12. Bolos

3.4K 615 187
                                    

"Lagu Kakek Crisye emang ngingetin
kalo kita tuh udah tuwir."

-Anak tahun 90'an-

***
Dengan keringat yang membasahi dahi, Gilly mencebikkan bibirnya kala Pak Sam sama sekali tidak luluh dengan rayuannya. Ia sudah mengeluarkan tampang yang paling nelangsa yang ia miliki namun tidak berhasil menjebolkan pertahanan Pak Mitra untuk membuka gerbang padanya.

"Pak Mitra? Please. Saya kan sendiri nih telatnya, gak bakal ketahuan juga kalo lolos," ujar Gilly. Pagi ini ia terlambat akibat ban sepedanya kempes di saat Ibunya sudah berangkat kerja. Saat terjepit pun Gilly tidak tega untuk memesan ojol, sayang duitnya. Ia harus berlari ke arah halte yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

"Non, maaf nih, Pak Mit lagi di orde kenaikan gaji, gak boleh gegabah."

"Ya awloh Pak Mitra. Gak akan ketahuan juga sama bidang kesiswaan."

"Cctv berbicara Neng," ujar Pak Mitra.

Gilly menghentakkan kakinya, jika ia harus melewati fase hukuman nanti, artinya ia tidak bisa mengikuti kuis hari ini. Kuis ini penting di tiga materi inti dalam jurusan IPA.

Gilly duduk meluruskan kakinya, ia memeluk tasnya lalu menunduk kesal pada matahari yang sangat menyengat pagi ini. Tak lama, sinar matahari tertutup oleh tubuh seseorang membuat Gilly mengadah dengan mata menyipit.

"Ciye telat," ledek Rigel ikut duduk di sisi kanan Gilly.

"Ciye gak tau diri," ledek Gilly malas. Ia menghapus keringatnya.

"Ban motor gue kempes, Abang gue gak mau anter, supir rumah lagi nganter Ibu Negara ke Bandara, mau gak mau make Gojek, tetap aja lemot, pake acara di cancel. Begitulah kira-kira cerita menyebalkan Senin pagi ini," ujar Rigel menghembuskan napas beratnya.

"Gak ada yang nanya, Gel."

Rigel tertawa. Dengan tangan di atas lutut Rigel terdiam, menatap jalanan. "Ly? Bolos yok?" ajak Rigel.

"Anda sehat?" tanya Gilly menatapnya.

"Lu cuma takut gak bisa kuis kimia kan hari ini? Pak Syaiful gak masuk. Makanya lu jangan resign dari KIR, biar tau kegiatan Pak Syaiful."

"Pak Syaiful lagi bawa anak-anak KIR study banding ke labnya Cendrawasih. Hari ini kuis di cancel."

"Ya terus menurut lu bolos adalah jalan terbaik?"

"Kita suruh Deden buat surat sakit. Gimana?" ujar Rigel.

"Gak mau ah," tolak Gilly.

"Menurut lu, sisa berapa bulan lagi kita di Leba?"

"Tujuh bulan."

"Salah, Ly. Kita aktif belajar cuma di semester ini doang. Dua bulan lagi, setelah itu fokus ujian, les, dan segalanya. So, mumpung ada waktu, lu emang gak mau menciptakan sejarah baru? SMP keknya lu gak pernah bolos ya? Nah, SMA ini masa gamau bolos juga, ntar pas kuliah lu nyesel loh, gak ada yang di ceritakan."

Gilly diam. Selama ini ia sekolah memang lurus-lurus saja. Tidak pernah neko-neko.

"Nanti lu jadi anak gak asik pas kuliah, karna terlalu lurus, jadi manusia itu harus nemui tikungan biar bisa belajar. Biar lu gak terlihat naif."

Gilly berdiri, lalu membersihkan bagian belakang roknya, "Oke. Lu yang bayarin biaya hidup gue selama bolos."

Rigel tertawa, asik juga menyesatkan orang pikirnya. "Oke, tapi gue yang nentuin tempat ya."
Gilly mengangguk lalu mereka tertawa, kini langkah kaki mereka mengarah ke halte busway lalu naik.

Sky Rigel [Bukan langit Bebas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang