"Lu lagi main bola atau roasting tendangan si Madun?"
-Kepala suku Pomione-***
CRAANG
BUG
CRANGGGG
"AAAAAAAA."
"ANJING!!!!!"
Beberapa murid yang duduk dekat tembok yang jendelanya baru saja pecah berlari ke arah depan, yang lainnya berdiri karna terkejut. Seisi kelas saling bersitatapan.
"BANG-" Deden langsung mencubit pinggang Rigel agar pria ini tidak mengeluarkan umpatan yang dapat membuatnya berakhir di ruang BK, hingga hanya suara pukulan meja yang terdengar.
"SOS! BANSOS! IYA BANSOS!" ujar Rigel mengeram melanjutkan kekesalannya, ia sadar ada guru di sini. Kini matanya menatap bola yang menyundul kepalanya tadi, lalu perhatian Rigel terarah pada gambar yang hampir saja rampung dan gagal karna bola itu mengenai kepalanya.
"Anime gue jadi anisos! Dancok!" ketus Rigel kesal. Sedikit lagi wanita seksi yang ia gambar ini selesai, tapi malah kecoret dengan sangat tidak aesthetic.
"Gapapa, Gel, asal gak jadi ani-ani."
"Itu mah pacar lo!"
"ANJENG!!" Maki Deden.
"DEDEN!" Pekik seorang wanita yang lebih dewasa, ia menatap Deden dengan wajah yang tegas.
Rigel menjulurkan lidahnya, merasa 1-0.
Wanita yang bertepatan duduk di dekat jendela masih saja ketakutan, serpihan kaca mengenai tubuhnya. Untuk saja tidak ada luka yang begitu serius, "Bu, perih," aduhnya lirih.
Rigel menatapnya dengan wajah setengah panik, "Bangsat!" ujar Rigel pelan. Ia lebih tidak terima melihat Gilly terluka dibandingkan gambar jeleknya.
Bu Rina memegangi bahu Gilly, mencari luka akibat serpihan kaca jendela di tubuh siswi yang sedang ia ajar di kelas ini.
"Rika bantu bawa Gilly ke UKS. Joko panggil anak PMR!" Titah Bu Rina khawatir.
"Serpihannya jangan dicabut asal. Ntar minta cairan NaCL! Biar anak PMR yang ngurus," ucap Rigel bersedekap dada. Ia berjalan mendekati Gilly.
"Iya," ujar Gilly pelan.
"Jangan iya doang! Tangannya pegangin, Ka. Gilly kan keras kepala!" Ledek Rigel.
"Ayo, Ly," ucap Rika.
"Kelas mana yang main?" tanya Rigel entah pada siapa. Bu Rina sudah terlebih dahulu keluar, mencari informasi dalang dari bola yang nyasar ke kelasnya.
"Kayanya IPS deh, Gel," jawab Deden.
Rigel menilik dari jendela, kelasnya memang berada di lantai bawah, dekat dengan lapangan basket.
"Yang pernah ngajakin duel basket itu siapa namanya?" tanya Rigel lagi.
"Yang anak ekskul basket?" tanya Yangzheng.
Rigel mengangguk.
"Si Tompi bukan sih?" celetuk Deden.
"Nah iya itu dia. Si Tompi tai!"
Tak lama, Rigel berbalik lalu mendapatkan Lia memegang sapu, "Ngapain lu ngambil sapu?" tanya Rigel pada Lia.
"Ya bersihiin serpihan beling lah, masa bersihin papan tulis! Ini ntar ada korban kedua, kasihan!" ketus Lia.
"Eh ibu bandar narkoba, gue juga tau keleus sapu buat nyapu, ya kali buat nyabu!" ketus Rigel.
"Udah tau nanyak, pisang goreng enak, di tumpahin minyak, kena marah mamak, kasihan deh lu!" ujar Yangzheng menggoyangkan pinggulnya. Langsung saja Rigel menendang pantatnya dan membuat keadaan tegang menjadi lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Rigel [Bukan langit Bebas]
Teen Fiction*** Konon katanya, ia di beri nama Sky Rigel karna berhasil memberi kebebasan untuk Daddynya yang trauma untuk kembali memiliki anak. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Ia sendiri terikat, terpenjara dan belum menemukan pembebasan dari hal yang me...