaby's Hospital. Suasana menegangkan tercipta,tepatnya di ruang direktur Pradipta Axel Laexander.

Seorang wanita dan pria yang mirip dengan Axel masuk ke dalam ruangannya. Namun, sang Direktur hanya menatap tanpa ekspresi kedua orang tersebut. Tak peduli jika itu adalah KAKAK nya sekalipun, pikirannya hanya satu untuk apa sopan kepada orang yang tak menghormatiku?

"Apa yang kau lakukan,Axel?" Exel menatap tajam adiknya,Axel. Dan bertanya dengan nada penuh penekanan,tangannya mengepal erat menahan amarah. Adiknya sudah mengungkap identitas aslinya pada anak sulungnya, tapi pantaskah ia disebut sebagai seorang ayah?

Tidak!

Ayah mana yang menitipkan anaknya kepada saudaranya sendiri?

Ayah mana yang tega menghilang tanpa kabar selama bertahun-tahun?

'Kau tidak pantas disebut ayah!'

Batinnya berteriak frustasi tapi raut wajahnya hanya datar tak ada ekspresi sama sekali disana, sama dengan Gabriella. Raut wajahnya campur aduk antara bahagia,sedih,marah dan kecewa, hatinya bagai tertusuk pedang saat melihat sendiri dari layar komputer sang anak bungsu menggores berkali-kali lengannya menggunakan sahabatnya-cutternya.

Self-ìnjury merupakan gangguan mental yang mendorong penderitannya untuk melampiaskan emosi kesedihan yang tak bisa lagi terungkapkan dengan menggores lengan mereka menggunakan kaca,cutter,dan pisau atau benda tajam yang lain.

Penderita Self-ìnjury dipicu adanya tekanan batin maupun fisik dari orang-orang tertentu, Orang terdekat, maupun orang asing sekalipun.

Itulah yang ia dengar dari dokter yang menangani psikis sang anak.

"Aku? aku hanya mengungkap segala yang ku ketahui,Kak. Dia sendiri bahkan tak menyadari kalau anak yang aku angkat beberapa tahun yang lalu adalah adik kandungnya! " Bentaknya emosi.

Axel meremas kuat rambutnya berusaha meredam emosinya yamg hampir meledak itu. Hingga suara ketukan pintu meredakan sedikit suasana menegangkan itu.

Tok!Tok!Tok!

"Apa saya boleh masuk,Om?" Suara seorang pemuda dari luar terdengar di telinga Axel, Dia mengangguk mengizinkan sang pemilik suara tersebut.

"Masuklah!"

Pintu terbuka menampilkan sesosok pemuda berumur 21 tahun dengan kemeja berwarna abu-abu dibalik jas putihnya, di jas saku atasnya terdapat namanya yang dicetak tebal.

Axallio Arya A.

Tubuh Pria dan wanita yang berada di dalam ruangan tersebut menegang melihat nama itu, Seharusnya di belakang nama itu terdapat dua marga. Alexander dan Gabriella, Marga yang sejak saat ini menjadi misteri bagi para penghuni dunia bawah.

Arya menoleh ke arah pria dan wanita tersebut namun belum selesai dia mengamati kedua orang tersebut, seseorang datang membuka pintu ruangan itu lagi.

Brak!

"OM AXEL,BANG ARYA!!"

Pria dan wanita tersebut kembali mematung mendengar suara yang telah lama tidak mereka dengar. Namun sekali mendengarnya hati mereka bergetar,ingin memeluk kedua anak mereka yang berada di depannya.

Apa boleh,nak?

Ingin sekali mereka mengucapkan itu, namun tak ada yang keluar dari mulut mereka meskipun itu decakan saja.

Sorot mata sendu tampak jelas di mata mereka. Rindu? Sangat, mereka sangat merindukan anak-anak mereka.

Arya mengernyit heran melihat Pria dan wanita tersebut dan setelahnya mengangguk sambil memasang senyum sinis.

"Ada apa tuan dan nyonya dari keluarga Gabriella dan Alexander datang kemari?"

Bak pisau tertajam di dunia yang menancap di ulu hati keduanya, Wajah mereka seketika berubah menjadi sendu. Sefatal itukah kesalahn mereka hingga anak mereka tak mengakui mereka?

"Arya,kami orang tuamu nak" Ucap Bunda Ela sambil terus menatap sendu anak sulungnya yang dulunya anak yang dulu tak mengerti makna kata Dititipkan kini sudah mengerti makna kata diasingkan.

Arya berdecih,bukan maksid tak sopan tapi sudah muak akan perilaku orang tuanya yang sama sekali tak peduli kehidupan dirinya dan juga adik-adiknya.

"Peduli apa kalian pada kami?! menitipkan ku dan Lio kepada Papa Axel!! Dan kalian juga meninggalkan adik perempuan ku, yang aku pikir kalian rawat ternyata?!?! Bullshit!" Arya berucap dengan nada rendah membuatnya seperti seorang Singa yang kehilangan mangsanya.

Pernah dengar jangan bangunkan singa yang tertidur, akibatnya akan fatal!

"Dan Bunda... seorang Ibu pasti punya hati nurani bukan? Ibu mana yang tega meninggalkan anaknya sendiri dan menghilang tanpa kabar?!"

"Ibu mana yang tega nggak lihat anaknya selama 8 tahun?! Nggak ada Bun!"

"Bunda tahu.. adik-adik aku selalu bilang sama aku 'Kakak,aku rindu bunda' "

"Setiap malam pasti mereka selalu bilang begitu denganku!"

'Kakak, Aku rindu bunda'

'Kakak,dimana bunda?'

'Kakak,bunda bahagia nggak?'

'Bunda,kok nggak dateng di mimpi?'

'Bunda sehat kan disana?'

'Bunda...'

'Bunda...'

'Bunda...'

'Bunda..'

" Hatiku sakit Bun... "

"Selama ini yang aku tahu hanyalah Bunda..."

".....Nggak bisa dipercaya"


Diary 'Aqira' √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang