6. Kafe

3.1K 665 387
                                    

"Cowok lu mah kalo hujan-hujanan
berubah jadi putra duyung."
-Pria peduli Gilly-

***
Gilly duduk di halte dengan tas ranselnya. Sesekali Gilly memainkan ponselnya, menunggu balasan dari kekasihnya. Suara motor yang tidak asing di telinga Gilly berhenti di depannya, perhatian Gilly teralih dengan Rigel dan geng'annya di belakang.

"Gak bawa sepeda, Ly?" tanya Rigel. Gilly mengangguk. Ia masih tidak enak hati dengan ucapannya saat pelajaran Bu Evi tadi.

Rigel mematikan motornya, lalu memainkan kakinya. Ia melihat kiri dan kanan membuat Gilly gatal ingin bertanya.

"Ngapain? Pacar gue bakal jemput kok," ujar Gilly pelan.

Rigel tertawa melihat wajah Gilly, "Lihat ke arah jam dua belas," ujar Rigel. Gilly mengikuti perintahnya, lalu seorang wanita cantik yang tidak Gilly kenali berjalan ke arah motor Rigel.

"Gue nunggu cewek gue, bukan mau nganterin lu," kekeh Rigel. Yangzheng dan Deden ikut tertawa.

"Hati-hati Babby," ujar Rigel reflek memegang tangan kekasihnya yang hampir saja jatuh saat hendak naik itu.

"Maaf lama ya, aku piket dulu soalnya."

"Sellow Babby," ujar Rigel kembali menghidupkan motornya. Tak lama Rigel meninggalkan Gilly tanpa sepatah kata, di susul oleh Deden dan Yangzheng. Tersisa Joko dengan motornya di sini.

Joko menatap Gilly, "Kalo pacar lu masih lama, gue bisa anterin lu, Ly."

"Gak perlu, Ko. Kita lagi chatt'an kok."

"Oh, oke. Gue duluan ya."

Gilly mengangguk lalu kembali acuh, lebih baik ia mengobati Pou yang lagi demam di ponselnya dari pada merutuki Rigel yang berhasil mempermalukannya.

***
Rigel dan geng'annya masuk ke dalam sebuah kafe, masih dengan seragam sekolah dan mengandeng tangan Rani. Mereka duduk di salah satu meja dan mulai membaca buku menu.

"Kamu mau makan apa?" tanya Rigel.

"Bebas. Ikut selera kamu aja," ujar Rani. Rigel mengangguk, lalu mencatat pesanannya dan mengulir kertas dan pulpen kepada teman-temannya. Joko berdiri dan mengantar kertas menu ke resepsionis.

"Jadi ini kencan pertama kita dengan tiga nyamuk?" tanya Rani tertawa.

"Mau banget berduaan lu?" tanya Deden ketus. Ia memang tidak setuju dengan niat Rigel mengencani Rani, pasalnya wanita ini pernah di anter oleh salah satu anak geng yang lagi mereka incar.

"Kita butuh obat nyamuk Babby biar kulit kamu gak bentol-bentol," ujar Rigel mengusap tangan Rani. Wanita itu tersenyum lalu menunduk malu.

"Normal aja ngapa sih pacarannya. Wajib banget manggil Babby. Bukannya apa-apa, gue yang dengarnya yang malu!" ketus Joko.

"Gak usah dengerin, Ran. Joko tuh iri aja karna jomlo," ujar Yangzheng.

"Gue ke toilet dulu," ujar Deden.

Joko dan Yangzheng mulai on bermain mobile legend.

"Babby, liptint kamu kayanya hilang deh, coba perbaiki ke toilet, pucat banget soalnya," kilah Rigel.

Rani reflek panik, ia menghidupkan kamera ponselnya, "Kok kamu baru info sih? Aku ke toilet dulu ya."

Rigel mengangguk lalu membuka ponselnya, ia mengetik pesan di group Ijolumut.

Deden monitor! Target kita ada di arah jam 6.

Secara serentak, ponsel mereka bergetar, lalu mereka tertawa kecil dan menyeruput jus di depannya. Ini adalah gerakan tubuh mengerti untuk mengelabui musuh.

Sky Rigel [Bukan langit Bebas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang